Percaya Diri yang Islami ? Gue Banget Gitu Loh …
Ilustrasi 1
“Siapa yang mengarang buku ‘Salah Asuhan’?” tanya Pak Guru Irvan di depan kelas.
“Bud, aku tau jawabannya,” kata Dadan sambil menyikut lengan Budi, teman sebangkunya.
“Ya udah, jawab aja langsung. Masa harus aku lagi yang jawab,” kata Budi.
“Tapi aku malu, nanti salah pula jawabannya,” ujar Dadan yang memang terkenal pemalu, “Kamu aja yang jawab ya Bud.”
Budipun menjawab pertanyaan itu dan jawabannya benar. Akhirnya, Budi yang mendapat nilai tambah di mata Pak Guru Irvan. Pak Guru mengganggap Budi lebih pintar dari Dadan di Pelajaran Bahasa
Ilustrasi 2
“Nora, saya sudah baca cerpen karangan kamu. Kamu punya bakat di bidang menulis. Kamu bisa menjadi seorang pengarang yang handal. Selamat,” kata Pak Guru Irvan kepada Nora, muridnya.
Nora senang sekali, terpancar dari binar matanya.
“Saya rasa kamu mampu mengelola mading sekolah kita,” lanjut Pak Guru Irvan.
Kali ini Nora terpengarah kaget. Jantungnya berdetak kencang, tangannya mendingin.
“Mengelola mading? Sa, saya tidak mampu, Pak,” ungkap Nora terbata-bata.
“Kamu pasti mampu kalau kamu mau. Paling tidak, kamu mengelola bidang cerpen saja. Bagaimana?”
“Ti, tidak Pak. Saya juga tidak mampu,” jawab Nora lemas.
***
Gimana pendapat teman-teman setelah membaca ilustrasi di atas?
Rasanya, rada-rada gimana gitu, kecewa ya. Atau cuma aku yang merasakannya?
Hari gini, masih ga PD, gitu loh…
Dua ilustrasi di atas menggambarkan perilaku remaja yang tidak percaya diri (PD). Dadan menganggap dirinya rendah, minder, cenderung takut dengan kesalahan. Sedangkan Nora menggagap dirinya tidak memiliki kemampuan padahal orang lain menganggap dia mampu. Kalau dipikir-pikir, rugi ya punya sifat seperti itu. Tidak bisa maju.
Sebenarnya kenapa seseorang bisa tidak percaya diri? Ini terkait dengan konsep diri. Konsep diri berarti gagasan terhadap diri sendiri. Bagaimana melihat, merasa, menginginkan diri menjadi sosok pribadi yang diharapkan. Setelah penggambaran itu, maka muncul sikap menilai. Penilaian suka atau tidak suka terhadap diri. Penilaian suka menimbulkan rasa PD dan tidak suka menimbulkan rasa negatif atau minder.
Contoh sederhananya. Nora (Nora tokoh kita di ilustrasi, bukan Ukhti Nora moderator kita ^_^) sangat suka dengan tulisan Mbak Asma Nadia. Tulisannya memberikannya inspirasi dengan khayalannya sendiri. Nora merasa dia mampu untuk membuat tulisan yang sebagus itu. Hal ini memberikan nilai postif bagi konsep dirinya, ditambah pengakuan Pak Guru Irvan. Namun, di sosok dunia nyata, dia kagum dengan Ukhti Lina. Ukhti LIna itu kakak seniornya, mantan ketua mading sekolah. Nora membandingkan dirinya dengan Lina. Dia merasa dirinya tidak sebanding dengan Lina. Dia merasa tidak mampu untuk bisa menjadi seperti Lina. Hal inilah yang membuatnya minder. Sebuah penilaian tidak suka yang berdampak negatif.
Memang sangat rugi memiliki sifat minder. Lalu, apakah PD itu?
Dalam konsep Al-Quran, ternyata percaya diri itu sangat berkaitan erat dengan keimanan. Semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat percaya dirinya. Gini nih. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa kepercayaan diri yang berupa perasaan nyaman, tenteram, tanpa rasa sedih, taku, dan khawatir akan datang kepda orang-orang yang beriman kepada Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka beristiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu berdukacita, dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan (Allah) kepadamu.’.” (QS Fushshilat : 30)
Jadi nih, orang PD yang ISlami adalah orang yang tahu kemampuan dirinya dan bergerak karena keimanannya kepada Allah. Oleh karenanya, ia akan memposisikan dirinya sesuai dengan kemampuannya.
Cara menumbuhkan rasa PD
1. Belajar tentang Islam lebih serius.
Islam memiliki aturan yang jelas dalam menghadapi kehidupan dan tantangan kehidupan. Seseorang yang awalnya tidak PD menjadi PD ketika memutuskan belajar tentang Islam. Dengan aturan yang jelas ini, membuat seseorang mengetahui begaimana menghadapi hidup ini. Setiap langkah yang diambilkan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan Sang Pencipta. Kekuatan ini yang menimbulkan rasa yakin atas setiap langkahnya. Ditambah keyakinan bahwa seorang mukmin memiliki pelindung Allah SWT. Keren banget
2. Berpikir positif
Sikap yang selalu berpikir positif akan membawa sikap yang positif pula. Kejujuran pada diri sendiri dengan menyadari kelebihan dan kekurangan akan membuat diri selalu berpikiran positif. Tidak ada yang sempurna, setiap manusia pernah berbuat salah. Terima setiap kritikan dan saran yang diterima dengan baik. Evaluasi diri setiap saat dan mohon pengampunan pada-Nya. Sadari keunikan diri karena Allah menciptakan makhluknya tidak ada yang sama. Hebat ya. Jadi, mulailah cari dan gali potensi diri. Jangan khawatir, pasti ada. Think Positive.
3. Berbaik hatilah pada dirimu
Tadi kita sudah tau tentang konsep diri. Ini ada kaitannya dengan hal itu. Kita bisa membayangkan diri menjadi seperti apa saja, tapi tetaplah baik hati diri sendiri. Janganlah mematok diri sendiri terlalu tinggi. Hal ini akan membuat diri frustasi karena merasa diri tidak mampu, selalu terlihat gagal yang membawa kekecewaan. Jangan juga mematok diri terlalu rendah. Kebesaran seseorang terletak pada seberapa besar penerimaan mereka terhadap dirinya sendiri.
4. Belajar dan belajarlah terus
Dari kecil kita memang selalu diharapkan belajar dengan giat. Ingatkah saat-saat kita belajar makan, minum, berjalan, membaca, menulis waktu kecil dulu ? Sekarang pun kita sebenarnya harus tetap belajar. Pelajari setiap keadaan, peristiwa yang dihadapi. Di dalamnya pasti ada hikmah. Pelajari setiap kegagalan, setiap keberhasilan. Mempelajari kegagalan berarti kita mempunyai ilmu untuk tidak mengalami kegagalan yang sama untuk kedua kalinya. Ini bisa menambah rasa optimis dan PD.
5. Lakukan
Jika yakin akan sebuah kemampuan, lakukan. Jangan berpikir akan kegagalan, kesalahan, malu yang akan dicapai. Sekali lagi, tetaplah berpikiran positif. Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Orang yang PD tidak akan meratapi kegagalan. Ia akan cepat bangkit dari kegagalan dan menata diri dengan penuh semangat.
Selain itu, hadapi setiap tantangan yang ada. Jangan menghindar dari tantangan ataupun kendala. Untuk masuk ke sebuah ruangan, kita melewati sebuah pintu. Ini berarti, sebelum kita memperoleh apa yang kita inginkan, kita harus melewati sebuah proses. Bisa jadi proses yang panjang dan melelahkan dan bisa saja proses yang singkat dan menyenangkan. Jadi, jangan keburu kecut dan takut terhadap sebuah pintu (tantangan, cobaan).
6. Tidak mudah putus asa
Ingatlah, setiap ibadah selalu memiliki tantangan / cobaan. Misalkan shalat tepat waktu, orang akan mampu melewati setiap tantangan / cobaan sesuai dengan nila-nilai keimanannya.
So, welcome to PD zone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar