Rabu, 25 Februari 2009

Pemikiran KH Ahmad Dahlan



SANTRI

Tahukah engkau yang mendustakan agama,
Itulah orang orang yang menghardik anak yatim,
Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin,
Maka celakalah bagi orang orang yang sholat,
yaitu orang yang lalai akan sholatnya,
Orang orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang yang berguna.
(al Maa’uun (107): 1-7)


Haji Muhammad Syudjak
1882 -1962

Mukadimah
Imaginer atau pengimpi adalah seorang yang dapat membayangkan sesuatu. Belum tentu pemikir mungkin pengimpi. Tetapi kemudian Allah mengabulkan apa yang diimpikan sebagai kenyataan wadag. Pengimpi mungkin juga seseorang yang tinggi ilmunya hingga dapat melihat masa kemudian, tetapi menyatakan statemen dengan bahasa saat itu. Misalnya orang Jawa dahulu sudah mengatakan akan adanya nener (anak ikan) yang makan manggar (bunga kelapa). Sekarang ada setelah suatu daerah pepohonan kelapa menjadi bendung atau wadug penyimpan air. Atau ada grobag besi jalan dilangit. Sekarang sudah biasa kalau ada pesawat udara dilangit. Di Negeri Barat dahulu ada Jules Verne yang bercerita berkeliling dunia dalam 80 hari. Sekarang tiap wisatawan dapat keliling dunia dalam waktu yang lebih singkat.
Entah apa yang muncul diangannya. Mungkin surat al Maun yang diajarkan oleh gurunya. Atau oleh jumlah anaknya yang banyak diminta kem,bali oleh Allah setelah sebentar dipinjamkan kepadanya. Dari istrinya yang pertama tersisa satu anak lelaki dari empat anak. Dari istrinya ketiga tersisa tiga anak lelaki dari duabelas anak. Dari istri kedua dan keempat tak ada lahir anaknya.
Tetapi pada tahun 1923 muncul ucapannya akan membuat Hospital, rumah miskin dan darul aytam. Tetapi kita tidak tahu apa yang dipikirkan oleh santri yang pengimpi ini. Bahkan dia juga tidak tahu bahwa angannya akan terlaksana.
Lima belas tahun kemudian,. 1938, telah berdiri RS PKO MUHAMMADIYAH di jalan Ngabean, Panti Asuhan bagi putra di Lowanu dan Panti Asuhan Putri di jalan Ngabean serta Rumah Miskin di Serangan.

RS PKO MUHAMMADIYAH
Di Ngabean straat Yogyakarta
1938

Walau demikian waktu beliau sakit terakhir kalinya dirawat dirumah sakit Katolik, untung saat meninggal dunia ada dirumahnya.
Dan masih satu kata yang diangankan, ..apakah kita orang Islam tidak dapat membuat rumah sakit sebesar ini ?.., itu katanya sebelum beberapa hari wafat.

Kauman.akhir abad XIX
Kauman di Yogyakarta adalah satu kampung tempat tinggal penduduk. Seperti beberapa tempat lain di Jawa , Kauman adalah tempat di sekitar Masjid Agung. Kalau keraton atau rumah Bupati ada disisi utara atau selatan Alun alun, maka Masjid Agung ada disebelah barat Alun alun itu. Kaum, warga yang mengurusi Masjid, tinggal disekeliling Masjid Agung, Tempat itu disebut Kauman. Di kota Bandung disebut gang Kaum. Kalau ada Masjid Agung umumnya ada Kantor Penghulu, di Yogyakarta disebut Pengulon.
Tata ruang kampung Kauman di Yogyakarta dahulu agak khusus. Masjid Agung ada gerbang dan pagar tembok yang tinggi. Ada lapangan di belakang gerbang di depan Masjid Agung. Kearah lapangan ini Pengulon juga bermuara gerbangnya. Dilapangan itu ada dilakukan sedekah Gunungan dari Kraton, ada upacara Sekatenan yang berhubungan dengan penyebaran agama Islam.
Masjid AgungYogyakarta perlu air yang banyak terutama air yang mengalir, sebab fahamnya air yang mengalir adalah air bersih yang dapat membersihkan. Maka air dialirkan ke masjid Agung dari luar dengan aliran sungai yang dibuat khusus.
Mungkin aslinya, Kampung Kauman Yogyakarta dahulu terdiri atas lahan yang dibatasi sebelah timur oleh Alun alun didepan Kraton Yogyakarta. Di barat dengan sebuah jalan yang banyak tukang pendjahitnya (gerji) , sehingga disebut jalan Grejen. Diselatan dibatasi oleh selokan yang mengelilingi beteng kampung Kraton. Dan diutara dibatasi jalan yang banyak Dalem Ageng, milik para Hangabehi sehingga disebut jalan Ngabean.
Kampung Kauman sendiri saat itu ada “gerbangnya” yang menghadap ke alun alun utara didepan Siti Hinggil. Dibalik gerbang ada pelataran didepan Masjid Agung, dengan Pengulon, rumah Penghulu, diutara Masdjid Agung. Dibelakang Pengulon terdapat perumahan orang yang “mengindung” kepada Pengulon, sekingga disebut kampung Ngindungan.
Batas antara Kauman dengan Ngindungan adalah sebuah selokan besar, yang airnya masuk ke Masjid Agung. Airnya bersih dan jernih. Air ini setelah keluar dari Masjid Agung lalu mengalir ke selatan keluar Kampung Kauman, masuk ke “jagang” yang mengelilingi tembok Kampung Kraton.
Antara Masjid Agung dan jalan Grejen ada gang yang membelah Kampung Kauman. Para keturunan ahli Kaum ada dibagian timur gang. Dibelahan sebelah barat gang adalah penghuni pendatang selain keturunan para Kaum.
Dari utara sampai selatan antara lain tinggal anak cucu pendatang Kyai Noor Sepuh dari Menoreh Kedu, yang berasimilasi dengan pendudukan Kauman. Juga berasimilasi dengan keluarga lain yang dari luar Kauman, termasuk dari Mlangi Demakijo.

Pekarangan KHA Dahlan.
Rumah KHA Dahlan ada dibagian barat gang. Separuh yang selatan dan ada lapangan disebelah utaranya. Diutara lapangan ada pekarangan milik seorang Lurah Kraton, dengan pendopo menghadap ke selatan.
Didaerah ini juga hidup beberapa keluarga pindahan dari sebelah timur gang. Sang pengimpi adalah penduduk sebelah barat gang, anak dari Lurah Kraton tersebut. Karena rumahnya diutara lapangan yang berbatasan dengan rumah K.H.A. Dahlan, maka tiap saat berguru mengaji dan lainnya kepada K.H.A Dahlan. Menjadi santri dari K.H.A Dahlan tetangganya.
Dirumah ini, yang memiliki Pendopo yang menghadap ke selatan, lahir anak anak Lurah Kraton itu, Haji Hasyim Ismail. Anak yang pertama perempuan bernama Jasimah yang lahir tahhun 1881. Anak kedua Daniyalin, yang kemudian bernama Haji Muhammad Syudja’ lahir tahun 1882. Anak ketiga Jazuli yang kemudian bernama Kyai H. Fahrudin, lahir tahun 1884..

Ki Bagus Hadikusuma

Anak keempat Hidayat, yang kemudian bernama Ki Bagus Hadikusuma, lahir 1887. Anak kelima , Muhammad Zain, lahir tahun 1889. Anak keenam dan ketujuh meninggal saat masih kanak kanak. Munjiyah yang lahir tahun 1896 merupakah wanita yang bergerak di pengajian Sopo Tresno yang kemudian menjadi Perkumpulan Aisyiah.
Kelima anak lelaki bersaudara inilah merupakan pendukung K.H.A. Dahlan dalam Persyarikatan Muhammadiyah bersama H. Muhammad Hisyam dan Haji Muhammad Muchtar.
Dari bagian kampung yang ini muncul gerakan umat Islam ditahun 1912. Penggeraknya adalah K.H.A Dahlan, motornya adalah anak anak muda muridnya. Gerakan ini diberi nama Persyarikatan Muhammadiyah. Apa yang dikembangkan adalah agama Islam dari sumber aslinya, al Qur an, yang masih berbahasa Arab Qur ani. Karena sifatnya pembaharuan, banyak kader muda yang dikirim belajar ke India, setelah bekerja sama dengan kelompok pembaru al Afgani. Yang dikirim antara lain, Muhammad Dahlan, putra KHA Dahlan sendiri, Kahfi anak Kyai Ikhsan, Djundab anak Kyai Muchtar, Machdum Qowaid anak Kyai Abdulrohman.Ada yang disekolahkan di sekolah Arab di Pekalongan, Dawani anak H.M. Syudjak.
Akhirnya pengajian yang dirumah K.H.A Dahlan menjadi HIS met de Qur an, Holland Indische School Muhammadiyah . Kemuadian berdiri Sekolah Muallimin untuk pria dan Muallimat untuk wanita. Alumninya menjadi guru penyebar agama Islam diseluruh Indonesia. Banyak yang berasimilasi dengan penduduk setempat atau kembali ke kampong halaman setelah purna tugas.,
Sampai sekarang Kauman masih merupakan pilihan orang tua didaerah untuk pondokan bagi anaknya yang bersekolah di Yogyakarta, terutama siswa Muallimat Muhammadiyah.

Allah ridlo.
Tahun 1923, tanpa dinyana datang seorang dokter Jawa, tamatan Stovia Surbaya ke Yogyakarta. Dokter muda dari Malang ini menghadap KHA Dahlan dan diserahkanm kepada H. Muhammad Syudya yang mengembangkan pemikiran Rumah Sakit Islam. Maka mulai berdirilah Rumah Sakit Penolong Kesengsaraan Oemoem di Yogyakarta. Mulanya di sebuah gedong di jalan Jagang Notoprajan, lalu pindah ke jalan Ngabean, menyewa dirumah milik H.Mukri bin Nawawi. Akhirnya membeli tanah di sebelah baratnya hingga saat ini.
Misi PKO adalah merawat orang Islam yang sakit sesuai dengan ajaran Qur an dan Sunnah Nabiullah. Apa yang dikerjakan adalah menyalurkan jariah untuk menolong orang sakit. Karena ridlo Allah maka upaya ini berkembang hingga beberapa lokasi menjadi cabangnya, antara lain PKO Muhammadiyah di Kotagede, Srandakan, Moyudan dan Brosot.
Beberapa dokter muda lainnya mulai bergabung, Dr. Sampurno, Dr Sukardi Ardjosewoyo, Dr. Ismail, Dr Martohusodo, Dr. Purwohusodo, Dr. Muhammad Saleh, Dr. Suwasono. Dr. Handri Oetomo, Dr. Oepomo.
Diwaktu kemudian beberapa dokter dari Keluarga Muhammadiyah mulai lulus dan menyumbangkan tenaganya ke RS PKU Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Sekarang bidang Pendidikan dan Rumah Sakit merupakan bidang garapan Persyarikatan Muhammadiyah.
Pada periode Pimpinan K.H. Ibrahim, pimpinan periode kedua, pengganti K.H.A. Dahlan, Muhammadiyah mengembang dalam Bidang Pendidikan, Perpustakaan, Panti Anak Yatim Putra dan Putri, Rumah (Pelatihan) Miskin dan Rumah Sakit untuk pelayanan kesehatan . H. Djarnawi Hadikusuma, putra Ki Bagus Hadikusuma, menyebutnya tujuh pelopor Muhammadiyah

Abad XX.
Muhammadiyah telah kehilangan beberapa, dari tujuh kadernya. K.H. Fahrudin meninggal dimasa Penjajahan Belanda, aktif sebagai politisi bersama Haji Agus Salim, yang menungguinya ketika nazak. Seorang putrid tunggalnya dikawinkan dengan putra K.H.Hisyam. K.H. Zain meninggal dizaman reevolusi kemerdekaan. Ki Bagus Hadikusuma memimpin Muhammadiyah disaat sulit dalam pendudukan Pemerintahan Dai Nippon. Menjadi BPPKI, dan terkenal dalam sejarah penyusunan Mukadimah UUD 1945. H.M. Syudjak meneruskan pengembangan amal usaha Muhammadiyah yang berupa Rumah sakit PKO, Panti Asuhan pelayanan Perjalanan Haji.
Muhammadiyah pernah mengembangkan ide, melalui Muktamar Muhammadiyah di Palembang untuk membeli kapal haji, tetapi keburu perang dunia kedua pecah. Setelah Republik Indonesia diakui dunia Internasional, didirikannya Yayasan Perjalanan Haji Indonesia bersama tokoh islam lainnya. Ketika Menteri Agama R.I. dijabat Prof. H. Rasjidi, H.M. Syudja’ diamanati mengurus perhajian serta memimpin rombongan Haji Indonesia dengan kapal Tampomas.
Ketika pensiun dari pegawai Kementrian Agama R.I. H.M. Syudja’ aktif kembali di Muhammadiyah, utamanya Rumah Sakit P.K.U. Muhammadiyah dan Panti Asuhan. Htinya nelangsa, karena dihari tuanya sakit dan dirawat tidak dirumah sakit P.K.U. Muhammadiyah, yang masih sangat belum mampu merawat sakitnya. Dan akhirnya wafat dirumahnya sendiri di kampong Kauman.
Bisikannya kepada penjenguk saat sakit terakhir nya,.. apakah Muhammadiyah tidak dapat memiliki rumah sakit sebesar ini ?

Akhir abad XX.
Akhir abad XX mulailah babak baru bagi Persyarikatan Muhammadiyah dibidang pendidikan dan Rumah Sakit. Pendidikan sudah mencapai sekolah Pendidikan Tinggi, dan Rumah Sakit dikelola secara modern. Generasi ketiga dari pengembang pemikiran Rumah Sakit yang dikelola secara Islam masih ada terlibat didalamnya. Mungkin pada generasi keempat mulai terbentang cakrawala perawatan secara Islam yang sesuai dengan Qur an dan Sunnah Nabi.
Persyarikatan Muhammadiyah tetap menetapkan dua Rumah Sakitnya menjadi Rumah Sakit teladan bagi yang lain. Dua Rumah Sakit ini langsung dibawah Pimpinan Pusat Persyarikatan Muhammadiyah.
Untuk mengenang gurunya, H.M. Syudja’ menuliskan pengalamannya berguru kepda K.H.A. Dahlan, dua tahun terakhir dalam hidupnya. Tulisan itu diketik ditiap waktu disamping tempat tidurnya dikamarnya. Kertas ketiknya dari ukuran apa saja yang dimilikinya. Tulisan itu bercerita tentang riwyat hidup gurunya K.H.A Dahlan.


RIWAYAT HIDUP K.H.A. Dahlan
Pembina Muhammadiyah Indonesia.


Kyai Haji Ahmad Dahlan bin K.H. Abubakar
1869 – 1923

Kyai Haji Ahmad Dahlan bin K.H. Abubakar, Imam Khatib Masjid Besar kota Yogyakarta (sebagai Lurah Berjama ah) pernah diutus oleh Sri Sultan Hamengku Buwana ke VII ke Makkah untuk menghajikan Almarhum Sri Sultan ke VI ayahandanya. Sebelum itu dinaikkan pangkatnya lebih dahulu sebagai khatib dengan nama Khatib Amin H. Abubakar bin K.H. Murtadho ‘Alim yang tertua dan terkenal (masyhur) didaerah Yogyakarta.
Ibu K.H.A. Dahlan bernama Siti Aminah binti almarhum K.H. Ibrahim Panghulu Besar di Yogyakarta.
K.H.A. Dahlan dilahirkan dikampung Kauman kota Yogyakarta pada tahun 1869 Miladiah. K.H.A Dahlan bersaudara sekandung dengan 5 orang wanita semua bersuami. Sulungnya kawin dengan K.H. Khatib Arum di Kauman. Kedua kawin dengan K.H. Muhsin dari Pasar Gede Yogyakarta. Ketiga kawin dengan K.H. M. Saleh. Keempat K.H.A. Dahlan sendiri. Kelima kawin dengan K.H. Muhammad Faqih Kauman Yogyakarta dan Bungsu kawin dengan K.H. Abdulrahman bin Abdul lah Pakualaman Yogyakarta.

PENDIDIKAN K.H.A. DAHLAN.
Diwaktu kecilnya K.H.A. Dahlan bernama Muhammad Darwis. Permulaan pendidikannya ada dipangkuan ayahanda K.H. Abubakar (dirumah sendiri). Karena memang tampak Muh Darwis mempunyai sifat yang baik dan budi pekertinya halus dan hatinya lunak tetapi wataknya cerdas, maka ayah bundanyapun sangat sayang karena hanya satulah anak yang putra. Muh Darwis menginjak usia 8 tahun ia telah dapat membaca al Qur’an dengan lancar sampai khatam. Dalam pada itu Muh Darwis memang seorang yang punjuling ngapak cerdas fikirannya dapat mempengaruhi kawan-kawan nya sepermainan dan mengatasi segala permainan kawan-kawannya.
Setelah hampur dewasa Muh Darwis mulai membuka kebetan kitab mengaji kepada K.H. Muh Saleh menuntut ilmu Fiqih. Dan kepada K.H. Muhsin menuntut “ilmu Nahwu, kedua guru tersebut, merupakan kakak ipar yang berdampingan rumah tangganya dalam sekampung. Dan seterusnya pelajaran yang lain –lain berguru kepada ayahandanya sendiri jga berguru kepada K.H. Muh Noor bin K.H. Fadlil Hoofd Penghulu Hakin kota Yogyakarta dan K.H. Abdulhamid di Kampung Lempuyangwangi Yogyakarta.

MUH DARWIS DEWASA.
Sehari demi sehari menjadi bulan dari bulan kebulan menjadi tahun Muh Darwis telah menginjak umur dewasa sudah tentu Muh Darwis sudah merasa tidak layak lagi bermain-main dengan kawan kawannya sejak kecilnya apa pula memang Muh Darwis anak yang rajin ihwalnya mengatur diri dan alat alatnya belajar sehingga tempo buat bermain main tidak ada lagi.
Muh Darwis memang sejak kecil sampai umru dewasanya hidup berkisar dibawah lingkungan suasana yang aman tenteram dan masyarakat yang sejahtera karena berdampingan dengan ayah bundanya sendiri dan krabat krabatnya para ‘alim ‘ulama yang hidup dalam bahagia. Jadi karenanya denan sendirinya Muh Darwis mempunyai budi pekerti yang baik dan akhlaq yang murni dan suci.

MUH DARWIS KAWIN.
Ayah bundana tidak lepas pandangannya menjaga putranya yang disayang itu. Muh Darwis sudah menginjak umur 18 tahun, ayah bundanya ingin hendak mengawinkan dengan putri dari Kyai Haji Muhamad Fadlil Hoofd Panghulu Halim di Yogyakarta bernama Siti Walidah. Setelah perundingan orang tua dari kedua pihak dapat persetujuan dan pera latan secara sederhana sudah lengkap, maka perkawinan dilangsungkan pada bulan Dzulhijah tahun 1889 Miladiah dengan suasana riang gembira dan tenang.

MUH DARWIS PERGI HAJI.
Berselang beberapa bulan dari pada perkawinan Muh Darwis yang sedang asmara diantara mempelai, tetapi karena terdorong sampai saatnya Muh Darwis harus berangkat ke Makkah untuk berhaji karena desakan ayah bundanya, justru kebenaran Muh Darwis dapat menambah pengetahuan yang lebih luas dan mendalam, karena di Makkah itulah tempat timbulnya Agama Islam dan negeri yang penuh mengandung riwayat perjuangan agama sejak Nabi Ibrahim sampai Junjungan kita nabi Muhammadi s.a.w. Pun banyak pula ‘ulama-ulama bangsa Indonesia. Dan banyak pula ‘ulama ulama besar dari pelbagai bangsa dan khususnya ‘ulama bangsa Indonesia yang telah lama muqim disana (Mekkah).
Setelah umum mendengar ketetapan wak tu hari bulan berangkatnya Muh Darwis bin Khatib Amin H. Abubakar beberapa hari sebelumnya, maka berduyun duyun sanak saudara andai taulan dari jauh dan dekat sama mengunjungi Rumah K.H. Khatib Amin H. Abubakar untuk mem berikan selamat jalan akan putranya Muh Darwis. Memang demikianlah adat istiadat orang mengambil perhatian bagi mereka yang hendak berangkat pergi haji buat bangsa Jawa pada khususnya dimasa itu. Apalagi bagi Muh Datwis putra K.Khatib Amin H. Abubakar dan putra menantu Hoofd Panghulu Yogya karta tentu merupakan yang istimewa kepada umat Islam daerah Yogyakarta.
Diwaktu malam harinya berangkat memang sudah menjadi adat istiadat dirumah Muh Darwis dikunjungi orang banyak sebagi kunjungan kehormatan dan malam perpisahan umum zonder undangan. Dan disitu diadakan bacaan Tahlil sebagai memberikan selamat jalan dengan serentak. Atau membaca Barzanji dan yang lain. Dan selanjutnya diterus kan dengan ramah tamah sampai lepas tengah malam.


Hj. Walidah Ahmad Dahlan

Jam 7 pagi harinya berangkat para sepuh dn gurunya Muh Darwis serta krabat-krabatnya sudah sama berkunjung kembali untuk sama mengantar keberang katannya ke station spoor Tugu. Karena pada waktu itu kota Yogyakarta masih sunyi soal kendaraan, maka umumnya orang berangkat haji dari rumahnya ber jalan kaki bersama-sama dengan para pengantarnya. Jam 8 setelah bersalaman dengan keluarga putri dan bersembahyang shafar Muh Darwis berangkat keluar ke Station dihormati oleh para sesepuh dan dihiring oleh beratus ratus pengantar dengan dimulai seruan adzan dengan nyaring tetapi sajak merawan (nglangut) sehingga para penghormat dan pengantar banyak yang berlinang-linang airmatanya dan tersedu-sedu Dan pada masa itu soal pergi haji masih dipandang sebagai berpergian yang maha penting dan sukar sulit dalam perjalanannya. Sampai di stasion  jam 9, dan disitupun sudah penuh pengantar-pengantar yang sudah mendahului jalan.
Kurang lebih jam 9.30 Muh Darwis dan pengantar pengantar yang langsung ke Semarang sudah menumpang grebong spoornya, tinggal menunggu lonceng berbunyi. Téng-téng-téng lonceng berbunyi, muadzin berseru Qomat, spoor berangkat menuju Semarang selamat jalan dan selamat tinggal. Jam 4 sore kereta api kenaikan Muh Darwis dan kawan-kawan serta pengantar-pengantarnya dari Yogyakarta sampai distation kota Semarang disambut oleh para ma syayeh dan badal-badalnya yang me nyediakan pondokan dan mengurusi serba-serbinya semala di Semarang.
Tidak berapa hari Muh Darwis dengan kawan di kota pelabuhan Semarang, hari yang ketiga lalu berangkat ke Singapoor dengan menumpang kapal dagang bang sa Tionghwa jam sore kapal mening galkan Pelabuhan Semarang 3 malam 2 hari kapal itu sudah berlabuh di Singa poor dan disambut oleh Syekh Abdul Kahar di kampung Jawa, dengan beberapa orang pegawe-pegawenya untuk menerima jamaah dan barang barangnya kerumah pondokannya. Sudah temtu Muh Darwis dan kawan kawan dapat sambutan yang sebaik-baiknya karena sejak beberapa hari Syaikh itu sudah diberi berita siapa Muh Darwis dari Yogyakarta itu.
Tidak berapa hari pula Muh Darwis di Singapoor pada hari yang ke lima sudah menumpang kapal Mispil dari Mij Maclin Walson yang berangkat dari Tanjung Pager menuju Eropa melalui Aden dan Jeddah.
Lima belas hari kapal tersebut berlayar dari Tanjung Pager Singgapoor sudah sampai di laut Merah menuju Pelabuhan Jeddah. Jam 10 pagi kapal sudah menurunkan jangkarnya, disambut oleh bebe rapa sampuk (prauw) yang akan meng angkut jamaah haji dari kapal ke Pelabuhan Jeddah.
Setelah jamaah Haji turun di pelabuhan Jeddah disambut oleh wakil pemerintah Hejaz dengan pakaian Resmi Cara pak ian Arabi Mekkah dengan memberikan assalam ‘alaikum.w.w. dan berjabat tangan kepada rombongan jemaah haji yang pertama turun dari prauw. Kemudian dipersilahkan masuk pintu soal untuk ditanya orang dari mana ? Orang yang ditanya harus menjawab dengan nama negerinya masing masing. Karena pada masa waktu itu tiap-tiap negari (kota) di Indonesia ini sudah ada Syehnya masing masing di Makkah. Pada zaman itu (pe merintah Turki) disebut zaman Taqrir. Tetapi penduduk dari Yogyakarta harus disebut Mataram. Karena Sri Sultan Yo gyakarta ada mempunyai Gedung yang khusus diwakafkan untuk rakyat Mata ram yang ada di Makkah baik yang pergi haji maupun yang muqim disana. Adapun yang menjadi nadzir disana ialah tiga orang keluarga yaitu Sjekh Muh Shadiq, Syeh Abdulgani dan Abdullah Zalbani. Jadi Muhammad Darwis dengan kawan kawannya dngan sendiri nya harus tinggal di Gedung Wakaf Mataram. Dan masuk menjadi urusan salah seorang Syeh tersebut. Berhubung dengan Muh Darwis satu-satunya anak seorang Khatib dan menantunya Panghulu besar di Yogyakarta (Mata ram) temtu saja dapat tempat majlis teristimewa di gedung Wakaf tsb.
Muh Darwis dengan kawan kawannya tiba di Makkah pada 25 bulan Rajab lalu melakukan Thawaf Sa’i dan tahalul ka rena umrohnya dan istirahat sementara hari, lalu berziarah kepada para ‘alim ulama yang dikenal dan yang tidak dikenal dari bangsa Indonesia yang ada disana dan bangsa Arab yang telah ditunjukkan dari rumah dan menyam paikan amanat kepada yang berhak menerimanya.

SELAMA ADA DI MAKKAH.
Selain sebagai biasa jama’ah haji sama berziarah ke tempat maätsir-2 yamg dipandang penting, umpama: Maulud Nabi, Maulud Ali, Jabal Qubaisy, Jabal Noor, Jabal Tsur dan sama rajin beribadat di Masjidil Haram, Muh Darwis rajin pula mengikut serta kawan-kawan yang sama menuntut ilmu kepa da para ‘alim ‘ulama bangsa Indonesia yang sudah muqim disana dan ‘ulama Arab yang sydah dikenalkan sejak dari tanah Jawa oleh orang tuanya.
Teristimewa bulan Ramadhan banyak para ‘alim ‘ulama yang sama membaca kitab di Masjidil Haram diwaktu pagi sampai siang, waktu siang sampai senja sebagi ‘amalan ibadat dalam bulan yang mulia itu. Tetapi ‘ulama bangsa Indonsia kebanyakan sama membaca kitabnya dirumah pada waktu malam. Seperti K.H. Makhfudz dari Termas, K.H. Nakhrawi (Muhtaram) dari Banyumas, K. Muhamammad Nawawi dari Bantan dan ‘ulama bangsa Arab yang telah dikenal.
Selama bulan Syawal setelah selesai hari ‘Idul Fitri jemaah haji pada umumnya sama diantar oleh muthawwifnya masing -masing berziarah kepada para Imam Syafi’i untuk mengambil ijazah meng ganti nama dari nama Indonesia menjadi nama Arab dan ditambah haji. Muham mad Darwis pun tidak ketinggalan ikut serta dalam rombongannya ia menuju Ziarah kepada Imam Syafi’i Sayid Bakri Syatha. Dan dapat ijazah nama Haji Ahmad Dahlan.
Sesudah habis hari ‘Arafat (hari wuquf) dan menyelesaikan rukun serta wajibnya ‘ibadat haji, Haji Ahmad Dahlan tidak berapa lama lagi tinggal di Makkah, lalu bersiap untuk pulang ke tanah air. Pada akhir bulan haji berangkat dari Makkah menuju Jeddah dengan kawan-kawannya semula. Pada permulaan bulan Shafar H.A. Dahlan dan kawan-kawannya su dah sampai di pelabuhan Semarang dan disambut oleh krabat dan famili-fami linya.
Oleh karena pada masa itu soal pergi dan datang dari haji masih dipandang seba gai bepergian yang besar dan kramat dan memang masih jarang orang dapat menu naikan kewajiban rukun Islam ke 5 itu. Maka tidak heran bahwa akan tibanya H.A. Dahlan di Yogyakarta itu menjadi kesibukan sanak kadang krabat dan handai taulan Para pemuda-pemuda mempersiapkan kendaraan kudanya untuk menyongsong H.A. Dahlan ke Station Yogyakarta dengan semangat yang gembira dan meriah.
Jam dua lepas tengah hari yang telah diten tukan H.A. Dahlan telah tiba di Station Yogyakarta dengan sambutan yang gem bira, ratusan kaum muda yang berkuda, sedang para sepuh dan H.A. Dahlan serta familinya sama menunggang kereta yang istimewa.
Sesampainya di kampung Kauman H.A. Dahlan dan kawannya turun dari kreta menuju ke Rumah Hoofd Panghulu untuk menyampaikan Slamat Datang dan menghaturkan salam ta’lim dari para ulama di Makkah yang sama mengi rimkan salamnya, kemudian para haji yang turun itu sama pulang ke rumah masing-masing.
Kegembiraan mengantar dan menyong song orang pergi dan pulang dari haji pada masa itu masih sebegitu besar per hatiannya, karena pada pengha rapanmnya orang pergi dan pulang haji itu sama mengandung berkah yang besar dan banyak serta ampuh doanya selama 40 hari dari saat datangnya.
H.A. Dahlan tidak tinggal lama di tanah suci Makkah tetapi biasa sebagaimana jamaah haji yang lain. Hanya karena beliau ini rajin belajar disana dan memang sudah membawa bekal pengetahuan yang cukup dari rumah, maka banyaklah tambah pengetahuannya dari Makkah, sehingga dapat membantu mem beri pelajaran kepada murid-murid ayahnya yang belajar diwaktu siang (ba’ dal dzuhur) dan diwaktu sore (ba’dal maghrib) dengan secara sorogan (satu persatu) menurut kitabnya masing ma sing murid di langgarnya.

H.A. DAHLAN MULAI JADI GURU.
Sejak pulang dari Makkah beliau sudah mempunyai bakat sebagai guru, yang mengajar murid-murid ayahnya yang belajar diwaktu siang (ba’dal dzuhur) dan disore (ba’dal magrib sampai ‘isya) dilanggar bagi anak anak yang belum dan sedang dewasa dengan secara sorogan (satu persatu) menurut kitabnya murid masing masing, sebagai mem bantu pekerjaan ayahnya. Tetapi pela jaran diwaktu sore (ba’dal asyar) terha dap orang dewasa / para sepuh masih dipegang K.H. Abubakar sendiri dan H.A. Dahlan ikut serta dalam pengajian itu. Demikian berjalan terus dalam beberapa tahun, dan hanya apabila K.H. Abubakar berhalangan H.A. Dahlan lah yang mengganti sebagai wakilnya. Setindak demi setindak berkembanglah sebutan Kyai kepada H.A. Dahlan mulai dari muridnya diwaktu siang dan ba’dal maghrib, lama lama murid dewasa / para sepuh dari murid ayahandanmya pun memanggil juga Kyai.

H.A. DAHLAN DIBERI MODAL BUAT DAGANG.
Kurang lebih satu tahun sepulangnya H.A. Dahlan dari Makkah, K.H. Abu bakar sebagai ayah yang kasih sayang kepada putranya, maka dengan ikhlas hati dan cinta kasihnya, berkenan memberi modal hidup untuk berdagang kepada H.A. Dahlan dan mbakyunya (Nyai H.M. Saleh) masing masing F 500 sampai F1000. Tentu saja dua putra dan putri sama gembira menerima modal hidup dari pada orang tua yang saleh dan terhormat sebesar itu.
Nyai H. Saleh dengan modal F 500 lalu diserahkan kepada suaminya untuk me nambah modal dagangnya yang telah berjalan sebagai toko barang cambric dan sebagian kecil kitab-kitab Arab dan Alqur’an dan lain lain. Sedang H.A. Dahlan modal hidup itu sebagian banyak dibelikan kitab kitab yang dipandang perlu buat dirinya. Soal dagang untuk hidup duniawi bukan soal yang paling prinsip buat H.A. Dahlan tetapi dagang yang kekal dan zonder rugi serta untung dan abadi sampai dihari nanti. Demikianlah fikiran dan cita-cita K.H.A. Dahlan sejak dari dahulu.

MU’SYARAH K.H. KHATIB AMIN H. ABU BAKAR DALAM RUMAH TANGGANYA.
Kyai Khatib Amin H. Abubakar me mang seorang yang ‘alim tua, dan dipertua oleh penghuni kampung Kau man dan kampung sekitarnya.
Pekerjaannya menjadi guru Agama seba gai sukarela untuk penghuni kampung Kauman dan kampung sekitarnya pada tiap tiap hari disa’at yang tertentu.
Penghidupannya, selain menjabat pang kat Khatib Amin, menjadi Jati-houd handel untuk melayani umum. Tokonya disebelah muka rumahnya, pekerjaan itu jalannya diserahkan serang magersarinya yang boleh dipercaya.
Keluarganya istri Nyai Khatib Amin dan putra dan putrinya dan rewang yang terdiri dari krabatnya sendiri. H.A. Dah lan dengan istri dan anaknya termasuk keluarganya.
Pergaulannya sungguh senang dan menyenangkan bagi siapa saja yang memandang. Aman tenteran ajam baha gia dan sejahtera, dan mulia. Pergaulan dalam rumah itu seolah-olah merupakan suatu gedung pendidikan jasmani dan rohani yang sangat tinggi nilai dan mutunya. Karena pengimpin pergaulan dalam rumah tangga itu pengimpin yang besar jiwanya dalam agama dan suci murni serta ikhlas jatinya.
Yaitu beliau K.H. Khatib Amin yang luas ‘ilmunya dan memang asal keturunan dari ‘alim ulama yang telah lampau. Dan dibantu oleh putranya H.A. Dahlan yang sangat mirip segala gerak geriknya, malah karena masih muda dan berpengetahuan, lebih supel dan merantasi untuk melayani pergaulan sekeluarga rumah tangga itu dan tamu tamunya. Sehingga barang siapa tetamu yang da tang membawa susah dari rumah, melihat suasana pergaulan yang senang dan tenang serta tenteram bahagia di rumah K. Khatib Amin maka rasa ter hiburlah mereka dan linyaplah rasa susah yang berat itu. Dan barang siapa tetamu yang datang membawa hati yang riang dan gembira, maka merasa ber syukurlah kepada Allah s.w.t. karena merasa ikut menikmati pergaulan yang bahagia itu. Demikianlah suasana rumah tangga K.Khatib Amin sejak gatangnya H.A. dahln dari Makkah agak bertambah nilainya.

IBU NYAI KHATIB AMIN MENINGGAL DUNIA.
Memang dunia selalu berubah dan sua sana senantiasa saling berganti. Wa maddahru illa wakadza fasthabirlah, raziyyata maa lin autiraqa habiibi, yang kemarin sudah bungah dan yang seka rang bungah, mumgkin besuk akan me njadi susah. Begitulah seterusnya.
Dalam pada itu keluarga K. Khatib Amin H. Abubakar bersualah dengan su atu mushibah yang mengguncangkan masyarakat rumah tangganya, ialah pada akhir bulan Sya’ban tgl 30 meng hadap tanggal 1 bulan Ramadhon tahun 1890 ibu Nyai Khatib Amin, ibunya H.A. Dahlan yang sangat dihormati dan dicintai telah meninggal dunia pulang ke rahmatullah, karena sakit dalam bebe rapa hari saja, Innalilllah wa inna ilaihi roji’un. Bukan saja keluarga Khatib Amin H.Abubakar yang merasa kehi langan ibunya yang dicinta sayangi, teta pi penghuni kampung Kauman dan seki tarnya pria dan wanita yang ikut serta mengeluarkan air mata dan tersedu sedu karena kehilngan ibu yang dicintai. Tanggal 1 bulan Romadlon setelah si sholatkan jenazah almarhumah disurau nya, jam 8.30 janazah dimakamkan di Karangkajen dengan kehormatan kaum muslimin yang sebanyak banyaknya. Mudah mudahan ruh almarhumah dite rima oleh Allah s.w.t. dengan sebesar rahmat dan nikmatnya. Amin.
Menurut adat istiadat dimasa itu mulai malam yang pertama orang menyebut malam sutanah, dan dibacakan tahlil dan kenduri dan seterusnya pada tiap ba’dal Isya sampai selesai 7 hari ratusan yang hadir tidak dengan diundang dan malam ke 7 dengan kenduri. Dan pada tiap tiap pagi selama 7 hari itu, keluarganya K. Khatib Amin sama mengunjungi kubur ibunya untuk membaca tahlil. Pada malam 40 harinya, malam 100 hari, malam satu tahun, malam dua tahun dan malam 1000 harinya sebagai selamatan yang penghabisan, semua yang berhadir harus dengan undangan resmi. Dan ja muannya merupakan ambengan yang dibawa pulang oleh hadlirin. Adapun jamuan yang terakhir 1000 hari itui lebih besar dari pada jamuan kenduri yang lain.
Sejak meninggalnya almarhumah ibunda H.A. Dahlan, K.Khatib Amin H. Abu bakar hidup sebagai orang tua sebatangkara, walaupun putra dan putrinya tidak kurang kurangnya sama melayani seorang tua ayahanndanya, teristimewa Nyai Haji Shaleh yang sangat ber dampingan rumah dengan ayahandanya sedang H.A. Dahlan dalam satu rumah dengannya.
K.Khatib Amin, rupanya karena keadaan suasana tenang tenteram dan aman sudah kembali sebagai sediakala, hidup seba tang karanya itu sangat tidak mempe ngaruhi jiwanya yang sabar dan kuat menekan nafsu dan hawanya. Sehingga tidak sedikit saja kelihatan menunjukkan rasa terharu terhadap almarhumah. Tetapi roman wajahnya kelihatan seperti biasa tidak mengandung rasa berat dan kecewa, malahan kelihatan bregas waras / sehat dan ‘afiat.

K.H.A. DAHLAN MENGKAWINKAN AYAHANDANYA.
Disaat yang riang gembira H.A. Dahlan sering mendekati ayahnya sambil me layani masa futur diwaktu pagi dan bercakap cakap soal aneka warna seolah olah menghibur syah dengan cara yang halus dan sopan santun sambil senda gurau, ayahanda dianjuri andai kata ayah kawin lagi bagaimana ?. Dengan anjuran yang disertai senyuman itu, ayah pun menjawab dengan senyum juga, ah aku sudah tua, sebentar lagi tentu akan menyusul ibumu !. Soal menyusul wa laupun anakanda yang masih muda tentu akan menyusul juga bahkan mungkin anakanda akan menyusul lebih dahulu. E, jangan kau menyusul ibumu, ibumu itu bagianku yang menyusul, sedang bagianmu menyusul istrimu kalau ia mati lebih dahulu.. Keduanya yang betcakap sama tertawa, tetapi tertawa ringan menunjukkan isi hatinya sama lega.
Dari pada ketelitian dan ketelatenan K.H.A. Dahlan serta pandainya bicara sejak mulai dari senda gurau sedikit demi sedikit menkadi perundingan yang konkrit dengan ayahnya.
Sesungguhnya kami para anak anak sekalian itu sama memandangf ayah hidup sebatang kara sama merasa sangat kasihan dan tidak sampai hati karena tidak ada ibu yang menghadapi, ayah diwaktu minum diwaktu pagi, dan tidak ada ibu pula yang menghadapi diwaktu dahar siang dan diwaktu dahar sore. Walaupun diantara 1-2 ada yang mela yani bapak, tetap sesudah selesai juga lantas sama pulang. Tetapi semua itu tidak sampai hati akan mencetuskan rasa hatinya terhadap bapak kawatir kalau kalau tidak dapat persetujuan dari bapak.
Keinginan bakyu bakyu dan adik adik juga anaknya sendiri ingin memandang ayah hidup senang tenteram dan bahagia seperti sediakala (dizaman ibu yang sudah sudah).
Sang ayah menjawab dengan mengandung bertanya: apakah mungkin ayahmu ini akan dapat kawin seorang wanita yang seimbang dengan ibumu yang mar humah ? Hal itu tentu ikhtiari dengan sedapat mungkin.
Adakah calon ganti ibumu itu sudah kamu pikiran kalau sudah siapakah calon itu ? Cobalah kau tunjukkan namanya.
Calon itu buat pendapat anaknda yang belum anakanda runding dengan bakyu bakyu dan adik adik ialah Ibu Khatib Tengah, Bagaimana pertimbangan ayah ?
Untuk menyingkat berunding, coba aku akan beristikharah pada Allah dan kau berunding dengan saudara saudaramu. Dan apa nati hasil istikharahku dan hasil rundinganmu kalau cocok jadi putusan yang konkrit.
Dua hari setelah berunding yang terakhir ini Alhamdulillah hasil istikharah dan berun ding dapat sesuai dengan bulat. Akhirnya sang ayah memberikan idzin untuk dijalan kan perundingan dengan yang bersangkutan.
Alhamdulillah dengan qodlo’ danqadar Allahg s.w.t. perundingan diantara kedua belah fihak, K.H.A. Dahlan yag mempunyai ayah dan Raden Khatib Tengah Haji Muhammad yang mempunyai ibu, perundingan akan men jodohkan bakal mempelai tua ayah dan ibu itu dapat berhasil dengan lancar se bagai dimaksud.
Kemudian K.H.A. Dahlan lalu melapur kan hasil perundingannya yang memuaskan itu kepada ayah dan saudara saudaranya dengan lega dan gem bira. Kemudian sang ayah meme rintahkan kepada putra dan putri putrinya supaya direncanakan pelaksa naanya dengan secara sederhana secara mempelai tua.
Para putra dan para putri dari kedua belah pihak mempelai K.Khatib Amin dan Ibu Nyai R.Ng. Khatib Tengah Haji Muh Ma’ruf sama berkumpul berunding merencanakan peleksanaan nikahnya ayah dan ibu mempelai tua tersebut.
Perundingann dapat memutuskan dengan bulat, bahwa pelaksanaannya pernikahan ayah dan ibu dilangsungkan pada hari kamis malah Jum’at terakhir bulan rajab 1891 Miladiah jadi berjalan 19 bulan 25 hari, dari wafatnya almarhumah ibu Nyai Khatib Amin. Perhelatannya hanya dise lenggarakan dengan secara sederhana, yang ringkas, yaitu Wali saudara diun dang dirumah Khatib Amin pada malam Jum’ah tersebut jam 8 ba’dal Isya. Yang diundang hanya keluarga mempelai laki dan mem pelai wanita dan krabat yang karib dari kedua belah fihak. Pernikahan dilang sungkan pada jam 8 persis dirumah K. Khatib Amin H. Abubakar, Muzkinya K.H.M. Noor disaksikan oleh beberapa ‘alim ‘ulama keluarga dan krabat mem pelai. Doa perkawinan diucapkan oleh K.H.Muh Fadlil mertua K..A. Dahlan , bapak K.H.M. Noor.
Selesai peralatan perkawinan lalu dihi dangkan jamuan walimahan dengan Maidah ‘Arabiah, walaupun secara seder hana, tetapi ladzat dini’matinya. Kemu dian ramah tamah sampai jam 10 malam keluarga dan kerabat sama bubar pulang dengan ahlinya masing masing kerumah.
Sejak itu sungguh sungguh hidup K. Khatib Amin kembali hidup senang ten tram bahagia dan sejahtera, sebagai sedia kala. Mudah mudahan Allah s.w.t. senan tiasa mencurahkan berkat dan rahmat dan ni’matNya Amin.
Berjalan 2 tahun perkawinan K.Khatib Amin dengan Ibu Nyai Khatib Amin yang baru ini tidak dengan disangka dan dikira pada semula, bahwa akan dika runia oleh Allah s.w.t. putra yang si fatnya menggirangkan kepada K.H.A Dahlan, karena beliau mempunyai sau dara laki yang seibu dan seajah, walaupun sebenarnya hanya seayah saja. Anak itu makin berumur makin meng gembirakan kepada ayah dan ibunya karena sifatnya kelihatan agah lebih dari pada yang lain. Anak itu diberi nama Muhammad Basyir. Tetapi akhirnya membikin kecewa kepada keluarga sekaliannya ialah setelah anak itu meningkat umurnya menginjak tahun ke 6 dengan kebijaksanaan Tuhan ditarik kembali oleh Tuhan hendaknya tidak memfitnah dikelak kemudian hari (wafat) dalam tahun itu. Sepeninggal putranya Rd. Muhammad Basyir ayah dan bundanya kelihatan susah hatinya, tetapi untunglah disampingnya ada K.H. A. Dahlan yang dapat menghibur
sehingga dengan sedikit kesusahan itu lekas menjadi ridha.
Walaupun K.H.A. Dahlan tidak kurang cakap dan cukup memuaskan untuk ber bakti melayani kepada ajah bundanya, tetapi karena memang yang ayah sudah tua dan dihinggap penyakit asma, sudah barang tentu kesehatan makin hari men jadi makin kurang. Sehingga beberapa hari beliau menderita sakit yang pada kelihatannya ringan saja, tetapi sakit itu membawa akhir hayat beliau dengan sua sana tenang dan tenteram pada kira kira 10 hari yang terakhir dalam bulan Sya’ban tahun Ehe 1896 Miladiah.
Dengan wafatnya K.Khatib Amin H.Abubakar ummat Islam penduduk kota Yogyakarta kehilangan guru besar yang shaleh. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Tentu saja suasana kota Yogyakarta buiat kaum muslimin pada umumnya menjadi heboh karenanya. Janazah K. Katib Amin mendapat perhatian dari umum dan mendapat penghormatan cukup dari segala golongan teristimewa para bangsawan Kraton Yogyakarta.
Janazahnya setelah dishalati di Masjid Besar Yogyakarta, lalu dimakamkan dipemakanan Nitikan Yogyakarta satu makam dengan ayahnya K.H. Sulaiman. Dan beratus ratus pula kaum muslimin yang menghadiri bertahlil pada tiap tiap malam sampai 7 malam.

K.H.A. DAHLAN DIANGKAT MEN JADI KHATIB AMIN SEBAGAI PENGGANTI AYAHNYA.
Memang lazim secara adat istiadat Kraton Yogyakarta bilaman salah seo rang abdinya yang meninggal dunia, maka anakanda lelaki yang sulung diang kat sebagai gantinya, menduduki akan kedudukan ayahnya yang meninggal itu dengan menerima tugas dan belanja serta sawah dan tanah tempat tinggal bekas yang ditempati ayahnya. adapun K.H.A. Dahlan diangkat menjadi ganti ayahan danya, dengan diberi nama Khatib Amin Haji Ahmad Dahlan.
Tugas K.H.A. Dahlan sebagai Khatib:
1. Khutbah Jum’at saling berganti de ngan kawannya 8 orang khatib
2. Piket di serambi Masjid dengan ka wan kawannya 6 orang tiap sekali se minggu
3. Menjadi anggota Raad Agama Islam Hukum Keraton
4. Lain lain yang tertentu dan tidak tentu
Dengan pengangkatan itu K.H.A. Dah lan mengalami hidup baru sebagai pegawai dalam negeri karena jabatannya. Tetapi walaupun demikian, beliau ini tidak me ngubah sikapnya terhadap orang lain da lam masyarakat.
Dengan pengangkatan beliau menjadi khatib, maka terpaksa beliau mengijak halaman hidup baru sebagai pejabat resmi yamg mempunyai tugas sebagai tersebut diatas. Tugas-tugas itu oleh K.H.A. Dahlan digunakan untuk mengamalkan ilmu nya dan diwaktu piket diserambi Masjid Besar digunakan untuk memberi pela jaran kepada mereka yang tidak dapat belajar disurau surau tempat pengajian yang tetap waktunya, diwaktu pagi, di waktu siang dan diwaktu sore, karena desakan ekono minya dan mereka itu memang biasa tidur atau istirahatnya di serambi itu. Kesempatan yang demikian itu (piket/caos) tidak digunakan oleh para khutaba yang lain kecuali oleh Kha tib Amin H.A. Dahlan. Karena piket diserambi Masjid Besar itu tidak ada pe kerjaan yang pasti kecuali Muadzin dan merbot (tukang sapu).

SIFATNYA K.H.A. DAHLAN.
K.H.A. Dahlan walaupun ujud pri badinya masih muda, tetapi karena me mang susah luas pengetahuannya dan memang sudah sering membantu peker jaan mengajar (membaca kitab) almar hum ayahnya dikala ada halangan (ta’a dzur) terhadap murid –murid ayah yang sepintar dan lebih tua dari beliau, jadi diangkat sebagai Katib pengganti kedu dukan ayahnya itu tidak menjadi kebangga an (tafakhur) bagi K.H.A Dahlan.
Memang K.H.A. Dahlan sejak mulai kecil sudah memiliki tabi’at yang halus dan lemah lembut serta shabar dan suka mengalah, asal tidak menyinggung hukum Agama yang merugikan.
Berani mengubah adat istiadat yang ber tentangan dengan agama, walaupun sudah berlaku sejak dimasa yang lampau oleh orang orang tua kita, dengan cara yang bijaksana.
K.H.A. Dahlan orang yang kuat hati, te guh pendiriannya berdiri diatas keyakin an imannya, berani tanggung jawab atas segala perbuatannya yang benar bagi aga ma, walaupun berakibat merugikan kepa da pribadinya sendiri. Beliau seorang ‘a lim yang sudah merasa dan mengakui bahwa dirinya telah menduduki kursi ulama yang harus penuh tanggung jawab atas ra’yat ummatnya disisi Allah s.w.t. tentang baik buruknya dan sesak dan benar agamanya. Dan merasa tersentuh oleh kata kata Imam Ghazali dalam kitabnya yang dirasa tepat benar (logis) yaitu Fasadul 'iyali min fasadil muluk wa fasadil muluki min ‘ulamaissyu. Rakyat, raja dan pembesar kepala negara sama rusak susilanya, apalagi jiwa agama ketauhidan nya, sudah bejat sama sekali, sehingga Islam tinggal nama Al Quran dan kitab kitabnya tinggal tulis annya. Perbuatan maksiat merajalela meliputi masyarakat dari segala tingkat, namun para ‘ulama / kyai kyai masih tetap mengakui sebagai ‘ulama yang sha lih. Perkataan Imam Ghazali diakui kebe narnnya, tetapi nama Ulama-ussuk dibikin buang buangan oleh para ulama dian tara satu sama lain dengan timbal balik. Ulama yang shalih itu sama menun jukkan keshalihannya, dengan tiada suka menuntut kehidupan dunia dengan usa ha, tetapi malah menunjukkan keshu fiannya kepada para murid murid khususnya dan kepala kaum muslimin umumnya yang akibatnya menjadi sa saran sidqah sasaran zakat dan hadiyah.

PERJUANGAN K.H.A. DAHLAN SOAL QI BLAT.
Setelah diselidiki keadaan merosotnya umat manusia terutama ummat Islam dalam agamanya, sehingga shalat lima waktu hanya merupakan shalat gambar saja artinya shalat yang tidak ada be kasnya, karena shalatnya hanya mengi kuti adat istiadat orang orang tuanya yang telah lampau dimasa yang lalu, se hingga shalat itu hanya dipandang seba gai adat istiadat Islam yang tidak ber jiwa agama. Terbukti pada keadaan yang terjadi dimasa yang lalu, ialah masjid di tanah Jawa banyak yang pembangun annya tidak didasarkan uentuk kepen tingan agama, tetapi didasarkan untuk kerapihan pembangunan negara. Ternyata bahwa keadaan masjid itu qiblatnya tidak tepat kearah Masjidil Ha ram di Makkah, tetapi bangunan Masjid itu kebanyakan mengikuti rentetan jalan yang sudah ada. Malah ada masjid yang menghadap kearah timur laut, dan qib latnya kearah barat daya. Karena jalan besar yang mukanya membujur dari Timur dan kebarat laut, tidak dari selatan ke utara menurut petunjuk kompas. Ada juga masjid yang qiblatnya tepat kearah Masjid il Haram di Makkah, yaitu Masjid yang kuno kuno seperti Masjid di Demak daerah Semarang Masjid di pasar gede Masjidnya K. Panembahan Senopati di Yogyakarta. Dan mungkin Masjid Ngampel di Surbaya dan lain lain, tetapi tidak banyak. Selama itu qiblat masjid yang demikian itu tidak menjadi perhatian oleh kaum muslimin pada umumnya.
Padahal shalat lima waktu, adalah tiang besar bagi agama Islam dan sumber agung ‘amal shalih bagi umat Islam.
Oleh karena itu K.H.A. Dahlan sebagai orang yang ahli dalam ilmu falaq (cakra wala) mengetahui benar dengan dengan keyakinan bahwa masjid masjidnya kaum muslimin di Indonesia pada umum nya dan ditanah Jawa pada khususnya, banyak yang qiblatnya tidak tepat menuju kearah Masjidil Haram di Makkah. Oleh karena itu beliau bersungguh sung guh berusaha dengan sekuat tenaga dan fikirannya untuk membenarkan qiblat shalatnya kaum Muslimin Indonesia dalam masjid masjidnya, terutama di Yogyakarta. Beliau mengetahui bahwa akan memecahkan soal qiblat itu bukan soal ringan dan mudah. Tetapi soal yang berat dan sulit, dan mungkin menim bulkan heboh ummat Islam yang tidak diinginkan. Oleh karena itu beliau harus hati hati awas dan waspada. Karena para alim ulama di Indonesia pada masa itu belum / tidak banyak yang mempunyai keahlian dalam ilmu falaq (cakrawala) seperti K.H.A. Dahlan. Hanya seorang alim mempunyai keahlian dalam ilmu falaq di Semarang ialah K. Raden Haji Dahlan dari Termas Pacitan dan seorang lagi ialah Syaichul Ilam yang diangkat oleh Belanda yaitu Sayid Usman al Habsyi di Batavia. K.H.A. Dahlan tentu merasa cemas akan memecahkan soal qiblat di Yogyakarta, karena akan menghadapi para ulama yang masih buta dalam ilmu Falaq dan kekuasaan agama yang hanya diserahkan kepada Hoofd Penghulu dan bawah bawahannya yang kebanyakan agama agama naluri / wajad na Abaana.
Walaupun rasa cemas rasa hatinya hendak melaksanakan maksudnya yang berat dan sulit itu, tetapi karena kepen tingan agama, maka berat dan sulit itu tidak dihiraukan, karena memang sudah semestinya menegakkan kebenaran aga ma ditengah tengah masyarakat yang bo brok harus ada rintangan dan pengurbanan dan bencana yang hebat tetapi karena berkeyakinan bahwa tujuan itu akan berhasil dengan taufiq dan hidayat Allah s.w.t. dengan shabar dan tawkal dikerjakan.
K.H.A. Dahlan mulai membuka kata ka tanya tentang qiblat yang dimaksud, dipengajian orang orang tua setempat yang gurunya Kyai Lurah H. M. Nur seorang alim yang terkemuka di Yog yakarta, yang berwibawa dalam pan dangan serta memang mempunyai kedudukan menjadi Imam Ratib di masjid besar kota Yogyakarta, sebagai lurah (ke pala) berjama’ah di Masjid Besar ter sebut. Serta pula memang tempat kedi amannya menjadi pusat pesantren yang rame sekali bilamana diadakan upacara hari besar Islam. Yang dimaksud hari besar Islam pada masa itu, bukanlah hari besar Islam yang diresmikan oleh Peme rintah Indonesia sekarang ini. Tetapi hari besar ‘Idul fitri hari 10 Asyura dan Nisfu Sya’ban. Dua hari besar itu biasa dira yakan dengan membaca kitab yang mene rangkan maziah maziahnya dua hari be sar itu dan betapa besar pahalanya orang yang beramal baik dihari itu. Dan pera yaan itu dihabisi dengan jamuan besar, yaitu kebuli samin made in Arabia yang dengan memotong beberapa ekor kam bing yang dibiayai dengan urunan yang pada tiap tiap orang sedikitnya f. 0.5 dan banyaknya tidak terbatas. Dalam pera yaan yang demikian itu biasanya dapat perhatin besar sekali dari penduduk santri dari luar kampung Kauman, umpa manya dari Karangkajen, Pakualaman, Lempuyangan dan Kadipaten. Disitulah tempat meletakkan maksud K.H.A. Dahlan yang diucapkan oleh K. Lurah Haji Muhammad Noor terhadap mereka para hadirin dengan secara bil hikmat wal mauidzotil hasanah sebagai permak luman saja, dengan kata katanya Assa lamu’alaikum.w.w. Saudara saudara hadirin yang terhormat, disini saya ma’lumkan kepada saudara saudara sekalian, bahwa berhubung perayaan Nisfu Syaban (tanggal 15 bulan Ruwah) yang mulia dan perayaan hari ‘Asyura (10 bulan Muharram) yang bersejarah, yang telah sekian tahun berjalan, ternyata bertambah yang hadlir sehingga surau yang tidak kecil itu sampai meluap meluap tidak mencukupi untuk kita semua duduk disurau, malah lebih banyak yang duduk ditikar diatas ditanah. Oleh karena itu dimajukan saran (usul) oleh Tibamin (K.H.A. Dahlan dan K.H. Lurah Nur adalah kakak ipar dari K.H.A Dahlan, Tibamin adalah nama pangkatnya K.H.A. Dahlan seba gai Khatib Amin. Sebutan samparan kakak kepada adik) hendaknya surau itu dibesar dan panjangkan, serta diperindah dan qiblatnya ditujukan kearah Masjidil Haram di Makkah sehingga dapat mencukupi bila kita duduk disurau semua bilamana kita mengadakan pera yaan Nisfu Sya’ban dan ‘Asysyura seper ti sekarang ini. Adapun biaya untuk itu akan didapat dari barang siapa saja diantara para hadirin yang suka mender ma sebagai amal Jari’ah yang tidak akan putus putus pahalanya sampai hari kemudian. Yang nanti akan diputar kan list derma kepada saudara saudara.
Pada waktu itu diantaranya ada yang menyatakan, apa diperkenankan kalau se karang mendaftar lebih dahulu. Pertanya an itu dijawab boleh.
Kemudian ada yang menyatakan saya 25 gulden, saya 100 gulden saya 50 gulden dan seterusnya sampai berjumlah kurang lebih 450 gulden, semua dicatat nama dan alamatnya. Kemudian list diputtarkan menuju kepada yang didaftar dan belum didaftar.
Alhamdulillah dalam 9 bulan surau yan dicetuskan itu sudah selesai dilak sanakan dengan menurut rencana yang dimaksud, serta tidak mendapat rin tangan suatu apa. Yang sama menderma gembira dan menambah kemakmuran kampung Kauman dalam bidang penga jian dan pendidikan secara santri dimasa itu.
K.H.A. Dahlan gembira dan syukur kepa da Allah s.w.t. bahwa cita citanya ber hasil dengan keadaan suasana yang te nang aman tentram. Oleh karena itu beliau makin bertambah kuat jiwanya untuk meneruskan cita citanya memper baiki surau surau dan masjid masjid yang masih kurang sempurna qiblatnya.
Pada akhir tahun 1897 K.H.A. Dahlan memandang perlu akan mencetuskan cita-citanya yang lebih luas itu membuat Majlis Musyawarah diantara para ‘alim ulama dari dalam dan luar kota Yog yakarta untuk memecahkan soal qiblat tersebut di daerah Yogyakarta. Angan-angan itu dirundingkan lebih dahulu dengan kawan kawan ulama yang telah sependapat, rundingan itu dapat per setujuan dan lalu ditetapkan waktunya.
Hari Senin malam Selasa yang biasa para ‘alim ulama fry tidak mengadakan kuliah pada muridnya masing masing dirumah / dipondok atau disurau surau nya pada akhir sepuluhnya bulan Syawal tahun Jimawal 1312 (1898). Dihadiri para alim ulama kurang lebih 17 orang dari dalam dan luar kota Yog yakarta. Pertemuan ini tidak merupakan suatu rapat yang teratur dengan ketua dan penulis, tetapi merupakan pertemu an ramah tamah dan musyawarah atau munadzarah yang masing masing mem bawa kitab yang dipandang perlu untuk membicarakan soal qiblat. Diadakan di surau K.H.A. Dahlan Kampung Kauman atas undangan K.H.A. Dahlan.
Musyawarah dimulai pada jam 8 malam sesudah ‘isya (dahar malam) yang hadir:
1. K.H. Lurah Nur, Kauman Yogya karta
2. K.H.A. Dahlan Kauman Yogyakarta
3. K. Muhammad Faqih Kauman Yog yakarta
4. K.H.A. Abu Bakar Kauman Yog yakarta
5. K.H. Khatib Cendana Kauman Yog yakarta
6. K.H. Abdul Hamid Lempuyangan Yogyakarta
7. K.H. Abdullah Siraj Pakualaman Yogyakarta
8. K.H. Marzuki Wonokromo Yogya karta
9. K.H. Syafi’I Wonokromo Yogya karta
10. K.H. Abdullah Blawong Yogyakarta
11. K.H. Kholil Wonokromo Yogyakarta
12. K.H. Ja’far bin Fadlil Kauman Yogyakarta
13. K.H. Muh. Shaleh Kauman Yogya karta
14. H. Abdul Rahman Kauman Yogya karta
15. H. Muhammad Humam Kauman Yogyakarta
16. Muh Al Baqir
17. Dan 5 orang pemuda
Sebagai tuan rumah K.H.A. Dahlan me ngucapkan puji dan syukur kepada Allah s.w.t. Dan mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian para kyai yang telah sama ikhlas hati menghadiri pertemuan yang kami adakan ini malam, lebih gem bira pula saya dapat melihat persiapan para kyai telah membawa kitab kitab atau nashah yang tentu saja bersangkut paut dengan masalah yang akan dibi carakan pada ini malam, ialah soal qiblat kita umat Islam ditanah Jawa pada umumnya dan Yogyakarta pada khususnya. Harapan kami mudah mudahan ramah tamah munadzarah ini dapat persesuaian pendapat dalam mu nadzarah itu. Kemudian kami pers ilahkan kepada para sepuh mulai mene rangkan pendapatnya. Tersilah.
Setelah para kyai sama membuka kitab nya masing masing dan menyatakan pen dapat yang bersendi dari pada kaul kaul nya ulama yang ada didalam kitabnya masing masing yang temtu saja akan be beda beda kalam dan pahamnya, namun suasana munadzarah itu menunjukkan suasana tenang dan tenteram dan keli hatan musyawarah yang timbul dari hati ke hati, dan suci hati sentiment satu dengan yang lain. Demikianlah pada permulaannya.
Akan tetapi oleh karena pada permula annya dipersilahkan menyatakan pen dapatnya masing masing, sudah menun jukkan perbedaan pendapat karena ber dasar kaul kaulnya ulama terdahulu yang memang sudah berbeda sejak masa dahu lu dalam kitabnya.
Dari sebab sama memegang dalil dari pada kitab kitab yang lama itu mereka menjumud tidak mau pindah kepada kea daan yang benar dan nyata, dalam ilmu jaghrafiah yang dibenarkan oleh dunia, bahwa letaknya tanah suci yang ada qiblatnya sembahyang kaum muslimin disebelah utara khatulistiwa diantara 24 derajat. Oleh karena itu qiblat kaum mus limin ditanah Jawa khususnya dan Indo nesia umumnya harus condong ke utara kira kira sekian itu.
Munadzarah berjalan langsung sampai jauh malam. Walaupun hawa malam ma kin jauh makin dingin, tetapi jalannya musyawarah malahan makin hangat dan seram. Dalil berlawan dalil, pendapat berlawan pendapat, sehingga terdengar lah seruan bang pak muadzin dari Masjid Besar, barulah Munadzarah terhenti kare na waktu subuh sudah masuk dan mem bikin tenang dan tentrem hati para alim ulkama, kembali aman sebagai sedia kala.
Setelah selesai sembahyang subuh para alim ulama sama pulang kerumah ma sing masing sama berjabatan tangan dan memberikan selamat jalan dan mengucapkan banyak terima kasih. Selesai.
K.H.A. Dahlan merasa gembira, walau pun munadzarah itu tidak membawak hasil yang dimaksud dengan 100%, justru kebenaran bahwa yang demikian itu tidak menghebohkan suasa na yang aman tenang dan tentram. Tetapi adanya musyawarah itu kesannya membawa pengaruh yang besar sekali bagi kaum muslimin yang sadar tentu akan mengi kuti yang benar.

