Ramalan, Zodiak, Shio …? NO way !!
Ilustrasi :
Sore itu, Mita lagi kesal berat. Bete. Wajahnya cemberut, jelek banget pokoknya. Diambilnya sebuah majalah remaja edisi terbaru, kemudian mulai dibuka-bukanya. Matanya terhenti pada halaman ‘Zodiak Kamu’. Dalam hatinya, Mita berkata, “Zodiak? Gak boleh percaya sama yang beginian. Syirik namanya.” Tapi matanya tak bergerak ke halaman berikutnya. “Hmmm, baca aja gpp kok, asalkan ga percaya.”
Taurus : Tersenyumlah. Kamu akan mendapatkan kejutan manis yang tak terduga.
Secara otomatis, Mita tersenyum. Manis banget senyumnya. Dilanjutnya membaca zodiak.
Tapi hati-hati dengan ulah seorang teman. Tindakan cerobohnya dapat menghancurkan kerjaan yang sudah kamu kerjakan dengan hati-hati. Keahlianmu memang sangat diandalkan.
“Mita,” ungkap Mita dengan bangga. “Kerjaan mana yang gak Mita selesaikan dengan baik? Bagaimana ya kalau Mita gak ada? Kacau balau tuh kayaknya semuanya.”
***
Kira-kira, apakah Mita termasuk orang yang ga percaya pada ramalan?
1. Senyuman manis Mita itu merupakan ungkapan sikap percaya pada ramalan yang sudah dibacanya.
2. Ungkapan membanggakan diri (ujub diri) juga menunjukkan rasa percaya pada ramalan. Bahkan, dalam kalimatnya itu, ia telah menduakan Allah. Dia lupa, bahwa dengan ijin dan kasih sayang Allah sajalah sehingga ia mampu menyelesaikan pekerjaannya itu. Harusnya ia mengucapkan syukur pada Allah karena diberikan kemudahan dan kesempatan juga keahlian dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Lebih jauh tentang ramal-meramal. Kenapa hal itu tak boleh?
Rasulullah saw yang kita sayangi itu adalah utusan Allah. Beliau adalah manusia yang spesial, maksum (terlepas dari dosa karena Allah menjaganya). Beliau banyak mengetahui hal-hal ghoib. Ingat tentang peristiwa Isra’ Mi’raj. Tapi, tau engga, Rasulullah saw aja tidak mengetahui secara rinci apa yang akan terjadi di masa datang. Beliau tidak tau, apakah sebentar lagi akan ada kejutan manis tak terduga, misalnya. Mengenai pengetahuannya tentang beberapa hal ghoib sesuai dengan Firman Allah dalam surah Al-Jinn : 26-27,
“Dia mengetahui yang ghoib, maka Dia tidak menjelaskan kepada seorangpun tentang yang ghoib itu kecuali kepada Rasul yang diridhoi-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjagaan di hadapan dan di belakangnya.”
Jelaslah, dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa tak ada seorangpun di dunia ini yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan, itu semua rahasia Allah. Salah satu bukti ketidaktahuan Rasululullah adalah saat ia tidak mengetahui apakah di dapurnya ada makanan yang dapat dimakan atau tidak. Bila ditanyakannya pada ‘Aisyah ra (istri beliau) dan jawabannya tidak ada, maka Rasulullah hari itu akan berpuasa.
Kalau Rasulullah saja tidak mengetahuinya, masa sih seorang peramal bisa tau. Aneh ga sih? Usut punya usut, ternyata para peramal/ dukun/ orang pintar/ itu mendapatkan info dari para jin dan syetan.
Gini nih dalilnya, dulu sewaktu Rasulullah saw masih hidup, para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang tukang ramal, beliau bersabda, “mereka tidak ada apa-apanya.”
Dari hadist di atas, peramal/ dukun merupakan kaki tangannya jin dan syetan, para walinya. Setan itu memang sukanya menggoda manusia sehingga terjerumus ke jalan yang salah, menjadi teman mereka di neraka nantinya. Rasulullah adalah utusan Allah yang membawa manusia ke jalan yang lurus. Kontradiksi
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau paranormal lalu membenarkan apa yang dia katakan, maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang dibawa oleh Muhammad saw.” (HR. Abu Daud)
Nah, mudah aja
Wallahu’allam…
Sumber: Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh. Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid [Edisi Revisi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar