Adikku Annisa |
Publikasi: 10/03/2004
|
Saya ingin bercerita mengenai kisah adik saya, Nur Annisa, seorang gadis yang baru menginjak dewasa tetapi agak kasar dan suka berkelakuan seperti lelaki. Ketika usianya mencecah 17 tahun, perkembangan tingkah lakunya benar-benar membimbangkan ibu. Dia sering membawa teman-teman lelakinya pulang ke rumah. Situasi ini menyebabkan ibu tidak senang tambahan pula ibu merupakan guru Al-Quran. Bagi mengelakkan pergaulan yang terlalu bebas, ibu telah meminta adik memakai tudung. Permintaan ibu itu ditolaknya sehingga seringkali berlaku pertengkaran-pertengkaran kecil antara mereka.
Pernah pada suatu masa, adik berkata dengan suara yang agak keras,
"Coba mama lihat, tetangga-tetangga kita pun ada yang anaknya pakai jilbab, tapi perangainya sama seperti orang yang tak pakai jilbab. Sampai kawan-kawan ani dekat sekolah, yang pakai jilbab pun selalu pergi-pergian dengan om-om, pegang-pegang tangan. Ani ni, walaupun tak pakai jilbab, tak pernah berbuat kayak gituan!"
Ibu hanya mampu mengelus dada mendengar kata-kata adik. Kadang kala saya terlihat ibu menangis di akhir malam. Dalam qiamullailnya. Terdengar lirih doanya "Ya Allah, kenalkan ani dengan hukum-hakam-Mu".
Pada satu hari ada tetangga yang baru pindah berdekatan dengan rumah kami. Sebuah keluarga yang mempunyai enam orang anak yang masih kecil. Suaminya bernama Abu khoiri,(nama sebenarnya siapa, tak dapat dipastikan). Saya mengenalinya sewaktu di masjid. Setelah beberapa lama mereka tinggal berhampiran rumah kami, timbul desas desus mengenai isteri Abu Khoiri yang tidak pernah keluar rumah, hingga ada yang menggelarnya si buta, bisu dan tuli. Hal ini telah sampai ke pengetahuan adikku.
Dia bertanya kepada saya, "Abang, betul kah orang yang baru pindah itu, isterinya buta, bisu dan tuli?"
Lalu saya menjawab sambil cuek, "Kalau mau tahu, pergi aja ke rumahnya, tanya sendiri"
Eh bener tuh adik mengambil serius kata-kata saya dan benar-benar pergi ke rumah Abu Khoiri. Sekembalinya dari rumah mereka, saya melihat perubahan yang benar-benar drastis berlaku pada wajah ani. Wajahnya yang tak pernah muram atau lesu menjadi pucat lesu, entah apa yang telah berlaku?
Namun, selang dua hari kemudian, dia minta ibu buatkan jilbab. Jilbab yang jatuh ke bawah. Adikku pakai baju panjang. Lengan panjang pula tuh. Saya sendiri jadi bingung. Bingung campur syukur kepada Allah SWT kerana saya melihat perubahan yang ajaib. Ya, saya katakan ajaib kerana dia berubah seratus persen! Tiada lagi anak-anak muda atau teman-teman wanitanya yang datang ke rumah hanya untuk bercakap perkara-perkara yang tidak tentu arah. Saya lihat, dia banyak merenung, banyak baca majalah Islam (biasanya dia suka beli majalah hiburan), dan saya lihat ibadahnya pun melebihi saya sendiri. Tak ketinggalan tahajudnya, baca Qur'annya, solat sunat nya, dan yang lebih menakjubkan lagi, bila kawan-kawan saya datang, dia menundukkan pandangan. Subhanallah. Segala puji bagi Engkau wahai Allah, jerit hati saya.
Tidak lama kemudian, saya mendapat panggilan untuk bekerja di kalimantan, kerja di satu perusahaan minyak CALTEX. Dua bulan saya bekerja di sana, saya mendapat khabar bahawa adik sakit tenat hingga ibu memanggil saya pulang ke rumah (rumah saya di Madiun). Dalam perjalanan, saya tak henti-henti berdoa kepada Allah SWT agar adikku ani di beri kesembuhan, hanya itu yang mampu saya usahakan.
Ketika saya sampai di rumah, di depan pintu sudah banyak orang, hati berdebar-debar, tak dapat ditahan. saya berlari masuk ke dalam rumah, saya lihat ibu menangis. Saya segera menghampiri ibu lantas memeluknya. Dalam isak tangisnya ibu memberitahu, "Dhi, adik bisa mengucapkan kalimat Syahadah diakhir hidupnya." Air mata ini tak dapat ditahan lagi.
Setelah selesai upacara pengkebumian dan lain-lainnya, saya masuk ke bilik adikku. Saya lihat di atas mejanya terletak sebuah diari. Diari yang selalu adik tulis. Diari tempat adikku menghabiskan waktunya sebelum tidur semasa hayatnya. Kemudian diari itu saya buka sehelai demi sehelai, hingga sampai pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang selalu timbul di hati ini.
Perubahan yang terjadi ketika adik baru pulang dari rumah Abu khoiri. Di situ tertera tanya jawab antara adik dan isteri tetangga kami itu. Butirannya seperti ini:
Soal jawab (saya lihat di lembaran itu terdapat banyak bekas tetesan air mata).
Annisa : (Aku heran, wajah wanita ini cerah dan bersinar seperti bidadari) Ibu, wajah ibu sangat muda dan cantik.
Isteri tetanggaku : Alhamdulillah, sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati.
Annisa : Tapi ibu kan sudah punya anak enam. Tapi masih kelihatan cantik.
Isteri tetanggaku : Subhanallah..sesungguhnya keindahan itu milik Allah SWT. Dan bila Allah SWT berkehendak, siapakah yang bisa menolaknya?
Annisa : Ibu, selama ini ibu saya selalu menyuruh saya memakai jilbab, tapi saya selalu menolak kerana saya rasa tak ada masalah kalau saya tak pakai jilbab, asalkan saya berkelakuan baik. Saya lihat, banyak wanita yang pakai jilbab tapi kelakuannya melebihi kami yang tak pakai, sampai saya tak pernah rasa ingin pakai jilbab. Pendapat ibu bagaimana?
Isteri tetanggaku: Annisa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari ujung rambut hingga ujung kaki, segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan muhrim kita semuanya akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT nanti, jilbab adalah perlindungan untuk wanita.
Annisa : Tapi yang saya lihat, banyak wanita berjilbab yang kelakuannya tak baik.
Isteri tetanggaku: Jilbab hanyalah kain, tapi hakikat atau makna di sebalik jilbab itu sendiri yang harus kita pahami.
Annisa : Apakah hakikat jilbab?
Isteri tetanggaku : Hakikat jilbab adalah perlindungan zahir batin, lindungi mata kamu dari memandang lelaki yang bukan muhrim kamu, lindungi lidah kamu dari mengumpat orang dan bercakap perkara yang sia sia. Senantiasalah lazimi lidah dengan zikir kepada Allah SWT, lindungi telinga kamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk dirimu maupun masyarakat, lindungi hidungmu dari mencium segala yang berbau busuk, lindungi tangan-tangan kamu dari berbuat sesuatu yang tidak senonoh, lindungi kaki kamu dari melangkah menuju maksiat, lindungi fikiran kamu dari berfikir perkara yang mengundang syaitan untuk memperdayai nafsu kamu, lindungi hati kamu dari sesuatu selain Allah SWT, bila kamu sudah bisa, maka jilbab yang kamu pakai akan menyinari hati kamu. Itulah hakikat jilbab.
Annisa : Ibu, sekarang saya sudah jelas tentang arti jilbab, mudah mudahan saya mampu pakai jilbab. Tapi, bagaimana saya mau melakukannya?
Isteri tetanggaku: Duhai Nisa, bila kamu memakai jilbab, itulah karunia dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha Pemberi Rahmat, bila kamu mensyukuri rahmat itu, kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan-amalan 'jilbab' hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT.
Duhai Nisa, ingatlah akan satu hari dimana seluruh manusia akan dibangkitkan. Ketika ditiup sangkakala yang kedua, pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tiada rumput maupun tumbuhan, ketika matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gelita, ketika seluruh manusia ketakutan, ketika ibu tidak mempedulikan anaknya, anak tidak mempedulikan ibunya, sanak-saudara tidak kenal satu sama lain lagi, antara satu sama lain bisa menjadi musuh lantaran satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di alam ini, ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing masing hanya mempedulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berpeluh kerana rasa takut yang luar biasa hingga tenggelam dirinya akibat peluh yang banyak, dan bermacam macam rupa-rupa bentuk manusia yang tergantung amalannya, ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berbentuk seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syaitan, semuanya menangis, menangis kerana hari itu Allah SWT murka. Belum pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu. Hingga ribuan tahun manusia dibiarkan Allah SWT dipadang mahsyar yang panas membara hinggalah sampai ke Timbangan Mizan. Hari itulah dipanggil hari Hisab.
Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal pada hari ini, entah dengan apa nanti kita akan menjawab bila kita di tanya oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat, Yang Maha Agung. . . . . Allah SWT.
Sampai di sini saja kisah itu saya baca karena di sini tulisannya terhenti dan saya lihat banyak tetesan ai mata yang jatuh dari pelupuk matanya. SubhanAllah Saya buka halaman berikutnya dan saya lihat tertera tulisan kecil dibawah tulisan itu "buta, tuli dan bisu. Wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain muhrimnya, wanita yang tidak pernah mau mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allah SWT, wanita tidak pernah berbicara ghibah dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia sia"
Tak tahan airmata ini pun jatuh. Semoga Allah SWT menerima adikku disisinya. Amin.
Subhanallah. Saya harap cerita ini bisa menjadi iktibar bagi kita semua.
Pengirim : Cecep Suwarno |
1 komentar:
Assalamualaikum,,
cerita ini sangat bagus, saya mohon izin saya kopi saya bagikan kepada jamaah saya, karena anak2 jaman sekarang cenderung mudah menelan ilmu jika diberikan dari cerita2 atau kisah nyata. sukron ya sodaraku,,
wassalam,,,
Posting Komentar