MASJID BESAR KOTA YOGYA LANTAI NYA DIGARIS DENGAN KAPUR.
Selang beberapa hari dari adanya Musya warah terkecewa itu, tiba tiba bapak mua dzin melihat loncengnya jam 12.0 menit masuk Masjid hendak memukul bedug nya dan menyerukan adzannya, sudah tentu selama memukul bedug tidak meli hat kemana mana melainkan kepada be dugnya. Tetapi setelah menyerukan bangnya, penglihatannya lepas dapat melihat kemana mana bertemu dengan putih putih yang menggaris lantai Masjid sebesar  5 cm dari selatan ke utara ada tiga baris yang boleh dimengerti baris berja ma’ah Sholat, harus menghadap kepada jihat ‘ainulqiblat. Selama itu para mushalin memang waktunya datang dan melihat baris kapur yang putih itu sama terkejut dalam hatinya Tanya menanya satu sama lain dijawab juga dengan pertanyakan siapakah yang berbuat demikian ini ? Sedang heboh orang tanya menanya bapak muadzin menyerukan qamatnya lalu sama bersembahyang jama’ah / sesudah sem bahyang heboh lagi dan akhirnya pen jaga penjaga yang bertugas pada hari itu lekas lekas menghadap Kanjeng. Kyai Panghulu untuk melaporkan kejadi an di masjid ysng demikian itu dengan sejelas jelasnya. Akhirnya para penjaga terdiri dari para Khatib,. Muadzin, yang.ber jama’ 2 orang dan seorang merbot, ber sama sama menghadap K.Kyai Panghulu me ngaturkan keadaan kejadian di mas jid yang tidak dikira kirakan itu, dengan suara yang gentar karena takut.
K.Kyai Panghulu menerima lapuran dari penjaga penjaga masjid 5 orang terse but, lantas murka besar dan keras, kare na merasa diganggu kekuasaannya dan remehkan kewibawaannya dengan berka ta keras: siapa yang berbuat demikian itu ? Kurang ajar. Penjaga menjawab: Tidak tahu. He Tidak tahu ? Kemana kamu menjaga tidak tahu ? kami orang ada yang diluar sedang pulang dan ada yang mencuci pakaian dan sapu sapu dihalaman Masjid seperti biasa. Pulang ? kenapa pulang? Kamu sudah bosan jadi priyayi ? Berani meninggalkan meninggalkan tugasmu ya ? Awas ! Ayo kamu harus mencari siapa yang berbuat itu sampai dapat, kalau tidak dapat jangan tanya dosamu!. Orang 5 sama matur sendiko ! Sambil meninggalkan tempat.
K.Kyai Panghulu H.M.Kholil Kama ludiningrat sesungguhnya sudah mem punyai dugaan yang kuat dalam peng galihnya bahwa kejadian di Masjid Be sar itu ialah akibat Musyawarah yang dihadiri ‘alim ‘ulama yang sejak bebe rapa Jum’ah yang lalu diadakan oleh Khatib Amin disuraunya. Oleh karena dugaan itu perlu akan dinyatakan kewa jarannya, sehingga dapat diketahui kebe narannya..
K.H.A. Dahlan dengan segera lalu dipanggil menghadap K.K.Panghulu dikantor privenya, untuk dipriksa kebe narannya. K.H.A. Dahlan pun dengan segera datang menghadap kepadanya.
Kyai Panghulu setelah melihat K.H.A. Dahlan menghadap, terpaksa meredakan nafsu amarahnya sehingga menerima ke datangan K.H.A. Dahlan itu dengan me nunjukkan sikap yang baik tenang dan shabar. Karena angkatan K.H.A Dahlan sebagai Khatib Amin bukan angkatan beliau sendiri, tetapi angkatan dari Kanjeng Sultan Hamengku Buwana.
Khatib Amin kemarin ada kejadian di Masjid Besar, bahwa di Masjid digaris orang orang mengapur sebesar ± 5 cm dari selatan ke utara. Garis itu merupakan garis shaf shalat yang menghadap ke Barat laut, siapakah yang berbuat itu ?
Saya tidak tahu dan tidak mengerti siapa yang berbuat itu ! Saya kira yang jaga diwaktu kemarin itulah yang lebih mengetahui !.
Betulkah Khatib Amin tidak mengetahui dan tidak mengerti ? Apakah kira-kira bukan akibat dari Musyawarah para alim ulama yang baru-baru ini diadakan ditempat kamu ?
Itupun saya tidak mengerrti, apakah itu a kibat dari Musyawarahnya para alim ulama ditempat masjid saya atau bukan karena musyawarah alim ulama ditempat saya, tidak ada sangkut paut dan sing gung menyinggung dengan soal meng garis masjid dimana mana apalagi Masjid Besar kota Yogyakarta.
Kalau demikian apakah yang dimu syawarahkan alim ulama itu, nyatanya setelah terjadi musyawarah itu lantas ada kejadian lantai Masjid Besar digaris dengan begitu rupa ?
Saya kira semua pertanyaan K. Kyai kepada saya itu, tentu tidak dapat jawaban yang akan memuaskan kepada K Kyai. Tetapi jawaban yang akan memuaskan itu tentu jawababannya yang berbuat. Oleh karena itu, pendapat saya yang jaga diwaktu kemarin ditugaskan untuk mencari yang berbuat sampai dapat. Kalau tidak dapat mereka yang bertanggung jawab.
Yah sudah Khatib Amin terima kasih. Sekarang boleh pulang.
Tidak selang berapa hari penjaga yang bertanggung jawab lantas menghadap kepada K. Kyai Penghulu melaporkan bahwa orang orang yang sama berbuat telah diketemukan nama namanya, tetapi tidak dapat membawa mereka dihadapan K.Kyai yang lebih baik supaya utusan orang lain yang disegani oleh mereka. Adapun nama nama itu ialah si Fulan, si Fulan dan si Fulan.
K.Kyai Panghulu menerima laporan pen jaga yang menerangkan nama nama yang sama berbuat itu beliau terkejut sungguh dahsyad sekali
Dan menggeleng gelengkan mustakanya karena tidak dikira kirakan bahwa yang berbuat itu diantaranya 2 orang pemuda kerabatnya sendiri yang disayangi. Kemudian K. Kyai Panghulu mengutus orang lain memanggil mereka bersama ke ndalem Pangulon dan pemuda itupun bersegera menghadap dengan bersatu hati, akan mengaturkan barang sebe narnya yang telah diperbuat.
Kemudian setelah mereka tiba dihadapan K. Kyai Panghulu, diperintahkan duduk, lalu ditanya dengan secara kekeluargaan: hai anak anakku yang kucintai dan kusayangi benarkah kamu bertiga yang berbuat menggaris lantai Masjid dengan kapur itu ? Ya benar. Apa maksudmu menggaris Masjid yang demikian itu ? Maksud saya supaya orang shalat menghadapkan qiblat yang benar !. Apakah qiblatnya Masjid itu tidak atau kurang benar ?. Menurut orang yang ahli dalam ‘ilmu cakrawala, memang benar Masjid Besar itu qiblatnya tidak tepat menuju ke tanah suci Makkah !. Siapa orang ahli dalam ‘ilmu Cakrawala itu ?. Semua bangsa ada mempunyai keahlian dalam ‘ilmu itu, Cuma bangsa Jawa dan kaum muslimin nya belum banyak yang mempunyai keahlian dalam ‘ilmu itu. Kecuali satu dua orang saja yang sudah mempunyai keahlian dalam ‘ilmu itu, tetapi bangsa Jawa dan kaum musliminnya masih tidak percaya karena kebodohannya.
Ya sekarang saya beri ampun, tetapi kalau sekali lagi kamu berbuat seperti itu, tidak ada ampun lagi !. Sekarang boleh pulang. Mereka lalu sama meninggalkan tempat, tetapi setelah keluar dari komplek ndalem Pangulon sama tertawa bisik bisik seolah olah gembira karena diampuni kesalahannya dan bebas.
Demikianlah kesan dari pada Mudza rahnya para alim ulama yang membahas soal qiblat bagi kaum Muslimin tanah Jawa pada umumnya dan di Yogyakarta pada khususnya. Bagi mereka yang sadar makin kuat keyakinannya dan bagi yang beku (jumud) tetap pada kebekuannya, tetapi keadaan suasana tenang tidak ada heboh diantaranya. Berjama’ah di Masjid besar ma’mumnya macam dua qiblatnya.
K.H.A. DAHLAN MEMBANGUN SURAUNYA.
Dalam keadaan suasana yang tenang dan aman pada bulan Rajab Ze,1313 H, atau ± 1899 M, K.H.A. Dahlan membangun surau tinggalan almarhum ayahanda nya., yang kecil dan sudah tua hendak diluaskan dan perindah, serta diqiblatkan menurut pengetahuan dan keyakinannya. Dan dipertangguhkan sedapat mungkin bulan Romadlon sudah selesai diramai kan untuk sembahyang Tarawikh dan mendarus sebagaimana biasa yang sudah berlaku pada tahun yang sudah sudah.
Tidak dengan diduga dan sangka pada tanggal 14 bulan Romadlon itu jam 9 pagi tiba tiba datang seorang utusan dari Kawedanan Panghulon membawa perintah untuk K.H.A. Dahlan dengan mondeling (lisan), perintah itu diucap kan karena berbahaya besar. Perintah itu belum didengar K.H.A Dahlan sudah terkejut dan berdebar debar. Ada apa man ? Kyai , sebelum perintah Kawedan an Panghulon saya sampaikan, saya harap Kyai bersedia hati yang sabar dan tenang. Perintah K. Kyai Panghulu H. Muh. Khalil Kamaludiningrat, ini hari supaya surau Kyai dibongkar / diroboh kan. Kyai Panghulu tidak idzinkan berdirinya surau yang sifat dan bentuk nya semacam itu, ya’ni yang qiblatnya menuju ke arah ‘Ainul qiblat, seperti yang ada sekarang. Kyai Dahlan seketika tidak menjawab, karena merasa terpukul jiwanya dengan pukulan yang amat keras. Jawabannya Inna lillahi wa ina ilaihi raji’un. La khaula wala quw wata illa bilahil ‘aliyil ‘adziem, dengan ber kembeng kembeng / berlinang linang air matanyanya mengalir kewajahnya, sera ya menjawab; Paman, haturkan lah kepada K.Kyai Panghulu H.M. Khalil Kamaludiningrat, bahwa Khatib Amin H.A. Dahlan tidak dapat melaksanakan perintah itu, karena perintah itu sifatnya dholim. Karena kami tidak merasa berdosa melanggar Undang Undang negara dan Undang Udang Agama.
Utusan itu kembali dengan pilu hati dan gelisah, menghaturkan jawaban itu kepada K.Kyai Panghulu sebagaimana mestinya.
K.Kyai Panghulu menerima jawaban yang diaturkan oleh utusan itu sangat murkanya karena merasa dicemoohkan perintahnya, lalu berkata: Khatib Amin tidak mau meleksanakan perintahku itu ? Bukan tidak mau, tetapi tidak bisa melaksanakan perintah tersebut.
Ayo sekali lagi kau perintahkan, kalau tidak mau nanti orang orang dari pemerintah kawedanan Panghulon yang akan melaksanakan pembongkaran merobohkan suraunya Khatib Amin.
Utusan kembali memberitahukan kepada K.H.A Dahlan bahwa apabila tidak tidak dapat melaksanakan pembongkaran suraunya, maka pemerintah Kawedanan Panghulon yang akan membongkar merobohkannya. K.H.A Dahlan tetap teguh pendiriannya, tidak dapat melak sanakan pembongkaran dan merobohkan suraunya. Adapun pemerintah yang akan meleksanakan terserah. Utusan meng haturkan laporannya kepada Kyai Pang hulu, lalu diperintahkan memberitahu, bahwa pembongkaran suraunya akan dijalankan nanti malam sehabis shalat tarawikh.
K.H.A. Dahlan setelah menerima pem berian tahu yang terakhir, sejak senja sudah meninggalkan rumahnya, kemana perginya keluarganya tidak mengerti, karena tidak sampai hati melihat perbu atan lalim yang kejam dan buas meliwati batas kemanusiaan.
Jam 8 persis malam tanggal 15 Romadlon kuli kuli dari kawedanan Panghulon lebih kurang 10 orang yang dikepalai oleh yang gagah dan besar tubuhnya serta brutal tabe’atnya, sudah sama datang dihalaman surau K.H.A. Dahlan dengan siap alat alatnya untuk merumbak dan meruntuh surau itu, sedang orang yang sembahyang tarawikh belum selesai, mereka rame cerewet seo lah olah sengaja mengganggu yang sem bahyang tarawikh tersebut.
Setelah selesai orang selesai sembahyang tarawikh dan imam sedang mendo’a, kepala rombongan bertereak memerintahkan ayo lekas bubar, surau ini akan dibungkar dan saya robohkan. Orang tarawikh semua terkejut, melihat kuli sudah serempak dengan alat alat senjatanya, orang banyak menjadi heran dan bingung, karena mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa yang terjadi pada sebelumnya (perkaranya). Cuma karena melihat sikapnya para kuli kuli dan kepala sangat kalap, sangat biadap dan sama memegang senjata untuk meng hancurkan surau yang baru dan indah itu, mereka menjadi salah sangka sehingga mereka sama berlari dan ber teriak : WONG NGAMUK WONG NGAMUK WONG NGAMUK !. dan mereka kuli kuli tetap terus membungkar surau itu secara biadap dan sewenang wenang sedang kepalanya mengejar orang yang berseru WONG NGAMUK WONG NGAMUK WONG NGAMUK Surau ambruk genteng kayu berserak serakan ditimbun runtuhan tembok dan batu memenuhi halaman surau dan rumah tangganya K.H.A Dahlan. Perbu atan itu dijalan dengan dengan bersema ngat yang gembira dan bila ada barang yang besar jatuh dari atas mesti dibarengi dengan surak yang meriah seolah olah merupakan suara rampok dan grayak yang dapat kemenangan besar. Tidak insyaf sedikitpun bahwa perbuatannya sesungguhnya bukan merobohkan suraunya K.H.A Dahlan tetapi pada hakikatnya merobohkan agama Allah, ialah agama Islam. Allahu akbar ! La haula wa la quawwata illa billah. Jam 1.30 lepas tengah malam kuli kuli dan kepalanya meninggalkan tempat dengan gembira dan bebas zonder ha langan suatu apa.
Jam 4 menghadapi fajar menyingsing K.H.A Dahlan baru datang dari perginya sejak senja kemaren karena merasa tak dapat melihat apa yang terjadi terhadap suraunya yang sedang disyukuri karena barunya, tidak disangka sangka surau itumnenerima nasibnya yang berbahaya dan binasa. Sedangnya dirumah K.H.A Dahlan kelihatan lesu lesah dan gelisah tidak dengan bicara beliau mengambil koper dan pakaiannya kelihatan bersiap siap meninggalkan rumahnya. Nyai H. Dahlan terkejut dan bertanya: Kyai sampeyan miku ajeng teng pundi ?( arti nya Kyai itu hendak kemana ) Hendak pergi Lho kesah dateng ya Lho pergi kemana ?) Pergi ke luar Yogyakarta !. E la kulo dos pundi ?( E la saya bagaimana ?) La apa kamu mau turut ?. la ya saya turut !. Ayo lekas lekas bersiap, nanti habis sembahyang shubuh terus berangkat. Nyai H.A. Dahlan sibuk bersiap membawa pakaiannya sekedar cukupnya saja, tak perlu banyak banyak.
Habis sembahyang shubuh lalu panggil budaknya suruh membawa kopernya menuju ke Station Tugu. Tetapi oleh karena pada masa itu belum ada kenda raan yang keluar untuk mengangkutnya, Terpaksa Kyai dan Nyai H.A. Dahlan berjalan kaki dari Kauman ke Stasiun Tugu. Sudah tentu saja perjalanan Kyai harus mengikuti jalannya Nyai. Sampai di Station spoor yang dimaksud sudah meninggalkan Station. Kyai dan Nyai duduk termenung menunggu kereta spoor yang akan berangkat yang kemudian.

KEADAAN DI RUMAH K.H.A. DAHLAN
K.H.M. Shaleh kakak ipar K.H.A. Dahlan yang rumahnya berdampingan, biasanya sembahyang shuibuh disurau yang dihancurkan itu, tetapi karenanya maka beliau terpaksa sembahyang shubuh di Masjid Besar. Sepulang dari Masjid melalui rumah K.H.A. Dahlan melihat pintu-pintu dan jendelanya masih tertutup semuanya beliau menduga bahwa K.H.A. Dahlan meninggalkan rumahnya. Lalu memberi tahu kepada istrinya Nyai Shalih bahwa K.H.A. Dahlan dengan istrinya meninggalkan rumah. Nyai H. Shalih terkejut, lalu membuktikan bahwa keadaannya memang benar. Lalu berteriak kepada suaminya supaya lekas lekas disusul ke statiun (tugu) bersama, justru kebetulan ada kendaraan lewat, lalu dihentikan untuk mengantarkan K.H.M. Shalih dan Nyai dengan pesan supaya cepat cepat jalannya. Setelah berdua diatas andong lalu kusir menyambuk kudanya, dan andong berjalan dengan secepat mung kin. Setelah andong sampai dimuka stasiun , lantas turun terus masuk ke stasiun melihat K.H.A. Dahlan dan Nyai masih duduk termenung menunggu. Nyai H. Sahlih cepat cepat menuju kearah adiknya adiknya terus memeluk adiknya dengan tersedu sedu mengajak kembali pulang ke kampung Kauman. Apa perlunya mbakyu saya pulang ? sebab saya tidak senang hidup di kota Yogyakarta, karena saya tidak merdeka menjalankan agama yang sebenar benar nya dalam kota ini. Apalagi kalau saya melihat bangke Surau kita yang diobrak abrik oleh penghianat- penghiatan yang tidak mengenal agama , yang sekarang bangke itu berserakan memenuhi halaman surau dan rumah saya. O Allah adikku, jangan kamu rasakan sangat sangat rasamu yang susah dan gelisah itu, aku yang akan membangun suraumu dengan lebih baik dan lebih bagus dari pada yang sudah dihacurkan oleh peng hianat itu. Adapun rasa kesempitan me njalankan agama yang sebenar benarnya itu Allah subhanahu wa ta’ala yang akan memberi taufiq dan petunjuk kepadamu, janganlah berkecil hati. Insya Allah. Ayuh mulih ( ayo pulang).
K.H.A. Dahlan merasa ridla hatinya didesak oleh mbkayunya dengan kata kata tabah dan kesanggupan yang gagah, pulanglah K.H.A. Dahlan dan Nyai de ngan mbakyu dan kakak iparnya K.H.M. Shalih. Alhamdulillah.
Tidak selang berapa hari Nyai H. Shalih memerintahkan orang orangnya untuk membersihkan halaman surau dan rumah K.H.A Dahlan, menyuruh bangunkan kembali bangunan kembali bangunan surau ditempat yang sudah seperti bangunan yang dihancurkan oleh peng hianat itu. Dan tidak berapa bulan surau sudah berdiri kembali seperti yang sudah, hanya tidak berqiblat seperti yang runtuh. Kemudian K.H.A. Dahlan melanjutkan pengajarannya kepada san teri santerinya sebagai sedia kala.

K.H.A. DAHLAN PERGI HAJI YANG KEDUA KALINYA.
Setelah kurang lebih dua tahun enam bulan K.H.A. Dahlan melanjutkan mengajar disurau sebagai sediakala, ma kin lanjut pengajarannya makin merasa kurang cukup pengetahuan yang telah dimiliki dalam dadanya, maka terbayang lah dalam angan angannya keadaan dine gari suci Makkah Musyarrafah banyak ‘ulama ulama besar dari berbagai bangsa yang mengajarkan rupa rupa ilmu penge tahuan yang sangat berguna bagi agama Islam. Dari bangsa Arab Makkah sendiri, bangsa Mashir, bangsa India (Pakistan) bangsa Buchara dan lain lain bangsa , pun bangsa Indonesia banyak juga yang sudah lama muqim di Makkah untuk belajar dan mengajar sambil beribadat di masjidil Haram (tanah haram) yang sangat berarti bagi dunia Islam dimuka bumi Allah yang luas itu.
Pada tahun 1903 K.H.A. Dahlan berangkat ke Makkah dengan membawa putranya Muhammad Siradj yang sedang berumur 6 tahun. Pada tahun itu beliau dengan putranya dapat muqim dinegeri suci Makkah 18 bulan, satu setengah ta hun. Dan dapat berguru kepada beberapa guru spesialisten. Dalam ilmu Fiqh ber guru kepada Kyai Machful Tremas, K. Muhtaranm Banyumas, Syaikh Shalih Bafadlol, Syaikh Sa’id Jamani, Syaikh Sa’id Babusyel, Mufti Syafi’i dalam ilmu hadits. K. Asy’ari Baweyan dalam ilmu Falq (Cakrawala). Syaikh ‘Ali Mishri Makkah dalam ilmu Qira’at.
Dalam masa 18 bulan di Makkah itu selain dapat bertambah beberapa’ilmu pengetahuan spesialisten yang dipelajari bertambah pula kawan kawan dari bangsa Indonesia yang semaksud. Seperti Syaikh Muhammad Khatib dari Minang kabau, K. Nawawi dari Bantan, Jawa Barat. K. Mas Abdullah Surabaya, K. Faqih Maskumambang dari Gresik dan lain sebagainya.
Sesudah selesai ibadah haji yang dalam 18 bulan di Makkah itu K.H.A Dahlan dan putranya Muh Siradj lalu meninggal kan Makkah pulang ke tanah airnya.
Setibanya di tanah air, dirumah melanjut kan pengajaran kepada murid muridnya dan kaumnya dikampung dan kampung tetangganya sebagai sediakala, malah ditambah dengan menegakkan kombong (asrama untuk menerima murid murid dari luar kota dan luar daerah. Datang juga dari murid Pekalongan dari Batang dari Magelang dari Solo dan Semarang. Dari luar kota Yogyakarta, datang juga dari Bantul, dari Srandakan Brosot dan Kulon Progo. Lurah pondoknya ada 2 orang, Muh Jalal Suyuti dari Magelang dan Kyai Abdul Khaliq yang nama tua nya K.H. Abu ‘amar di Jamsaren Solo. Pondok yang rame dan meriah dikun jungi murid murid dari luar kota dan daerah itu merupakan kemajuan dalam dunia ke kyai an. Pun K.H.A. Dahlan membukakan beberapa balgh kepada muridnya diantaranya Balgh Ilmu Falaq (Cakrawala). Ilmu ini adalah salah satu spesialitaitnya K.H.A. Dahlan yang pa ling populair di tanah Jawa dan Madura. pada waktu itu. Tetapi setelah K.H.A Dahlan membaca kitab kitab berjiwa Tamaddun dari luar negeri, diantaranya tafsir Qur’an Syaikh Muhammad Ab duh, Syaikh Jamaluddin al Afgani, Imam Ghazali, Rasyid Ridlo, Thontowi Jauhari dan lain lain sebagainya. Yang tentu saja kitab kitab itu tidak ditela’ah dengan sepintas lalu tetapi difahami dengan sesempurna sempurnanya. Tetapi yang dilahirkan menjadi perhati an, dari Imam Ghazali ayat dalam Ihya Ulumuddin yang berbunyi Fasadur ra’iyati min fasadil muluk, wa fasadul muluki min Ulama issuk yang maksud nya Rusaknya rakyat adalah dari rusak nya para raja-raja, dan rusaknya raja raja itu dari ‘ulama yang suuk (buruk). Ayat ini setelah difikirkan dengan fikiran yang sehat, lalu ditafsirkan dengan tafsir kan keadaan masyarakat yang rialitasnya sudah bejat dan bobrok hukum halal haram sudah sudah lenyap, apa lagi wajib sunat sudah musnah. Tetapi para ‘ulama masih tega nongkrong diatas singgasama ulama shalih. Sifat suka lempar melem par diantara para ‘ulama satu sama lain. Pendek kata mereka masih sama mengingkari kata Imam Ghazali tersebut. Allahu Akbar
Dari pada Yang Mulia almarhum Asysyaikh Muhammad Abduh, ketemu satu kata kalimat yang sangat jitu, ialah Al Islamu Muhajubun bil Muslimin Agama Islam itu tetutup dengan orang Muslimin. Kalimat yang kecil ini memang sungguh tepat sekali ditafsirkan dengan keadaan kaum Muslimin Indonesia pada umumnya dan tanah Jawa pada khususnya. Apalagi kalau ditambah dengan katanya laisal Islamu illa ismuhu wa laisal Quranu illa ras muhu, yang maksudnya Tiada agama Islam kecuali tinggal namanya, dan tiada kitab al Qur an kecuali tinggal tulisan nya.
Memang pada masa itu keadaan umat Islam, kaum muslimin, sungguh amat menyedihkan, karena keadaan umat Islam di Yogyakarta pada umumnya sa ngat dhoif dan jiwanya diliputi rasa rendah diri, dan Islamnya memang sudah sejak lama dicampuri dengan animisme yang sebesar besarnya . Sehingga animisme itulah yang dipandang amalan Islam dan ditambah takhayul dan khurafat, hanya sholat 5 waktu dan puasa yang masih merupakan sifat agama Islam yang asli.
Dari pada pujangga Islam modern Syaikh Tonthowi Jauhari terdapat kalimat dalam kitabnya “Al Qur an wal ‘ulu mil shriyah” yang berbunyi Idza dlollatil ‘ulamau wal umaru ‘anissawa issabil, la jahtadil ‘alimu almuta’allima. Yang maksudnya apabila sudah sesat para ‘ulama dan umara (pemerintah) dari pada jalan yang benar, maka tidak orang alim dapayt menunjukkan jalan yang benar kepada murid muridnya. Dari Tonthowi Jauhari ini dapat dimengerti bahwa pokok sumber masyarakat itu baik dan buruknya adalah 2 golongan para guru dan wakil wakil pemerintah yang menggembala rakyat.
Tentu saja K.H.A. Dahlan mentala’ah kitab kitab yang bertamaddun itu tidak hanya itu saja, tetapi lazimnya tentu banyak kitab kitab yang mendorong jiwa beliau menjadi hangat untuk bergerak. Tetapi sayang pondoknya yang sedang berkembang biak dan banyak santeri santeri yang datang dari luar daerah untuk turut mengikuti balagh yang dibaca oleh beliau.
Pada tahun 1907 dikota Yogyakarta berdirilah suatu persyarikatan Nasional yang memakai nama BOEDI OETOMO, tempat kedudukannya di Yogyakarta. Persyarikatan ini dibangun dan dipimpin oleh Dr. Wahidin Sudiro Husada Yogyakarta. Dan diikuti para sarjana golongan yang terpelajar, ialah para guru sekolah menengah Gouverment Belanda, misalnya Kweekschool, Normal School, Opleidingschool Osvia dan H.K. School. Diantara yang kami kenal R. Budiharjo, R. Dwijosewoyo, R.Ngabei Sosrosugon do, Pangeran Notodirejo Pakualaman, R.M. Gondoatmojo dan lain lain. Yang kami tidak kenal namanya semua itu duduk sebagai Hoofd Bestuur BOEDI OETOMO.
Maksud dan tujuannya dengan ringkas memajukan soal onderwijs (pendidikan).
K.H.A. Dahlan sangat gembira mendengar bahwa di Yogyakarta ada berdiri suatu persyarikatan yang menuju kepada kemajuan Nasional. Tetapi beliau belum mendapat berita yang konkret kemajuan kearah mana yang dimaksud. Beliau ingin sekali akan mengetahui selanjutnya, tetapi sayang terkeciwa karena satu dari pada mereka para Pengurus Budi Utomo seorangpun belum ada yang dikenal, sehingga keinginan itu terhenti karenanya.
Alhamdulillah Tuhan akan memberikan taufiq dan hidayatnya kepada yang dikehendakiNya. Seorang yang terdekat dengan ketua Boedi Oetomo ( Dr. Sudiro Husodo) sebagai pembantunya dalam pekerjaannya kedokteran, ialah Sdr Mas Joyosumarto. Beliau ini banyak kenalan dan famili dari penghuni kampung Kau man, maka diharap oleh K.H.A. Dahlan apabila meninjau famili di Kauman mampirlah dirumah K.H.A. Dahlan.
Setelah harapan itu disampaikan kepada yang bersangkutan, Mas Joyosumarto terkejut dalam batinnya, ada apa K.H.A. Dahlan mengharapkan kami, tentu hal yang sangat penting. Mas Joyosumarto lalu memperlukan datang untuk memenu hi harapan.
Pada hari Minggu bagi Mas Joyosumarto adalah hari pry digunakan datang kepada K.H.A. Dahlan dirumahnya yang kebetulan sedang senggang waktu. Mari tuan silahkan duduk !. Demikian kata sambutan K.H.A. Dahlan sambil berta nya Tuan dari mana ? saya Joyo sumarto dari Dagen Yogyakarta. Wah sudah lama kami harapkan bersua dengan panjenengan. Alhamdulillah dengan gembira dan suka hati, panjenen gan kersa rawuh dirumah kami. Inggih Kyai memang kami perlukan untuk me menuhi harapan Kyai. Ada kepentingan apa yang dimaksud. Sdr Mas Joyo saya mendengar berita yang didengar oleh orang banyak bahwa katanya di Yogyakarta ini sekarang ada perkumpulan yang berdiri namanya BOEDI OETOMO yang dibangun dan dipimpin oleg sdr Dr SudiroHusodo, sedang sdr Joyo seorang yang paling dekat dengan beliau, kami ingin dapat peneranganan yang sejelas jelasnya, tetapi karena kami belum mengenal kepada para angauta pengurus H.B. BOEDI OETOMO yang terdiri daripada orang orang yang terpelajar dan cerdik pandai. Sedang kami seorang yang asing daripada mereka dalam pengetahuan dan mereka asing juga dari kami tentang itu, apakah munmgkin kami dapat berke nalan dengan mereka dan sebaliknya mereka dengan kami ?
Bapak Joyosumarto dengan hati hati menjawab pertanyaan K.H.A Dahlan yang agak panjang itu, dengan jawaban yang menggembirakan; Kyai perkumpulan Boedi Oetomo itu perkum pulannya bangsa kita, didirikan dan diba ngunkan oleh kita utnuk memajukan bangsa kita (Bumiputra) jadi Kyai tak usah kecil hati kewatir tidak diterima untuk mengenal, apa pula sebagai Kyai tentu akan diterima dengan gembira dan besar hati oleh mereka. Pendek kata nanti kami hubungkan (haturkan) lebih dahulu hendaknya saling mengerti. Baik, kata Kyai.
Pembicaraan dilangsungkan sampai memuaskan bagi Kyai dan beliau merasa gembira besar hati, dan mengharapkan berita selanjutnya kepa Mas Joyo sumarto. Kemudian jam sudah menun jukkan jam 12.15 Mas Joyo mintak diri, Kyaipun mengucapkan terimakasih banyak. Disitulah kelihatan sifat kaum santeri yang rasa rendah diri terhadap golongan terpelajar yang lain.
Sejak K.H.A. Dahlan bertemu dengan Mas Joyosumarto, selalu merenung re nung bagaimana cara akan dapat me ngambil faedah yang lebih besar dari pada mereka. Dan lebih berguna juga bagi mereka. Maka selama merenungkan memecahkan maksud yang terkandung dalam hatinya itu K.H.A. Dahlan lantas kurang membuka kitabnya disurau yang dihadapi murid muridnya pada tiap waktu yang ditentukan. Sehingga satu demi satu yang datang dari luar daerah sama meninggalkan pondok dan suraunya, tinggal murid murid yang datang dari luar kotaYogyakarta. Apalagi setelah menerima berita baik dari Bapak Joyo sumarto, bahwa para anggota Pengurus Boedi Oetomo dengan segala senang hati akan menerima perkenalan seorang Kyai yang terkemuka dari kampung Kauman, sehingga beliau diharapkan dapat datang dihari Saptu malam Minggu dalam sidang Pengurus yang akan diterima sebagai tamu yang luar biasa untuk berkenalan saja.
Kemudian setelah ada waktu yang ditentukan oleh Pengurus Boedi Oetomo K.H.A. Dahlan pun memenuhi ketentuan itu pada saat dan tempat yang telah dipastikan. Pada pertemuan perkenalan ini diadakan dirumah ketua Mas Dr Sudirohusodo di Ketandan Yogyakarta. Kedatangan K.H.A Dahlan dalam sidang Pengurus Boedi Oetomo ini diterima dengan gembira dan segala senang hati sebagai kawan sendiri yang lama tidak bersua. K.H.A. Dalan pun demikian juga diterima dengan sikap yang ramah tamah dan meriyah itupun seolah olah rasa ragu dan bimbang yang menimbulkan rasa malu dan cemas terhadap beliau beliau itu lenyap dari padanya. Bahkan dapat dimengerti bahwa jiwanya beliau beliau itu kebanyakan masih kelihatan utuh sebagai kaum muslimin dalam penga kuannya.
Setelah dua tiga kali K.H.A. Dahlan menghadiri rapat pengurus Boedi Oetomo, makin jelas dan makin terang akan maksud dan tujuannya Boedi Oetomo dan tertarik karena cocok de ngan fikiran beliau, lalu mencetuskan rasa hatinya menyeburkan dirinya men jadi anggota Boedi Oetomo, serta sanggup memenuhi tugas yang dibebankan oleh Boedi Oetomo sekedar kecakapan nya.
Maka cetusan rasa hatinya itu diterima dengan baik dan gembira, bahkan kalau tidak keberatan, turut serta duduk di ang gota Pengurus Boedi Oetomo. Beliau dapat pelajaran cara membentuk persyari katan dan menyusun anggota pengurus pengurusnya dan lain lain yang bersang kutan dengannya. Pun dapat pula mem berikan penerangan Islam dengan seca ra akliyah, ilmiyah dan naqliyahnya de ngan bahasa Jawa, diwaktu sehabis rapat pengurus B.O. ditutup. Jadi sifatnya sebagai ramah tamah, tidak sebagai pelajaran.
Dengan demikian para pengurus B.O. dapat menerima keterangan Islam malah agak mendalam, dengan wajar. Setelah berjalan beberapa minggu penerangan Islam secara sistim yang demikian itu dapat diterima dengan gembira dan senang hati oleh para guru sekolah menengah Gouvernment. Kemudian K.H.A. Dahlan mengajukan pertanyaan kepada para guru guru tersebut, adakah para guru sependapat andai kata penerangan Islam sebagai ini diberikan kepada para siswa Kweek shool ( yang dulu disebut Sekolah Raja) di Jetis Yogyakarta ?. Para guru sependapat, itu soal yang sangat mudah, karena menurut peraturan siswa sekolah, disekolah pemerintah itu boleh diberi pelajaran agama kalau para siswa itu memang membutuhkannya. Tetapi tidak dapat menentukan ikut sertanya kepada yang tidak membutuhkan dan tidak boleh mengurangkan waktu pelajaran yang dinas menjadi mata pelajaran dalam sekolah itu, tetapi kekuasaan tentang itu, ada ditangan Hoofd Inspectuur.
Demikian saja Kyai, besuk saya tanya kepada siswa siswa yang ada diklas saya adakah mereka itu suka menerima pelajaran agama Islam secara sistim baru, kalau ada sebagian yang suka saya akan berunding dengan Hoofd Inspectuur. Bilamana berhasil saya kasih kabar kepada Kyai. Demikian kata Raden Budiharja Kepala Guru Sekolah Raja Yogyakarta.
K.H.A Dahlan merasa gembira dan besar hati bergaul dengan kawan kawan para cerdik pandai, karena selalu dapat bantuan moril dan tenaga untuk mencapai maksudnya, ialah menyampaikan seruan agama kepada para siswa disekolah sekolah menengah Gouvernement yang pada mulanya dipandang sebagai kesukaran besar yang harus ditempuh. Tetapi dengan usaha bantuan kawan kawan tersebut semua itu menjadi beban yang ringan.

K.H.A DAHLAN MEMBUKA SEKO LAH IBTIDAIYAH DINIAH ISLAM IAH.
Karena besar hasrat dan semangatnya K.H.A. Dahlan yang sedang sibuk merencanakan program kerja, melaksanakan pelajaran afgama kepada para siswa sekolah menengah Gouvern ement, tetapi tidak lupa memikirkan nasibnya anak anak santeri Kauman yang masih sangat liar kepada pelajaran secara sekolah. Walaupun tidak kurang sempit bale rumah tangganya namun sekolah itu dilaksanakan juga, sekalipun dengan secara kecil yang tidak dapat menerima murid banyak. Yaitu diruang kamar tamu yang selebar ± 2.5 X 6 meter, dengan kamar tamunya. Dengan 3 meja dan 3 bangku sekolah yang terbuat dari kayu jati putih dari luar negeri, yakni kayu bekas peti kain putih (muslim) serta 1 papan board dari kayu suren. Maklumlah sekolahan itu dilak sanakan oleh kekuatan tenaga dan fikiran serta bendanya K.H.A Dahlan tanpa sokongan orang lain, walaupun setengah sen. Sekolahan itu muridnya terdiri dari pada anak keluarga K.H.A. Dahlan sendiri, gurunya beliau sendiri juga. Murid murid terdiri 9 orang anak pada permulaannya. Kalau sudah tambah 3 orang murid, baru ditambah 1 meja dan 1 bangku sekolah lagi. Sedikit demi sedikit berjalan terus, menginjak bulan yang ke enam murid sudah mendekati bilangan 20 orang anak. Mulai bulan ke tujuh sekolahan itu dapat sumbangan guru umum dari Boedi Oetomo terdiri dari pada aspiran guru tamatan Kweekschool yang belum menerima penetapan dari Gouvernment, dengan saling berganti, diantaranya ada yang sebulan ada yang satu setengah bulan paling lama ada yang 2 bulan.
Sejak kelihatan bentuk sekolahan yang dipimpin K.H.A Dahlan, beliau didakwa nyeleweng dari pada Islam oleh para penghuni kampung Kauman terutama para saudara dan handai taulan yang sama beku fikirannya, karena hanya mendengar pelajaran keseniannya made in Barat. Yaitu yang didengungkan oleh anak anak yang kalimatnya berbunyi sol la si do re mi fa sol dan seterusnya dan lain lain ala barat. Dan kesenian santeri Kauman, seperti Marhaban marhaban, jalil jalil dan lagu lagu burdah makin sunyi, terutama suara anak menderas Al Quran diwaktu pagi dan sore sudah tidak terdengar lagi ditelinga mereka yang jumud jumud sampai menuduh bahwa K.H.A Dahlan sudah murtad, sudah Kristen dan lain sebagai nya. Bahkan banyak diantaranya bekas murid mahasiswanya yang dahulu sangat percaya dan menghargai pengajarannya sekarang sudah mengolok olok dan men cemoohkan.
K.H.A. Dahlan pun mengerti dan mengetahui siapakah yang demikian itu, tetapi beliau senyum saja pada batinnya, karena yang demikian itu memang sudah lazimnya tiap tiap orang berani bekerja membangun dan memperbaiki agama Islam harus mendapat cacian olok olok an dan malah mungkin dikafirkan dari agama yang diperbaikinya. Yang demi kian itu tidak perlu dilayani dengan dibantah dan dimurkai serta dibenci. Tetapi cukuplah dibiarkan dan dilayani dengan tenang dan shabar, tentu mereka dengan sendirinya akan mengerti dan insyaf dihari mendatang.
K.H.A Dahlan tiap tiap hari Minggu sejak pagi dikerumuni para siswwa sekolah Kweekschool yang diberi pelaja ran agama Islam pada tiap tiap hari Sabtu sore. Siswa siswa mana bukan saja siswa yang terdiri dari anak anak Islam, tetapi anak Kristen, anak Katolik, anak Theosofi dan lain lain ideologi yang bukan Islam. Mereka memang anak cerdas otaknya, tidak dapat dapat menerima keterangan keterangan yang belum atau tidak cocok dengan jalan akal fikirannya. Memang K.H.A Dahlan bermaksud yang demikian itu. Oleh kare nanya pada tiap hari Minggu merupakan Diskusi Agama dengan para siswa Kweekschool di Yogyakarta.
Selama itu diantara siswa tersebut ada yang mengambil perhatian keadaan ditempat itu, terlihat meja dan bangku sekolah serta boardnya. Ia menyatakan kepada Kyai. Kyai, apakah disini tempat sekolahan ? Sekolahan apakah yang ada disini itu ? O nak, ini Madrasah Ibtida iyah Islam untuk memberi pelajaran agama Islam dan pengetahuan umum, bagi anak anak kita kampung Kauman. Siapakah yang memegang dan siapakah yang menjadi gurunya Kyai? Yang memegang dan menjadi gurunya agama ya saya. Apakah tidak lebih baik kalau sekolah itu dipegang oleh Kyai sendiri, sebab itu tiap tiap tahun harus naik kelasnya, sampai beberapa kelas, yang dimaksud. Jadi seolah olah sekolahan itu milik Kyai sendiri, maka apabila Kyai meninggal dunia ahli waris tidak mampu meneruskan terbhentilah sekolah itu. Sebagaimana pondok pondok Kyai bila Kyainya telah wafat lalu santerinya bubar. Maka dari itu, kami usul, hendak sekolah itu dipegang oleh suatu orga nisasi hingga dapat langsung selama lamanya.
K.H.A Dahlan agaknya terharu men dengar kata kata seorang siswa itu, dengan perhatian menyambut Organ isasi itu apa ? Organisasi itu suatu go longan manusia yang semaksud dan teratur disusun sebagai suatu badan yang sah dengan izin pemerintah (gouverne ment) Hindia Belanda, umpamanya seperti perkulmpulan Boedi Oetomo yang sekarang sudah sudah berdiri di Yogyakarta.!. K.H.A. Dahlan mengang guk anguk mustakanya menunjukkan sangat haru batinnya. Dengan menyata kan Itu baik sekali dan saya catat dalam sanubariku dengan tinta emas. Siswa yang menyarankan itupun kelihatan gembira dan besar hati. Memang demi kianlah adat istiadat dan tabiat K.H.A Dahlan sangat menghargai kata kata yang bernilai walaupun dari siapapun ityu orang besar atau orang kecil yang kata katanya bernilai dan bermutu, juga dihargai sebagaimana mestinya.
Sejak itu K.H.A Dahlan selalu merenungkan betapa akan membentuk suatu badan perkumpulan, karena panda ngan beliau dengan melihat para pengurus Boedi Oetomo yang terdiri dari pada beberapa orang terpelajar, sedang disampingnya beliau tidak ada yang demikian itu. Tetapi hasrat hendak me laksanakan persyarikatan itu sangat besar. Sehingga keluar kata kata dari renungan hatinya, menggambarkan beta pa bentuk dan sifatnya dari renungan hatinya, menggambarkan betapa bentuk dan sifatnya persyarikatan yang dapat meliputi kemajuan Islam yang berarti dihadapan anak buahnya yang sering beramah tamah dengan beliau secara kebetulan saja, dan tidak diundang. Sebenarnya dengan secara demikian itu, tidak sekali dua tetapi berkali kali bila ada 2 atau 3 orang yang datang mengha dapnya. Sehingga disarankan oleh mere ka untuk mencoba, selain dari itu yang ada pada sekarang ini, ditambahkan dengan mereka para siswa dari Kweek school yang agak besar dan cerdas otak nya supaya mendampingi kita orang Kauman dalam pengurus persyarikatan yang kita maksud itu. K.H.A. Dahlan menjawab Kamu sanggup ikut serta duduk dalam pengurusnya perkumpulan itu ? Mereka sama menjawab InsyaAllah. Baiklah kita beristikharah, mudah mudahan dapat petunjuk dari pada Allah yang Maha Penyayang dan Pengasih.
Kemudian dari pada itu K.H.A Dahlan lantas berunding dengan Mas Budiharjo dan Raden Dwijosewoyo untuk memper timbangkan pendapat dari kawan kaw an dan sementara pemuda yang dewasa dan bersedia membantunya
Hasil pertimbangannya 2 saudara cerdik pandai tersebut diatas agak lain dengan pendapat pendapat yang dibawa dari rumah seperti berikut:
1. Anak murid Kweekschool tidak dapat ikut serta duduk dalam pengurus perkumpulan karena dilarang oleh Hoofd Inspektur.
2. Calon pengurus supaya diambil dari orang orang yang sudah berusia jangan terlalu muda.
3. Nama perkumpulan apa
4. Maksud dan tujuan apa
5. Tempatnya di Yogyakarta
6. Untuk melaksanakan hal ini sampai beres Boedi Oetomo sanggup membantu moril dan tenaga, tetapi syarat syaratnya harus diminta oleh sedikitnya 7 anggota biasa Boedi Oetomo Kepada H.B. Boedi Oetomo. Oleh karena itu dari kita 7 anggota masuk menjadi anggota biasa Boedi Oetomo.
Kemudian dari pada itu lalu diadakan pertemuan diantara mereaka yang sama turut memikirkan untuk membiacarakan nama perkumpulan itu apa. Dan tujuan nya serta siapakah yang suka masuk menjadi anggota biasa kepada persyarika tan Boedi Oetomo.
Maklumlah memang pada masa itu belum seorangpun yang turut memikirkan benar benar tentang membentuk badan organisasi yang mewujud suatu persyarikatan. Sedang kalimat organisasi itu saja baru terkeluar pada saat itu, apakah Organisasi itu sama sekali belum dapat dimengerti. Jadi mereka itu datang tidak bersifat berunding atau musyawarah, tetapi bersifat mendengarkan cerita dari K.H.A. Dahlan dan disam but dengan ya ya saja.
K.H.A Dahlan menerangkan perihal nomor 2 diatas dengan singkat seperti. Tetapi soal nama, agaknya sudah dikenang sejak lama. Yaitu Muhammad iyah, nama itu memang diambil dari Nama Nabi ikutan kita Muhammad s.a.w. yang menjadi Nabi dan rasul akhir zaman. Karena kami ingin mentafaulkan nama itu dengan nama Nabi Panutan (ikutan) kita, harapan kami mudah mu dahan Muhammadiyah menjadi ja mi’ah akhir zaman, sebagai Nabi Muhammad dan rasul akhir zaman.Adapun ditambah denga yah nisbah, maksud kami hendak nya barang siapa yang menjadi Anggota Muhammadiyah dapat menyesuaikan diri dengan pribadinya Nabi Muhammad s.aw. Demikianlah kata K.H.A. Dahlan tentang soal nama Muhammadiyah.
Untuk melaksanakan syarat yang terma suk dalam nomor 6 diatas, dianjurkan kepada mereka yang sama hadlir siapa kah yang suka hati dengan ikhlas menyerbukan diri menjadi anggota persyarikatan Boedi Oetomo, buat meng ajukan permintaan kepada H.B. Boedi Oetomo, buat mengusahakan berdirinya persyarikatan Muhammadiyah dan mohonkan izin Recht Persoon kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Anjuran itu diterima oleh:
1. Sdr.R. Haji Syarkawi Kauman
2. Sdr. Haji Abdulgani Kauman
3. Sdr. H.M. Syudja’ Kauman
4. Sdr. H.M. Hisyam Kauman
5. Sdr. H.M. Fakhrudin Kauman
6. Sdr. H.M. Tamim Kauman
7. Sdr K.H.A. Dahlan sendiri
Dengan nama 7 orang tersebut memaju kan surat permintaan kepada H.B. Boedi Oetomo untuk menjadi anggota biasa Boedi Oetomo dengan membayar iuran tiap bulan F. 0.25 seorang. Setelah per mintaan diterima dan diberi tanda ang gota dengan shah. Lalu dari 7 anggota itu memajukan permohonan kepada H.B. Boedi Oetomo untuk mengusahakan permohonan izin (Recht Persoon) kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk berdirinya Persyarikatan Muham madiyah dengan maksud dan tujuan seperti termaktub dalam Recht Persoon Muhammadiyah 18 Noverber 1912 dan susunan pengurus yang pertama dan yang telah diumumkan dalam suara Mu hammadiyah berulangkali.
Sdr pembaca yang terhormat. Menyimpang dari apa yang termaktub diatas, perlu saya suntingkan disini sedikit riwayat jalannya surat permo honan kepada Pemerintah Hindia Belanda yang dilakukan oleh H.B. Boedi Oetomo pada masa itu. Maksudnya hendaklah sidang pembaca tahu atau mengerti keadaan masyarakat manusia dimasa itu.
Setelah surat permohonan berdirinya Muhammadiyah yang diketuai oleh K.H.A. Dahlan (Khatib Amin) sampai ditangan Gubernuur General lalu dikirim kepada Resident di Yogyakarta. Pada waktu itu istilah ketua persyarikatan belum ada, dan yang digunakan adalah kata President. Dan Resident Yogyakarta minta advis Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Melalui Rykbestuur der Yogyakarta ( Pepatih dalem Sri Sultan) Oleh karena surat permohonan itu mengenai urusan gerak Agama Islam, maka dari Rykbestuur der Yogyakarta diteruskan kepada Hoofd Panghulu H.M. Khalil Kamaludiningrat untuk dibicarakan dalam sidang Raad Agama Hukum Dalam Sri Sultan guna memberi advis. Tetapi karena Hoofd Panghulu ada kesalah pahaman dan teringat masalah 12 tahun yang lampau perihal qiblat surau, dan kata president yang termaktub dalam surat permohonan mendirikan persyarikatan Muhammdiyah, dikira sama dengan Resident, menyebabkan K.Hoofd Panghulu segera mengadakan sidang sore itu juga jam 4.30 sore di pendopo Panghulon.
Wajah K.Hoofd Panghulu dengan cahaya muka yang bersungut karena kekhilafan, memegang surat dari Rykbestuurder di Yogyakarta masuk ke pendopo Pangulon.
Setelah duduk ditempatnya, tanpa kata pembukaan dan menerangkan maksud dan tujuan rapat kilat Raad Agama Hukum dalam itu, tetapi langsung mencetuskan rasa hatinya yang khilaf dengan berkobar kobar. Dan para anggota Raad Agama Hukum Dalam diam. Akhirnya Kyai Panghulu menghabisi kemarahannya dengan berkata bagaimana kawan kawan sekaliyan, apakah surat permohonan ini disetujui atau tidak ? Kalau disetujui siapa yang mau menyutujui. Yang ditanya tidak ada satupun yang menjawab. Kalau tidak ada satupun yang menjawab setuju, maka kami tetapkan Raad Agama Hukum Dalam tidak setuju. Bagaimana kawan ? Jawab sebagian dari pada anggota, tersilah kita mengikut. Sesudah itu lalu surat permohonan tersebut dikirim kembali kepada Rykbestuur der Yogyakarta dengan diberi keputusan oleh Raad Agama Hukum Dalam, tidak setuju dikabulkan.
Dalam pada itu diantara anggota Raad Agama Hukum Dalam ada yang nama nya termasuk didalam surat permohonan izin itu. Selama dia mendengar kata kata Hoofd Panghulu yang sangat marah itu, hatinya gentar dan pucat cahaya muka nya karena ketakutan kalau kalau ada akibat yang mengenai pribadinya. Setelah bubaran dari rapat kilat tersebut diatas, mereka lalu pulang dan segera membuat surat kepadaRykbestuur der Yogyakarta yang isinya mohon keluar dari anggota Muhammadiyah dan mohon dicabut ikut serta menjadi Pengurus Mu hammadiyah.
Setelah Rykbestuur menerima kembali surat permohonan izin mendirikan Per syarikatan Muhammadiyah dari Hoofd Panghulu dengan advisnya yang tidak menyetujui berdirinya Muhammdiyah. Dan menerima suratnya seorang khatib anggota Raad Agama Hukum Dalam yang mohon keluar dari anggota Muhammadiyah dan mengundur kan diri dari Pengurus Muhammadiyah, maka dapat mengertilah Rykbestuur bahwa dalam rapat Raad Agama Hukum Dalam di Pangulon ada heboh tentang soal permohonan izin mendirikan Per syarikatan Muhammadyah.
Lalu Hoofd Panghulu dipanggil ke kantor Rykbestuur di Danurejan untuk dimintai penjelasan apa sebabnya tidak setuju mengkabulkan permohonan itu.
Setelah Hoofd Panghulu menghadap Rykbestuur dikantornya, lalu diminta penjelasannya sebab sebabnya tidak menyetujui permohonan itu sebagai tersebut diatas.
Hoofd Panghulu menghaturkan jawaban nya dengan alasan yang keliru pemaham annya. Haji Ahmad Dahlan seorang Khatib, ia mohon jadi Residen perkum pulan Muhammadiyah yang nanti ia akan menguasai orang orang Islam Muhammadiyah dan lantas orang orang Kauman itu dikuasai olehnya. Lantas bagaimana nanti orang Kauman tidak menurut perintah kami dan perintahnya negeri.
Ooo Ki Panghulu. Jadi Ki Panghulu itu belum mengerti artinya Residen dan Presiden ?. kalau demikian, sekarang kami mengertikan bedanya Residen dengan Presiden. Resident itu itu kepala negara seperti Kanjeng Tuan Residen yang sekarang ada ini. Kalau Presiden adalah kepala golongan, umpamanya Presiden Landraad atau Presiden perkumpulan Boedi oetomo dan Presiden Muhammadiyah. Cuma memerintah dilingkungannya sendiri sendiri dengan menurut peraturan perkumpulkan itu. Tidak akan mengu asai orang yang ada diluar perkumpul an. Mengerti Ki Panghulu ? Sebenarnya kalau Persyarekatan Muhammadiyah itu malah membantu pekerjaan Ki Pang hulu dalam mengajarkan Agama Islam dan pengetahuan lain kepada anak anak santri di Kauman yang diharapkan menjadi orang baik. Apa Ki Panghulu sudah mengerti keteranga keterangan saya tadi ? Jawab Ki Panghulu, yah sudah mengerti Kanjeng. Ya syukur Ki Panghulu!. Serkarang lantas bagaimana masih tetap tidak setuju atau dicabut ? Yah saya cabut saja lantas diganti setuju.
Sesudah surat tidak setuju diganti dengan surat setuju oleh Kyai Panghulu, lalu surat itu dilangsungkan hunjuk kepada Sri Sultan Hamengku Buwono ke VII, sesudah diamandemen oleh Residen Yogyakarta. Sri Sultan memberi izin berdirinya Perkumpulan Muhamma diyah hanya di Yogyakarta saja.
Kemudian setelah diijinkan oleh Sri Sultan, surat permohonan itu dikirim kembali kepada Gouvernor General di Batavia liwat Resident Yogyakarta.
Kemudian dari pada itu, surat permohonan K.H.A. Dahlan dan kawan kawannya yang disusun dalam surat permohonan mendirikan Persyarikatan Muhammdiyah tersebut dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit, recht persoon, tanggal 18 November 1912 miladiyah, bersamaan dengan 8 Dzulhijjah tahun 1330 Hijriyah berkedudukan di Yogyakarta. Surat izin tersebut dikirim kepada sipemohon, Persyarikatan Muhammadiyah, dengan melalui H.B. Boedi Oetomo Yogyakarta.
Setelah surat itu diterima oleh Muham madiyah, tidak selang beberapa hari lantas mengadakan rapat pengurus Muhammadiyah yang pertama kali dengan mengundang beberapa orang yang dipandang perlu diantaranya 2 orang anggota pengurus Boedi oetomo ya’ni Raden Dwijosoewoyo dan R. Budi harjo. Dan beberapa orang dari Kauman. Rapat Pengurus itu untuk membicarakan bagaimana cara kita akan memprok lamirkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah kepada umum dan dimana tempat yang paling baik pada waktu itu.
Setelah dibicarakan dengan semangat yang rame mengenai soal tempat, karena pada pada waktu itu belum ada tempat yang tersedia untuk berkumpul orang banyak, akhirnya Raden Dwijosewoyo memberi petunjuk, kalau dapat disetujui, dimajukan usul hendaknya perkumpulan itu diselenggarakan di Loodge Gebouw Malioboro dan beliau sanggup menguruskannya, dan waktunya hari Sabtu malam Minggu terakhir bulan Desember 1912. Rapat itu sebaiknya dibikin undangan terbuka. Artinya yang tidak diundang juga boleh datang.
Adapun yang diundang ialah para priyayi Pangreh Praja baik Kasultanan maupun Government, orang orang yang dikenal. Para pengurus diatur dengan berpakaian uniform secara dahulu yang mirib akan jiwanya Muhammadiyah, yaitu ketua JK.H.A Dahlan bersurban puteran bergamis dan berjubah Hangguri Blau. Sedang pengurus yang sudah haji bersurban biasa, berbaju hitam tutup dan bernyamping (kain panjang) dan bertrumpah. Bagi yang belum berhaji memakai destar, baju putih buka mema kai dasi, berkain panjang, pakai selop. Adapun tetapi pakaiannya tersilah ma sing masing orang.
RAPAT UNDANGAN TERBUKA MUHAMMADIYAH YANG PERTAMA KALI.
Pada hari Sabtu malam Minggu terakhir dalam bulan Desember 1912 M, Muhammadiyah mengadakan rapat un dangan terbuka untuk memproklamir kan berdirinya Persyarikatan Muham madiyah, bertempat di Gedung Loodge Gebouw Malioboro. Dengan mengundang ± 150 orang orang yang dipan dang perlu seperti tersebut dalam renca na diatas. Tetapi yang hadlir lebih ku rang 60 – 70, termasuk yang tidak diun dang.
Maklumlah memang kesadaran rakyat pada masa itu belum merata, bahkan masih nyenyak tidurnya.
Rapat yang dipimpin oleh K.H.A Dahlan dan dimulai pada jam 8.30 dengan me ngucapkan selamat datang dan banyak terima kasih pada sekalian hadirin baik yang yang diundang maupun yang tidak diundang, terutama para priyayi dan sau dara saudara dari pengurus Boedi Oeto mo yang telah membantu tenaga dan moreel, selama Muhammadiyah memaju kan permohonan idzin kepada pemerin tah Hindia Belanda yang sampai berha sil. Dan menghaturkan beribu sembah Nuwun terhadap Sri Paduka Kanjeng Sultan Hamengku Buwono yang menye tujui berdirinya Muhammadiyah dinegeri Yogyakarta. Mudah mudahanlah Muhammdiyah dapat hidup subur dan dapat mencapai kepada maksudnya. Amin. Sekarang rapat kami buka dengan mengucapkan al Fatikhah. Dok, suara ganden memukul meja pimpinan.
Lalu dipersilahkan Sdr Dwijosewoyo membacakan surat idzin yang berupa Rechtpersoonlijkheid Muhammadiyah dan anggaran dasarnya Persyarikatan Muhammadiyah yang masih berbahasa Belanda serta diterjemahkan dengan bahasa daerah (bahasa Jawa ), serta dengan penjelasannya, sehingga dapat difahami oleh hadlirin pada umumnya.
Sdr. Dwijosewoyo lalu tampil kemuka untuk melaksanakan maksud itu dengan memulai membaca dalam bahasa Belanda dan terjemahannya bahasa Jawa, serta penjelasan penjelasannya sampai memuaskan kepada hadlirin semua, satu dua orang yang memajukan pertanya anpun sudah diberi jawaban dengan memuaskan juga.
Pembacaan Rechtpersoon dengan terjemah dan penjelasan penjelasannya dengan jawaban pertanyaan kurang lebih memakan tempo 1 jam 30 menit.
Pimpinan mengucapkan terima kasih diperbanyak atas pembacaan Rechtper soon dengan segenap penjelasaanya, serta jawaban jawabannya terhadapa kepada para yang memajukan perta nyaan, sehingga dapat menambah pen jelasan bagi mereka yang masih kurang jelas.
Kemudian pimpinan mempersilahkan K. Panghulu Pakualam H. Abdullah Siraj tampil kemuka untuk membacakan Do’a kepada Allah s.w.t. untuk kebahagiaan Muhammadiyah dalam menjalankan pim pinan yang menuju kepada maksud dan cita citanya.
Kemudian K.H.Abdullah Siraj tampil kemuka, sebelum mengucapkan do’a beliau ingin menyambut akan lahir nya Muhammadiyah karena sangat terha ru, dan mendoa kepada Illahi mudah mudahan lahirnya Muhammadiyah diberi usia yang panjang dalam bim bingan Tuhan serta diperlindungi dan diberi petunjuk kepada jalan benar dan lurus. Amin.
Pimpinan mengucapkan terima kasih banyak kepada semua hadlirin dan menu tup rapat tersebut dengan membaca Al Fatikhah. Dok suara hamer memukul meja pimpuinan tanda bubar. Pada jam 11.30.
Alhamdulillah rapat selesai dengan baha gia dan gembira tidak terhalang suatu apa.
Sebenarnya kalau secara sistim seka rang, sesudah Muhammadiyah diprok lamirkan seperti tersebut diatas lantas diumumkan kepada rakyat umum dengan surat selebaran disertai dakwah, untuk menarik perhatian umum. Tetapi pada waktu itu tidak atau belum ada pikiran yang demikian itu. Jadi lahirnya Muhammadiyah ditengah tengah pusat nya kota Yogyakarta, seolah olah lak sana baji lahir ditengah masyarakat kam pung, yang dihadiri oleh kawan tetang ganya yang dekat sehingga selkesai dibungkus dengan pakaiannya lalu tersi lah kepada ibu bapanya bayi tersebut.

K.H.A DAHLAN IBU – BAPAK MU HAMMADIYAH.
Setelah lahir Muhammadiyah pada hari malam Minggu akhir bulan Desember 1912 dengan selamat betapa besar hati dan gembiranya K.H.A. Dahlan dengan semangat yang menyala nyala. Beliau berusaha terus menerus menanamkan benih ke Islaman dimana mana, bahkan tidak hanya mereka para siswa Kweek school di Yogyakarta saja, melainkan kepada siswa Normal School di Purwo sari Solo, Opleeding School di Madiun, Osvia Magelang dan H.K.S. di Purwo rejo, dengan saling ganti kunjungannya diantara ada yang sekali sebulan ada dua kali dan ada yang dikunjungi oleh beliau tiap tiap hari Sabtu sore. Namun demi kian beliau tidak melengahkan meme lihara Madrasah Ibtidaiyah Diniah yang ada disampingnya, karena Madrasah itulah yang dibanggakan untuk menim bun jurang perpecahan yang luas dan yang dalam diantara kaum muslimin yang santeri dan kaum muslimin yang bukan santeri. Sehingga timbul istilah yang menjadi racun yang berbahaya bagi persatuan kaum muslimin Indonesia pada seluruhnya dan di tanah Jawa pada khususnya. Yaitu Muslim Mutihan dan Muslim Ngabangan. Yang Muslim Mu tihan, ialah kaum muslimin yang masih menjalankan syari’at Agama Islam, yak ni Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa Romadlon dan Haji. Golongan ini biasanya tidak banyak menghiraukan adat istiadat messyarakat umumnya, sehingga tertam paklah tingkah laku dan kata katanya selalu janggal kaku dan congkak terhadap golongan Abangan.
Sebaliknya olongan Abangan meman dang golongan Mutihan, sangat meremehkan, karena golongan Mutihan itu tidak tahu adat istiadat, sopan santun, tata susila dan tata negara, karena mereka tidak sekolah pengetahuan umum, tetapi yang dipelajari soal do’a untuk menghadapi panggilan selamatan dan kenduri yang kesannya menghasilkan bargowo.
Demikianlah senjata pertpecahan dian tara 2 golongan kaum muslimin di Indonesia pada umumnya dan ditanah Jawa pada khususnya diwaktu itu. Oleh karena itu dengan kebijaksanaan K.H.A. Dahlan untuk menimbun jurang perpi sahan yang luas dan dalam itu, ditegakkan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah yang disitu diajarkan juga ilmu pengetahuan.
Dengan terlaksananya sekolahan yang demikian itu, akan bertemulah kedua golongan Mutihan dan Abangan menjadi satu sama sama beruntung. Golongan Mutihan tidak kehilangan agamanya, tetapi beruntung tambah luas ilmu pengetahuan umumnya untuk menjadi sendi cara hidup kehiduypan yang lebih luas dan sempurna.
Sebaliknya golongan Abangan tidak kekurangan kepuasan akan menuntut pengetahuan Duniawi, malahan bertam bah keuntungan dapat mengetahui penge tahuan agama Islam yang membawa ilmu pendidikan jasmani dan ruhani (Iman taukhid kepada Allah s.w.t) dengan mengikuti hukum Syari’at agama Islam, ialah agama yang dipundi pundi oleh para leluhurnya bangsa Indonesia dizaman yang lampau. Dengan bertum buhnya sekolah sekolah yang serupa itu, dari bawah sampai dengan yang atas akan ratalah jurang perpecahan diantara 2 golongan tersebut, hapuslah istilah Abangan dan Mutihan dari tengah tengah masyarakat Nasional Indonesia.
Maksud dan tujuan K.H.A. Dahlan mewujudkan pendidikan yang teratur secara modern seperti tersebut diatas pada prinsipnya ialah hendak melaksanakan umat yang baik sbegaimana yang dikehendaki oleh Allah s.w.t. dalam surat Ali Imran ayat 110. Kuntum khoiro ummatin ukhrijat linnasi ta’muruna bil ma’rufi wa tanhauna ‘anil munkari wa tu’minuna billahi, wa lau amana ahlul kitabi lakana khoirullahum min humul mu’ minuna wa akhtsarohumul fasiqun. Maksudnya, keadaan kamu sekalian ada lah sebaik baiknya umat yang dilahirkan untuk kepentingan manusia. Perintahkanlah dengan perkara yang baik dan cegahlah akan perbuatan yang mungkar dan percayalah kamu sekalian dengan Allah. Kalau mereka orang kafir ahli kitab sama percaya, sungguh ada akan lebih baik bagi mereka, dari pada mereka sebagian ada yang mu’min, tetapi kebanyakan dari pada mereka sama berdosa.
Inilah itikat umat yang baik yang dimak sud oleh K.H.A Dahlan. Jadi beliau tidak mengangankan dengan Madrasah (seko lahan)nya akan membentuk ulama ula ma yang besar cerdik pandai seperti yang telah ada pada masa itu, tetapi yang diangankan ialah ulama dan cerdik pandai yang taqwa kepada Tuhan dan yang berguna kepada manusia dan ma syarakat
Sudah tiga tahun Muhammdiayah dila hirkan dikota Yogyakarta, tetapi belum dapat mempengaruhi kepada penduduk di kota Yogyakarta pada umumnya dan pada penduduk dikampung Kauman pada khususnya, Karena masih nyenyak. Dalam tidurnya, tenggelam dalam gelombang penghidupan. Penghidupan pada masa itu merupakan dua aliran, yaitu per tama kepriyayen kasultanan dan kedua perdagangan. Bagi orang orang Kauman (kaum santri) banyak diantaranya kedua duanya aliran itu menjadi perhatian betul betul. Karena kedua duanya memang menjadi pokok kemegahan hidup utama.
Dengan berlomba menuju kearah hidup megah dan utama itu sedikit demi sedikit dengan tidak terasa mengakibatkan ma kin menjauh dari pada hukum Syari’at Agama Islam, baik didalam ibadat mau pun dalam muamalat diantara manusia. Umpamanya: dalam shalatnya sering meninggalkan waktu dan cepat sampai meninggalkan rukun (tuma’ninah) sehingga hanya merupakan gambar shalat yang tidak berkesan kebaikan akan kelakuannya. Demian pula puasa nya hanya membalikkan waktu, waktu siang dijadikan malam dan waktu malam dijadikan siang. Artinya kalau siang tidur dan kalau malam mengobrol sampai dengan waktu sahur dan terus sampai waktu subuh. Sehabis shalat subuh tidur lagi sampai lepas tengah hari. Tetapi bagi mereka yang berdagang batik mungkin jam 9 pagi sudah bangun untuk melayani tamu tamu yang berbe lanja batik sampai lepas tengah hari. Lantas kembali tidur lagi sampai waktu ‘asyar. Sesudah shalat ‘asyar keluar pergi putar kayun dengan kereta kuda besar yang sudah dipesan sambil blanja makanan dan minuman ditoko toko yang dilalui untuk berbuka nanti. Tetapi yang lebih megah mereka me mang sudah sedia kereta yang mentereng dan kuda yang bagus dan tidak hanya untuk puter kayun bulan puasa, tetapi sewaktu ada kehendak yang dipandang megah untuk dipakainya.

IBADAT HAJI.
Bangsa Indonesia memang sejak zaman koloni Belanda gemar pergi haji ke Makkah dan ziarah ke makam Nabi di Medinah. Tidak dengan berdasar hukum agama atau memang tidak mengetahui ilmu, syarat rukunnya ibadat yang secu kup cukupnya. Sehingga apakah faham ibadat haji kebanyakan mereka tidak tahuy apa yang harus diperbuat, selama mereka ada ditanah suci. Tetapi jama’ah haji pada masa itu umumnya baru sampai di Jeddah mereka sudah mulai belanja pakaian, surban, kopyah, gamis sruwal Arab dan lain lain yang di ingin kan. Kepentingan yang mengenai ibadat hajinya kurang diperhatikan, malah ada banyak soal soal yang penting dalam ibadat haji yang tidak dapat terlaksana karena kehabisan bekal, sebab sudah digunakan untuk kepentingan pakaian lebih lebih kalau sudah menghadapi lebaran. Rupanya yang demikian itu boleh diduga bahwa isi hatinya haji itu adalah Makkah dan pakaian saja. Tentu mereka itu menyadari segi seginya iba dat haji yang sedalam dalamnya, bahkan mungkin rukun Islam yang lain masih dalam demikian juga.

ZIARAH KE MAKAM NABI
Memang sudah menjadi lazim bagi umat Islam segala bangsa apabila mereka da pat kesempatan pergi haji ketanah suci makkah mereka mesti merasa wajib per gi ziarah ke Makam Nabi di Madinah. Karena itu memang sudah beratus tahun menjadi tradisinya umat Islam sedunia yang pergi haji. Sehingga sama merasa pergi haji ke Makkah dengan memenuhi syarat hukum dan wajibnya tetapi tidak berkunjung ziarah ke m akam Nabi di Madinah, maka tidak berartilah hajinya itu, jakni jadi haji yang mardud (tidak diterima) bahkan terkeluar dari golongan Umat Muhammad. Biasanya para ma syayikh memberangkatkan jema’ahnya ada 3 kelompok. Kelompok pertama bagi jema’ah yang datang di Makkah pada bulan Rajab, kalau cukup banyak, diberangkatkan pada bulan Rajab itu juga. Kalau datang bulan Ramadlon dan awal bulan Syawal diberangkatkan bulan Dzulka’idah, kalau datangnya lebih dari itu diberangkatkan setelah haji.
Oleh karena itu walaupun pergi ke Madinah pada masa itu sangat menderita kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan 24 hari 24 malam dengan kafilah yang berbondong bondong 100, 200 bahkan 300 orang. Kafilah tiap gerombol berjalan mulai habis sembah yang luhur sampai shubuh melalui padang pasir dan naik turun gunung batu dalam jalan yang sempit serta panas terik atau dingin yang sangat atis dengan kea manan yang tidak terjamin disepanjang jalan baik siang maupun malam. Tiap tiap rombongan kafilah itu ada syaikh nya masing masing jama’ah berkafilah kafilah atau wakilnya yang mengepalai perjalanan itu, sehingga jama’ahnya dalam kafilah itu jangan sampai terlalu menderita dalam sesuatunya selama dalam perja lanan. Walaupun demikian dijaga, tetapi karena memang dasar perjlanan itu memang perjalanan yang sangat berat dan sangat musyaqat, maka tidak sedikit orang yang meninggal dalam perjalan itu.

K.H.A. DAHLAN MELEPASKAN SEJATA KANONNYA YANG DITU JUKAN KEPADA KAUM MUSLIMIN.
Pada sekitar tahun 1906, K.H.A. Dahlan memproklamirkan UUD yang mengejutkan perasaan kaum muslimin pada umumnya, ialah Ziarah Kubur Kufur, ziarah kubur musyrik dan ziarah kubur haram.
Dengan peluru yang dilepaskan itu tepat mengenai sasaran yang dimaksud sehingga kaum muslimin gempar lebih lebih para para alim ulamanya mereka dari jauh mengatakan haji Ahmad Dahlan sekarang sudah jadi orang Mu’ta zilah, sudah ingkar kepada sunnah Rasulullah, sudah menjadi Wahabi dan lain lain sebagainya
K.H.A. Dahlan mendengar sambutan orang banyak yang beraneka wartna yang berupa tuduhan dan dakwaan atas pribadinya itu, beliau terima dengan senyum tenang dan sabar, karena beliau menginsyafi bahwa mereka memang sungguh sungguh belum sadar dari pada tidurnya yang nyenyak itu. Buktinya beliau telah membuka pintu kamar tamunya untuk menerima barang siapa saja diantara mereka yang hendak menentang atau membantah soal zaiarah kubur yang dikufurkan, yang dimusy syrikan dan yang diharamkan oleh beliau. Tetapi tidak ada seorangpun dari mereka yang datang untuk menyatakan ketegesan (maksud) kedudukan orang ziarah kubur menjadi kufur, orang ziarah kubur menjadi musyrik dan ziarah kubur haram. Padahal faham Islam pada umum nya ziarah kubur adalah sunnah.
Setelah mereka diberi penjelasan dengan dalil keadaan kaum muslimin Indonesia pada umumnya dan kaum muslimin di Yogyakarta serta kaum muslimin di Kauman pada khususnya. Terutama kepa da yang minta penjelasan sendiri (kepa da hatinya) bagaimana rasa yang terkan dung dalam hatinya diwaktu ziarah kuburnya para yang dipandang wali, ke ramat dan shalih dan bagaimana pula bila berziarah kuburnya keluarga sendiri.
Dengan penjelasan penjelasan ini sipe minta penjelasan merasa puas dan me nginsyafi bahwa soal ziarah kubur oleh kaum muslimin pada umumnya sangat mesti mengandung salah satu dari tiga anasir tersebut diatas atau malah mung kin mengandung tiga tiganya sama sekali.
Dengan datangnya beberapa orang yang minta ketegesan soal ziarah kubur itu pada umumnya dan haji pada khususnya banyaklah sesungguhnya belum sama mengerti tauhid suci murni Khalis dan Mukhlis. Bahkan masih banyak terlihat orang orang itu yang masih gemar mema kai jimat jimat dan kemat kemat untuk macam macam maksud yang baik dan maksud yang tidak baik.
Maka itu K.H.A. Dahlan merasa perlu giat berusaha menanam bibit tauhid yang sesuci semurni murninya kepada para pemuda pemuda dimasa itu supaya dapat mempertumbuhkan iman yang teguh bakuh serta kuat untuk mengamalkan amalan amalan agama Islam baik yang mengenai masyarakat dan yang menge nai akhirat.

MUHAMMADIYAH BERKEMBANG DAN BERTUMBUH.
Pada tahun 1917 pertengahan bulan maret, tiba tiba K.H.A. Dahlan memerintahkan kepada murid muridnya yang agak dewasa kurang lebih 5 orang untuk mempersiapkan perlengkapan sidang tahunan perkumpulan Boedi Utomo disekolahannya dengan murid 100 kursi 1 meja pimpinan tempat yang lain disambung dengan bangku bangku sekolah yang ada. Dan sediakala Thee dan setelah istirahat diganti dengan kopi susu. Sidang tahunan B.O. itu akan terjadi nanti pada hari Saptu malam Minggu yang akan datang ini. Dari sana akan dibawa satu podium (mimbar).
Oleh karena pada masa itu belum ada persewaan kursi dan meja seperti seka rang, maka kursi kursi itu hanya dapat di pinjam dari tetangga sekitar rumah K.H. A Dahlan sehingga terdapat kursi bermacam macam warna dan modelnya, tetapi cukuplah untuk keper luan sidang tersebut.
Hari Sabtu malam Minggu yang telah ditentukan itu berlangsunglah sidang tahunan Boedi Oetomo disekolahan Muhammadiyah tersebut dengan dikunjungi segenap anggota dan tamu tamu yang diundang dengan gembira dan meriah. Tetapi penghuni kampung Kauman entah diundang atau tidak, mereka hanya datang melihat dari luar gedung sekolahan. Bahkan ada yang melihat itu dengan sembunyi sembunyi ditempat yang agak gelap karena malu malu takut.
Adapun anak anak yang disuruh menjadi pelayan mereka turut duduk dalam ge dung tetapi sebagai mustami’ saja yang tidak mengerti betul betul apa yang dite rangkan oleh pembicara, karena pembi cara banyak menggunakan bahasa asing yang tidak dimengerti oleh mereka. Ha nya memandang lagak lagunya pembi cara memang tangkas dan bergas serta bagi mereka yang betul betul mengerti.
Akhirnya rapat ditutup ± jam 12 dengan selamat dan gembira, serta pimpinan mengucapkan terima kasih banyak kepa da hadlirin sekalian dan memberikan selamat jalan.
Apakah sesungguhnya K.H.A Dahlan dengan condong menerima sidang tahun an Boedi Oetomo di sekolahannya, itu tidak seorangpun mengetahui maksudnya. Karena memang tidak terbuka wajarnya.
Tidak selang berapa hari para muda yang diruruh melayani sidang Boedi oetomo berkumpulah mereka ditempat yang biasa mereka itu berkumpul, ialah dirumah sdr H.M. Syudja’ Kauman. Diantaranya ada beberapa saudara merenungkan apa yang telah terjadi dalam sidang B.O. tersebut. Bukanlah itu merenungkan karena ingin akan menjadi anggota B.O., tetapi yang direnungkan betapa indah dan eloknya seumpama agama Islam itu kita dapat diterangkan dimuka orang banyak dan umum sebagaimana cara yang dilakukan oleh B.O. itu tentu dengan bahasa daerah (bahasa Jawa) tentu akan lancar tersiarnya dan lebih mudah pula dapat dimengerti dan difahami oleh khalayak rame.
Cetusan renungan itu disambut oleh kawan kawan dengan persetujuan dan lalu menjadi pembicaraan diantara kawan kawan, yaitu H.M. Syoedya’, H. Fakhrudin, H.M. Tamimuddari, M.Ah mad Badar, H.M. Zaini Hasyim. Cetusan itu menjelmakan suatu perkumpulan ( perngajian) yang diberi nama Malam Djoem’ah yang mempunyai tujuan menyiarkan Agama Islam. Lima orang tersebut diatas sebagai pelopornya mengeluarakan modal pertama untuk membeli satu podium dengan syarat wujudnya mimbar untuk rapat, sehingga tubuh bawahnya (kakinya) pembicara tidak tampak. Maksudnya karena peristiwa ini adalah suatu kejadian yang baru dan memang belum pernah dialami oleh kita sekalian kaum santeri dimasa lampau. Kalau kalu ada kejadian kakinya pembicara genetar karena kewibawaan orang banyak, supaya tidak dapat kelihatan. Karena walaupun sudah dimaksud akan menumpahkan segala kekuatan bathin dan mencurahkan pikiran yang sebesar besarnya dengan didorong oleh keamauan yang besar dan kebranian yang tebal namun sebenarnya masih merupakan satu latihan dalam tarap yang pertama.
Tidak dengan direncanakan dan tidak de ngan diumumkan orang banyak, apabila Mimbar sudah selesai dibuat maka pada malam Jum’ah perkumpulan itu dimulai membuka penyiarannya agama Islam pada tiap tiap malam Jum’ah seterusnya. Memang tidak perlu direncanakan dan diumumkan, karena tempatnya memang umum sudah maklum.
Alhamdulillah dengan berkat dan rahmat Allah s.w.t. serta taufiq dan hidayatnya pembukaan perkumpulan Malam Jum’at yang pertama kali itu dapat sambutan dari penghuni kampung Kauman dari dua jenis priya dan wanita dengan memuaskan, sehingga hadlirin tidak mementingkan tempat duduk biar berdiri serta bersesak tidak apa asal meli hat pembicara dan mendengarkan bicaranya.
Pembukaan pengajian yang pertama itu sudah menunjukkan gejala gejala yang menggembirakan. Karena walaupun dalam pengajaran agama itu diterangkan hanya rukun Islam lima, rukun Iman enam dengan sekedar penjelasan yang seperlunya menurut pelajaran ilmu fiqih yang telah diketahui dalam pengajian yang sudah dialami. Keterangan Agama de ngan bahasa Jawa itu ternyata benar sa ngat dihajatkan oleh umum, teristimewa umum boleh mengajukan apa yang kurang dimengerti dan pembicara akan memberi penjelasana seperlunya sehing ga si penanya dapat menginsafi sewajar nya.
Setelah berjalan 2-3 kali pengajian Ma lam Djum’ah itu kelihatan giat pertum buhannya, diserukanlah kepada hadlirin hendaknya masing masing membawa kursi sendiri sendiri dan dibawa pulang sendiri sendiri, karena disini tidak ada kuli yang mengambil dan mengembalikaan kursi itu. Seruan itu pada umumnya diterima tetapi harus diubah redaksinya, yaitu Tiap saudara sauidara yang hendak mengikuti pengajian Malam Djum’at harus membeli sebuah kursi untuk pengajian itu dengan harga f. 3,25 dengan franco ketempat, dan kursi itu menjadi milik pengajian Malam Jum’at. Siapa yang hendak membeli kursi itu, hendaklah menyerahkan uang harganya kepada sdr H.M. Syoedja’.
Usul perubahan ini disetujui oleh mereka dengan serentak. Dan kemudian yang sudah membawa uang lalu menyerahkan dan yang belum bersedia boleh didaftar namanya. Pada malam itu terkumpul jumlah uang untuk 12 kursi = f. 39. yang lain boleh menyusul dan menyerakan langsung kepada sdr. H.M. Syoedja’. Alhamdulillah dengan persetujuan itu kursi tiap hari makin bertambah sehing ga mencukupi keperluan pengajian Malam Djoem’ah.

PENGACAU PENGAJIAN MALAM DJOEM’AH.
Berjalan 2 bulan pengajian Malam Djoem’ah, datang berhadlir dalam pengajian itu seorang ‘alim yang lain kwaliteit jiwanya turut duduk mende ngarkan pengajian itu sampai pembicara menerima perttanyaan pertanyaan yang diamjukan oleh hadlirin yang bersang kutan dengan apa yang diterangkan oleh pembicara. Dan pertanyaan pertanyaan itu sudah selesai dijawab, tiba tiba pengacau yang alim menyodorkan pertanyaan yang luar dari apa yang diterangkan oleh pembicara dengan tenang dan shabar, pada waktu itu pembicara sdr H.M. Fakhrudin almarhum. Tetapi oleh karena pertanyaan itu diluar pembicarannya, sesungguhnya cukuplah ditolak saja. Tetapi karena sdr H.M. Fakhrudin ingin tahu apa yang disodorkan itu, maka dipersilahkan ‘alim itu melahirkan pertanyaannya. ‘Alim memajukan pertanyaan Qiblat ummat Islam Indonesia pada umumnya dan ummat Islam di tanah Jawa ke arah mana ? Ke arah Jihatul qiblat atau harus kearah ‘Ainul jihatul qiblat.?
Drs. H.M. Fakhrudin menjawab Oleh karena pertanyaan itu menyimpang dari apa yang telah kami terangkan tadi, tetapi karena soalnya bersangkut paut dengan agama, baiklah pertanyaan itu akan kami jawab juga dengan semestinya, tetapi karena waktunya sudah tidak mengizinkan, maka insya Allah pertanyaan itu akan kami jawab nanti pada malam Jum’at yang akan datang dengan jawaban yang tepat mengenai soalnya.
Oleh karena itu saudara saudara hadlirin sekalian kami harapkan pada pengajian malam Jum’at yang akan datang jangan berhalangan hadir, bahkan besar harapan kami hendaknya saudara membawa kawan kawan yang belum pernah datang dalam pengajian malam Jum’at yang amat penting ini, tentu saudara akan puas mendengar jawaban kami tentang soal qiblat sholat kita sehari hari. Lalu pengajian disudahi dengan bacaan al Fatikhah. Pengajian lalu bubar pada jam 11.30 dengan selamat.
Pengacau itu sesungguhnya satu satunya murid K.H.A. Dahlan termasuk yang dikasih sayangi sejak dewasa sampai orang tua, tetapi pada jiwanya jauh beda dengan gurunya. Pertanyaan yang diso dorkan itu sesungguhnya sipenanya bu kan belum atau tidak tahu, tetapi malah sudah mengetahui barang sedalam dalam nya, karena masalah qiblat itu telah me ngalami sejarah perjoangan yang menggemparkan umat Islam di Yogya karta pada 20 tahun yang lampau (1897) yang mengakibatkan surau K.H.A. Dahlan yang baru saja selesai dibangun dengan beaya ribuan rupiyah (gulden) dibongkar dengan cara sewenang we nang dan pergolakan berqiblat sembah yang di Masjid Besar di Yogya karta sampai hantam hantaman.
Sekarang pada masa perkembangan Muhammadiyah, masalah yang sudah lapuk kawuk akan diungkat ungkat lagi untuk menanam fitnah dalam masyarakat yang dibangun. Subhanallah. Tetapi kita tetap percaya bahwa Allah s.w.t. menyer tai kita dengan mencurahkan taufiq dan hidayatNya. Allah humma amin.
Pada pengajian Malam Jum’at yang telah dijanjikan akan menjawab soal Qiblat dari sipenanya , kunjungan hadlir in sampai meluar luap yang didalam sebagian dudukdan sebagian lagi berdiri, karena akan mendengarkan betapa jawab nya sipembicara terhadap penanya ten tang hal qiblat tersebut.
Setelah acara pengajian malam Jum’at yang dilancarkan oleh Sdr M. Ahmad Badar dan sdr H. Hadi (dahulu belum ditambah Kusumo) lalu istirahat sekedar 5 menit, untuk menenangkan suasana, lalu sdr H. Fakhrudin tampil ke mimbar, disambut dengan suara orang banyak yang gemuruh: haaa.
Assalamu’alaikum.w.w. Saudara saudara sebelum kami menjawab pertanyaan tentang soal qiblat, lebih dahulu kami menerangkan , bahwa sesungguhnya pertanyaan itu, menurut peraturan penga jian Malam Jum’at tidak perlu kami layani (kami jawab) karena pada penga jian malam Jum’at yang lalu kami tidak menerangkan soal qiblat. Tetapi karena qiblat termasuk juga dalam syaratnya sholat, kami memandang perlu soali itu kami jawab denga secara singkat.
Qiblatnya umat Islam Indonesia pada umumnya, dan qiblatnya umat Islam di Yogyakarta pada khususnya dalam sho latnya, sama dengan qiblat umat Islam sedunia dari segala bangsa sama satu qiblat, yaitu Ka’bah (Baitullah) yang berdiri tegak ditengah tengah Masjidil Haram di Makkah. Bagi mereka yang didalam Masjid Haram menuju ke Ka’bah yang ada jauh cukup mengha dap ke Masjid Haram. Dan bagi yang lebih jauh lagi cukuplah menghadapkan ke Makkah yang didalamnya Ka’bah ada disitu. Sekian.
Jawaban yang disambut oleh orang ba nyak dengan tepuk tangan yang gemuruh dengan rasa hati yang puas terhadap ja waban itu.
Dengan mengucap syukur Alhamdulilllah, pengajian Malam Jum’at sejak dapat menjawab soal qiblat, per kembangan Muhammadiyah tampak tambah lancar kemajuannya, tidak saja ditempat pengajian Malam Jum’at di Kauman, tetapi dikampung kampung lain. Umpamanya dikampung Ngupasan dibangun kelompok Sumarah Allah, di kampung Suronatan dan Notoprajan didirikan Thoharatul Qulub dan lain lain kampung, seolah olah sebagai tumbuh nya cendawan dimusim hujan yang berinduk kepada Pengajian malam Jum’at di Kauman dan guru gurunyapun dari situ juga.
Para pembangun pengajian dikampung kampung itu terdiri dari pada penghuni kampung itu sendiri yang sama mengikuti pengajian Malam Jum’at di Kauman. Adapun jalannya pengajian di kampung kampung itu dilakukan pada tiap malam selain malam Jum’at.
Dalam pengajian malam Jum’at itu sesungguhnya tidak hanya diselenggarakan pengajian saja, tetapi seringkali sehabis pengajian lalu disambung dengan ramah tamah, sambil memikirkan bagaimana dapat mengamalkan amalan amalan Islam yang terlahir dalam masyarakat rame, baik yang mengenai jasmani maupun yang mengenai ruhani. Yang pada masa lampau orang tidak gembira mengamalkan amalan Islam walaupun diperintahkan oleh agamanya. Umpama nya:
1. Timbulnya penyiaran agama dengan para mubalighin dan mubalighat.
2. Penyiaran agama Islam dengan cara perpustakaan dengan menjel makan Taman Pustaka.
3. Timbulnya pertolongan Umum dengan Penolong Kesengsaraan Umum terhadap orang miskin dan anak yatim penderita yang sengsara.
Karena bangkitnya kemauan hendak berusaha melaksanakan perintah agama yang tercantum dalam kitab al Qur’an dan seruan Nabi Besar Muhammad s.a.w. itu timbullah dari jiwa yang suci murni penuh semangat yang menyala nyala disertai rasa hati yang gembira untuk mengamalkannya.
Maka menjelmanya tiga tujuan tersebut diatas seolah olah yang sudah merupa kan badan organisasi sendiri sendiri, dengan manyusun ketua, penulis dan bagian keuangan serta pembantu pemban tunya dan masing masing berusaha men cari penyokong sendiri sendiri untuk membelanjai tugas amalannya.
Alhamdulillah munculnya tiga bidanag tujuan yang suci itu walaupun masih merupakan bidang yang diluar dari pada organisasi Muhammdiyah, tetapi cukup lah mendapat sambutan hangat dari peng huni kampung kampung itu dengan kesadarannya mereka suka menjadi donatirnya dengan memberikan sokong annya tiap tiap bulan kepada badan bidang bidang tersebut.
Dengan kegiatan yang menggembirakan para pengurus bidang bidang tersebut dan kesadaran para penyokong atau donatir yang tidak pernah menunggak iurannya, walaupun tidak begitu besar seperti yang diharapkan, tetapi dapatlah untuk melaksanakan yang dimaksud oleh bidang masing masing, walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Umpamanya:
1. Pada penyiaran agama dengan secara tabligh sudah melangkah kan kakinya keluar kota dengan bantuan kawan kawan yang me miliki sepeda untuk melancarkan Penyiaran Agama.
2. Demikian juga penyiaran agama dengan secara perpustakaan dapat dimulai dengan sederhana ialah dengan selebaran,buletin, kepada orang orang yang minta dan orang yang dipandang perlu.
3. Bagi Penolong Kesengsaraan Umum, juga mulai dengan meno long orang kampung yang kema tian keluarganya yang terlantar dengan mencukupi kepentingan mayatnya yang terlantar sampai dikebumikan.
Walaupun sesungguhnya perkerjaan tiga bidang itu kalau dinilai belum berarti kepada masyarakat, tetapi karena kesungguhan usaha itu kelihatan giatnya semangat dan tepat menuju maksudnya, maka para penyokong bertambah kesadarannya yang luar biasa bila ada seruan dari pada pengurus bidang bidang tersebut. Dengan kegiatan para pengurus di bidang bidang itu merupakan suasana baru , yaitu mondar mandirnya para loper penarik iuran donasi dari masing masing bidang kepa da para donatirnya sendiri dan lalu diserahkan kepada bidang bidang yang bersangkutan.
Perkembangan itu berjalan satu tahun, kelihatan gejala gejalanya makin men jadi jadi, sehingga timbullah fikiran baru dari pada tokoh tokoh bidang tersebut, kalau keadaan demikian itu dibiarkan dikawatirkan akan timbul persaingan diantara satu sama lain yang akibatnya menjadi perpecahan. Fikiran yang timbul dari tokoh tokoh itu lalu dipertemukan akhirnya menjadi perundingan konkrit untuk menjaga keselamatan dan kebaikan serta keberesan keseluruhannya baiklah bidang bidang yang bertumbuh dan berkembang itu dan ditambah bidang pengajaran yang dipegang oleh saudara H. Hisyam diusulkan kepada Hoofd Bestuur (H.B.). Muhammadiyah hendaknya dimasukkan dalam organisasi Muhammadiyah sehingga usaha itu dapat hidup langsung dalam lingkungan dalam lingkungan H.B. Muhammadiyah. Disusun dan diatur oleh H.B.Muhammadiyah
Alhamdulillah perundingan itu dapat persetujuan secara bulat aklamasi, lalu di ajukan usul kepada H.B. Muhammadi yah atas nama empat orang yang sama memegang peranan dalam empat bidang yang sedang bertumbuh dan ber kembang tersebut diatas. Diantaranya tokoh tokoh juga anggota H.B. Muham madiyah. Oleh karenanya usul itu setelah dibicarakan dalam sidang H.B. Muhammadiyah juga lantas diterima dengan baik dan suara bulat. Dan ditentukan pula waktu peresmiannya masuknya bidang bidang itu dalam organisasi Muhammadiayah pada tanggal 17 malam 18 bulan Juni 1921 di Pendopo pengajian Malam Jum’at di Kauman dengan diselenggarakan sidang anggota Muhammadiyah Istimewa, untuk melantik pengurus bidang bidang tersebut dan bidang bidang itu lalu diganti nama dengan nama Bahagian dari pada H.B. Muhammadiyah.

HARI MALAM YANG MENGANDUNG BERKAT DARI PADA ALLAH DAN HARI YANG BERSEJARAH BAGI MUHAMMADIYAH.
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, telah berlangsung rapat anggota Muham madiyah Istimewa pada tanggal 17 ma lam 18 Juni 1920 yang dihadiri oleh lebih kurang 200 anggota dan simpatisan yang diundang.
Rapat dipimpin oleh Yang Mulia K.H.A Dahlan sendiri. Lebih dahulu pimpinan mengucapkan salam, Assalamu’alaikum wa rohmatu Allahi wa barokatuh. Kepada para hadlirin dan banyak terima kasih atas kedatangan para hadlirin dan mudah mudahan Allah menerimanya.
Rapat dimulai tepat jam 9 dengan mem baca surah al Fatikhah, lalu diterangkan acara penting yang akan dibicarakan dalam sidang anggota yang istimewa malam ini, ialah masuknya bidang bi dang yang bertumbuh dan berkembang disekitar kita tetapi diluar organisasi Muhammadiyah oleh karena itu H.B. Muhammadiyah sudah merencanakan bahwa masuknya bidang bidang tersebut diterima dan diberi tempat kedudukan sebagai bahagian dari H.B. Muhamma diyah dengan nama:
1. Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Sekolahan, diketuai oleh Sdr. H.M. Hisyam
2. Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Tabligh diketuai oleh sdr H.M. Fakhrudin
3. Hoofd Bestuur Muhammadiyah bahagian Penolong Kesengsaraan Oemoem diketuai oleh sdr H.M. Sjoedja’
4. Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Taman Pustaka diketu ai oleh sdr H.M. Mokhtar.
Maka oleh fihak pimpinan rencana itu diajukan tawaran kepada rapat anggota tersebut dan oleh rapat tawaran itu dapat disambut dan serta diterima dengan aklamasi dan gembira. Selanjutnya para Ketua Bahagiannya akan dilantik (tetapi tidak disumpah) oleh fihak pimpinan, hanya diminta kesetiaannya akan sampai kemana satu satunya kepala Bahagian akan memimpin usahanya Bahagiannya. Pertama kali ditanya oleh fihak pimpinan ialah sdr. H.M. Hisyam sebagai ketua Bahagian Sekolahan (Pengajaran) sam pai kemana Bahagian Sekolahan akan membangun sekolah sekolahnya ? Sdr. H.M. Hisyam menjawab dengan suci murni dan hati hati dengan menyatakan bahwa saya akan membawa kawan ka wan kita pengurus Bahagian Sekolahan berusaha memajukan pendidikan dan pengajaran sampai dapat menegakkan Gedung Universiteit Muhammadiyah yang megah untuk mencitak sarjana sarjana Islam dan Mahaguru Muhamma diyah pada khususnya guna kepentingan umat Islam pada umumnya dan Muham madiyah pada khususnya. Jawaban ini dapat sambutan dari fihak pimpinan dengan ucapan Alhamdulillah dan diikuti dengan suara sidang yang meriah dan gemuruh dengan suara bersama alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Kedua sdr H. Fakhrudin tampil kemuka untuk dilantik dan diminta pernyataan
nya oleh fihak Pimpinan, sampai kema nakah Bahagian Tabligh hendak berusaha meleksanakan cita citanya ? Jawab sdr Fakhrudin sebagai Ketua Bahagian Tabligh, hendak mengembang kan agama Islam dengan jalan bertabligh sampai dapat membangun surau surau dan langgar langgar serta masjid masjid yang belum ada untuk tempat pangajian dan ibadat untuk ummat Islam setempat. Dan menyelenggarakan Madrasah Mubalighin serta membina pondok luhur yang modern untuk mencitak ulama ula ma yang ulung lagi modern untuk mem bimbing ummat yang terpelajar, sehing ga cahaya Islam memancar menerangi semesta alam. Seketika itu pimpinan tersenyum manis dikala mendengar jawaban sdr H.M. Fakhrudin sebagai Ketua Bahagian Tabligh yang menun jukkan kegagahan dan ketabahan hati yang didorong semangat yang menyala nyala untuk mempelopori gerak Muham madiyah dalam Bahagian Tabligh. Pimpinan mengucapkan alhamdulillah mudah mudahan Allah memberi taufiq dan hidayat kepada Bahagian Tabligh disambut oleh sidang dengan tepuk tangan yang bertalu talu dengan suara gemuruh tanda setuju dan sefaham.
Ketiga sdr H.M. Mokhtar sebagai ketua Bahagian Taman Pustaka maju kemuka untuk dilantik dan diminta pernyataan nya oleh pimpinan. Sampai kemana Bahagian Taman Pustaka hendak ber usaha menuju kepada maksud dan cita citanya ?
Sdr Mokhtar menjawab dengan tegas, bahwa H.B. Muhammadiyah Bahagian Taman Pustaka akan bersungguh sung guh berusaha menyiarkan agama Islam yang secara Muhammadiyah kepada umum , yaitu dengan selebaran cuma cuma atau dengan Majalah bulanan berkala atau tengah bulanan baik yang dengan cuma cuma maupun dengan berlengganan dan dengan buku agama Islam baik yang prodeo tanpa beli maupun dijual yang sedapat mungkin dengan harga murah. Dan majalah majalah dan buku buku selebaran yang diterbitkan oleh Taman Pustaka harus yang mengandung pelajaran dan pendi dikan Islam dan ditulis dengan tulisan dan bahasa yang dimengerti oleh yang dimaksud. Taman Pustaka pun hendak membangun dan membina gedung TAMAN PUSTAKA (taman pembaca an) untuk umum dimana mana tempat dipandang perlu. Taman Pemba caan itu tidak hanya menyediakan buku buku yang mengandung pelajaran Islam saja, tetapi juga disediakan buku buku yang berfaedah dengan membawa ilmu pengetahuan yang berguna bagi kema juan masyarakat bangsa dan negara yang tidak bertentangan kepada agama terutama agama Islam jawaban ini pun tidak kurang penting dan seremnya dari jawaban Bahagian yang lain. Dan disam but oleh fihak pimpinan dengan gembira dan diharapkan mudah mudahan Allah men curahkan taufiq dan hidayatNya kepada Bahagian Pustaka, samapailah kepada cita citanya. Pun disambut pula dengan tepuk tangan dari sidang dengan riyuh dan meriah.
Keempat. Sebagai lantikan dan pernyataan yang terakhir sdr H.M. Syoe dja’ sebagai ketua Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemom tampil kemuka untuk dilantik dan minta pernyataannya, akan sampai kemana hendak meleksana kan pertolongannya kepada umum ? Jawabnya hendak membangun hospital untuk menolong kepada umum yang menderita sakit. Jawaban H.M. Syoedja’ ini agak menggemparkan fikiran hadlirin karena terlalu besar yang akan dibangun dan tidak seimbang dengan kemampuan sipenjawab dimasa itu sehingga mereka tertawa berbahak bahak seolah olah mengherankan. Tetapi fihak pimpinan K.H.A Dahlan tetap tenang dan bijak sana tidak ikut serta tertawa dengan orang banyak, bahkan beliau mebneri isyarat dengan tangannya supaya hadli rin tenang. Dan selain dari pada itu
hendak membangun apa pula ? sdr H.M. Syoedja’ menjawab, hendak memba ngun armhuis. Orang banyak tidak tertawa seperti yang sudah melainkan tenang dan diam seribu bahasa, karena mereka agaknya masih merasa asing dalam bahasa itu. Sehingga pimpinan merasa perlu menanya apa artinya baha sa Armhuis itu ? jawabnya Menurut kata orang Armhuis artinya adalah Rumah Miskin.
Orang banyak tertawa lagi dengan seren tak seolah olah mereka berfikir kembali membayangkan jawaban yang semula tetapi Yang Mulia K.H.A. Dahlan tetap tenang dan berisyarat menenangkan tertawa yang riuh rendah.
Kemudian pimpinan bertanya lagi hen dak membangun apa lagi ? Jawabnya hendak membangun weeshuis.
Haa ada pula kata kata yang aneh lagi.
Apakah kata weeshuis itu ? Jawabnya Weeshuis itu artinya Rumah yatim. Orang banyak akan tertawa lagi bahkan ada yang terlanjur berkata itu kan peker jaan pemerintah, apakah Muhammadiyah akan menjadi pemerintah ?. Tetapi pimpinan Y.M. K.H.A. Dahlan tetap tenang dan memberi isyarat supaya sidang tenang. Lalu mengucapkan terima kasih dan membaca Alhamdulillah serta bersyukur keha dapan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Murah dan mendoakan mudah mudahan segala apa yang keluar dari ucapan yang suci dan murni dari ketua ketua H.B. Muhammadiyah Bahagian tadi mendapat bimbingan serta taufiq dan hidayat dari pada Allah s.w.t. untuk kelancaran terleksananya maksud dan tujuan tersebut. Amin.
Jam 12 malam rapat akan ditutup dengan selamat. Perlu diutarakan disini, bahwa sebelumnya sdr H.M. Syoedja’ minta idzin kepada Pimpinan hendak bicara sebentar dan permintaan itu oleh pimpinan dikabulkan. Maka dengan segera sdr H.M. Syoedja’ mulai bicara sebagai berikut. Pimpinan Yang Mulia dan saudara sekalian yang terhormat. Assalamu’alaikum warohmatu Allahu wa barokatuh.
Sungguh sangat menyesal dan keciwa hati saya, ketika saya mendengar sam butan atas jawaban saya terhadap pim pinan sidang dengan gelak ketawa yang mengandung isi seolah olah melemahkan semangat jiwa saya yang penuh keyakin an atas dasar pengetahuan (‘ilmu yaqin) dari pada ajaran Agama Islam yang sumbernya kitab suci al Qur’an dan Sunnah Rasul Muhammad s.a.w.
Dalam al Qur’an dapat kita lihat masih tercantum Surat al Ma’un dengan ayat dan lengkap tidak sehurufpun yang kurang sekalipun berubah, arti dan ma’nanyapun tetap sejak turun diwahyu kan oleh Allah sampai kini tetap juga.
Meskipun kitab suci al Qur an sudah berabad abad dan surat al Ma’un menjadi bacaan sehari hari dalam sembah yang oleh umat Islam Indonesia pada umumnya dan di Yogyakarta pada khu susnya , namun sampai kini belum ada seorang dari umat Islam yang mengam bil perhatian akan intisarinya yang sangat penting itu untuk diamalkan dalam masyarakat.
Banyak orang orang diluar Islam (bukan orang Islam) yang sudah berbuat menye lenggarakan rumah rumah Panti Asuhan untuk memelihara mereka si fakir miskin dan kanak kanak Yatim yang terlantar dengan cara sebaik baiknya hanya karena terdorong dari rasa kemanusiaan saja, tidak kerna merasa bertanggung jawab dalam masyarakat dan tanggung jawab disisi Allah kelak dihari kemu dian.
Kalau mereka dapat berbuat karena ber dasarkan kemanusiaan saja, maka saya heran sekali kalau umat Islam tidak dapat berbuat. Padahal agama Islam adalah agama untuk manusia bukan untuk khalayak yang lain. Apakah kita bukan manusia ? Kalau mereka dapat berbuat kena apakah kita tidak dapat berbuat ? Hum rijalu wa nahnu rijal.
(mereka manusia kitapun manusia) . Saudara saudara yang terhormat dan yang tertawa, rupanya saudara saudara itu masih belum yakin percaya kepada Allah s.w.t. dan belum yakin percaya kepada kitabnya, sehingga saya bercita cita akan membangun Hospital, Rumah Miskin dan Rumah Yatim saja, seolah olah mustahil akan dapat terlaksana, karena saudara pandang ketiadaan ke mampuan kita diwaktu sekarang ini, sehingga cita cita kita saudara pandang sangat melampaui batas. Allah Ta’ala tidak memerintahkan kepada kita hamba nya sesuatu yang bukan bakatnya walau pun soal yang sekecil kecilnya. Tetapi Allah ta’ala memerintahkan kepada kita sesuatu yang kita dapat meleksanakan walaupun soal yang besar dan berat.
Saudara saudara kita telah membangun Persyarikatan Muhammadiyah untuk menta’ati perintah perintah Islam yang bersumber kitab Al Qur an. Taatilah dengan sungguh sungguh menurut petunjuk dan sunnah Rasullullah serta dengan kepercayaaan yang yaqin dan penuh semangat yang giat.
Demikian sekedar penjelasan dari sdr H.M. Syoedja’ sebelum rapat ditutup. Sebab sesungguhnya beliau merasa ketjiwa dan heran ketika mendengar gelak ketawa dari sidang yang mengan dung ejekan, karena merasa dikejutkan oleh jawabannya kepada pimpinan yang serba besar dan muluk muluk seperti hendak membangun Hospital, arm huize dan wees huzie. Sebenarnya sdr H.M. Syoedja’ memang mempunyai keyakinan dengan pasti, bahwa segala apa yang dijawabkan dalam sidang itu sungguh sungguh akan dapat terleksana. Jawaban beliau itu bukan atas dasar kesombongan dan keyakinan yang pasti itu bukan pula atas dasar perhitungan akal fikiran yang tepat menurut ilmiyah, melainkan keya kinan yang pasti itu timbul dari keper cayaan yang penuh dan kuat akan perintah perintah serta janji Alklah Ta’ala dalam al Qur an dan Sunnah Rasul yang menjadi petunjuknya.
Dalam al Qur an Allah ta’ala telah berfirman dalam Surat Muhammad (47) ayat 7 yang artinya Hai orang orang yang beriman, jika kamu menolong aga ma Allah, niscaya Allah akan menolong mu dan meneguhkan kedudukanmu.
Pula dalam surat al Ankabut (29) ayat 69. yang artinya : Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridloan Allah, benar benar akan Allah tunjukkan kepada mereka jalan jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar benar beserta orang orang yang berbuat baik.
Sekianlah tambahan keterangan pernya taan saya kepada pimpinan yang disam but dengan gelak ketawa oleh sidang ini malam, mudah mudahanlah tambahan keterangan saya itu dapat menambah kesadaran saudara sekalian adanya. Wassalamu’alaikum w.w. Terima kasih.
Demikian sekelumit uraian yang meng gambarkan jalannya persidangan pada hari tanggal tersebut diatas yang meng hasilkan keputusan yang sangat besar faedahnya dan bersejarah bagi Persya rikatan Muhammadiyah yang tidak dapat dilupakan oleh segenap anggauta Mu hammadiyah lelaki dan wanita yang ada dimasa ini dan masa yang akan datang.

MUHAMMADIYAH BERTAMBAH PESAT PERTUMBUHANNYA DAN LANCAR PERKEMBANGANNYA.
Sejak H.B. Muhammadiyah meresmikan empat Bahagian dengan nama dan kedudukan sebagai pertama H.B. Muhammadiyah Bahagian Sekolah (pengajaran), kedua H.B. Muhammadiyah bahagian Tabligh, ketiga H.B. Muhammadiyah Bahagian Penolong Kesengsaraan Oemoem dan keempat H.B. Muhammadiyah Bahagian Taman Poestaka. Maka tampak seekali giatnya semangat para pengurus H.B. bahagian Bahagian itu melancarkan per kembangannya tugasnya dalam bahagian masing masing, dengan berjiwa fastabi khul khoirat, dan tidak saling berebut, mereka sama sibuk mengatur tempat kantornya dan segala perlengkapan untuk bekerja dan rapat rapat pengurus bahagian masing masing dan sibuk pula mereka sama menyusun qa’idah nya untuk dipermaklumkan kepada umum, untuk mendapat perhatian menjadi anggota pembantu (donatir) kepada bidangnya
masing masing. Alhamdu lillah dengan berkat usaha yang bersemangat giat itu hatsilnya juga memuaskan, sehingga meriahlah gerak Muhammadiyah di kampung Kauman yang seolah olah merupakan suasana baru. Buq’atun Mubarokatun. Pengajian Malam Jum’at yang dipimpin oleh H.B. Muhammadiyah makin rame dan makin meriah karena pengajian itu mewujudkan sistim baru yang sangat mudah dimengerti yang sangat mudah dimengerti dan mudah pula dipersoal jawabkan dan segala soal dapat dijawab dengan terang dan jelas sehingga sipenanya dapat menerima jawaban dengan puas dan merasa untung ikut serta menghadiri pengajian Muhammadiyah pada tiap tiap Malam Jum’at itu.
Memang adanya pengajian malam jum’at dalam Muhammdiyah itu laksana memiliki sumber agung yang mempunyai mata air yang jernih suci murni serta mengandung dzat obat yang sangat mujarab bagi barang manusia yang suka minum dengan menyebut nama Allah Bismillahi arrohmani arro him. Niscayalah manusia itu jadi sehat ‘afiat dari segala penyakit yang bersarang dalam tubuh pribadinya. Baik penyakit yang mengenai Ruhani (jiwa) karena sumber agung (pengajian Malam Jum’at) itu, memberikan pelajaran agama Islam yang asli , ialah al Qur an dan Sunnah Nabi dengan suci dan ikhlas hati , sepi ing pamrih rame ing gawe, hanya melulu menyampaikan Risalah Tuhan dan mengikuti jejak nabi.
Dengan meluasnya pengajian Malam Jum ah yang diperkembangkan oleh murid murid Malam Jum ah yang terpaku hatinya dengan keterangan gurunya, dari Hadits Balighul anni walau ayah. Dikampung sekitar kampung Kauman, maka pengurus H.B. Muhammadiyah bahagian Tabligh merasa perlu menggembleng murid murid Malam Jum at yang sanggup menjadi Muballigh untuk dilepaskan sebagai anak panah guna menyampaikan Agama Islam dikampung kampung dan dusun dusun yang menghajatkan pelajaran Islam secara Muhammadiyah, maka ternyatalah murid murid yang sanggup menjadi anak panah H.B. Muhamma diyah Bahagian Tabligh menjadi orang yang cerdas otaknya, tangkas dan jelas kata katanya serta tabah hati karena iman dan keyakinannya. Sehingga mereka dapat julukan Mubaligh yang cêlêlêng, takat (tahan banting) menghadapi segala kesulitan dan rintangan. Dengan kesi bukan H.B. Muhammadiyah menyusun barisan Mubalighnya yang dikirim ke kampung kampung dan ke dusun dusun itu sangat mempengaruhi jiwa yang berbudi dermawan sehingga mereka ridlo menyumbangkan kendaraannya buat para Mubaligh yang menunaikan tugasnya baik yang berupa sepeda maupun yang kreta kuda atau kalau perlu motornya. Karena ternyata hasil usahanya menimbulkan amalan Islam yang menggembirakan kepada masyarakat pada umumnya dan pada kaum muslimin pada khususnya. Umpamanya dengan adanya madrasah madrasah dan sekolahan Muhammadiyah di kampung Kauman dan kampung kampung sekitarnya itu sudah menghasilkan yang besar sekali bagi mereka yang mempunyai anak yang biasanya hanya dimanjakan dengan kemewahan blanjanya pada tiap hari untuk bekal main main dengan kawan. Dan bagi mereka yang tidak mampu anaknya menjadi gedibalnya ( suruhan) anak anak yang sama dimanja kan. Maka dengan sekolahan dan madra sah yang dibina Muhammadiyah, kaum muslimin tentu merasa untung besar, sebab selain daripada kepandaian anaknya, maka ibu dan ayahnya tidak terganggu kerewelan dan keborosan belanja anaknya dan usaha ekonominya lebih tenteram dan sempurna tidak seba gaimana yang sudah sudah terjadi tiap hari. Oleh karenanya bagi mereka yang menginsyafi tidak sayang lagi akan memberikan tunjangan yang sebanyak mungkin kepada Muhammadiyah.
Dalam kesibukan H.B. Muhammadiyah bahagian Tabligh memperkembangkan tugasnya yang sangat meriah itu, H.B. Muhammadiyah Bahagian yang lain juga tidak mau ketinggalan, tetapi ikut serta pula memperkembangkan tugasnya masing masing, sebagai fastabiqul khoirot, menuju kebidangnya masing masing. Dengan gerak berssama ini merupakan perubahan perubahan suasana baru dikampung Kauman menjadi kampung yang hidup, yang rame dan meriah diwaktu siang dan diwaktu malam. Diwaktu malam mereka para pengurus H.B. Muhammadiyah Bahagian masing masing, sedang dihari siangnya untuk melaksanakan keputusan sidangnya masing masing juga.
Pada masa itu H.B. Muhammadiyah banyak terlantar pekerjaannya karena anggota pengurusnya sama mengikuti gerak perkembangan dalam bahagian bahagian yang sedang asyik usahanya. Dan masih banyak pemuda harapan yang masih diluar dari Muhammdiyah. Oleh karena itu YM. K.H.A. Dahlan bekerja keras serta dengan menggunakan segala kebijaksanaannya untuk menampung dan menghimpun pemuda pemuda tersebut dengan jalan lain, tidak ditampung untuk menjadi pengurus
Bahagian yang telah resmi dalam Muhammdiyah. Karena pemuda pemuda yang akan ditampung itu salah duga terhadap K.H.A Dahlan , bahwa diundang untuk berkumpul itu tentu akan dimurkai atas perbuatannya yang bertentangan dengan Muhammadiyah. Oleh karenanya 10 pemuda yang diundang itu, hanya empat sampai lima orang yang datang. Tetapi walaupun demikian K.H.A Dahlan tidak menunjuk kan rasa kecewa terhadap lima orang yang datang tersebut, tetapi tetap gembi ra dan ramah tamah, dengan bersenda gurau dan berhati hati sehingga tidak menyinggung perasaan sedikitpun. Bahkan dengan senda gurau serta ramah tamah K.H.A Dahlan mengeluarkan uangnya untuk membeli kue yang paling lezat buatan Yogyakarta untuk dimakan bersama dalam ramah tamah tersebut. Peristiwa demikian berulang kali pada tiap tiap hari Jum ah sehingga terdapat lah pemuda pemuda yang dimaksud dan tertawan hatinya yang menjadi tulang punggungnya nanti. Barulah K.H.A Dahlan membuka rahasia tujuannya dan golongan pemuda itu dinamakan Fathul Asror wa Miftahus sa’adah yang dipim pin dan digembleng serta digodog oleh K.H.A Dahlan sendiri sehingga yang matang godogannya dapatlah mereka itu digunakan tenaga dan kekuatannya baik moril maupun materialnya untuk Muhammadiyah yang sebaik baiknya. Adapun yang mentah (gagal) tetap mentah dan hidup diluar Muhammadiyah..

K.H.A DAHLAN MENGGEMBLENG KAUM WANITA.
Memang sejak lama beliau itu sudah menggembleng kaum wanita, sebab kaum wanita itu pada umumnya kurang pengetahuannya dalam soal agama teru tama ibadah sholat lima waktu karena kebiasaannya kaum wanita kurang mem pelajari, sehingga sholatnya hanya meru pakan perbuatan adat istiadat masyarakat kaum santri sehingga tertampaklah sho latnya tidak memperhatikan syarat rukun yang harus dipenuhi. Pada hal sholat adalah suatu amalan ibadah yang paling pokok menjadi sumbernya segala amalan baik bagi umat Islam dengan ujian yang terutama dihari qiamat nanti, apabila amal sholatnya lima waktu lulus dan menang dalam ujian, maka segala amal kebaikannyapun dapat diterima dengan sebaik baiknya. Tetapi bilamana amal sholatnya gagal dalam ujian, maka segala amal baiknya hanyut tanpa jadi. Oleh karena itu memang sejak lama itu
rumah beliau merupakan mushola bagi kaum wanita yang dipimpin dan di imami sendiri oleh beliau dengan bertabir kain kelambu diantara imam dan ma’mum yang kelihatan gerak geriknya imam tetapi tidak terang. Dan setelah selesai sembahyang shubuh dengan wiridnya lalu dilanjutkan dengan pengajian wanita sampai jam tujuh.
Inilah kaum wanita yang pada mulanya tidak berkudung tetapi setelah menerima wejangan dan gemblengan dari YM K.H.A Dahlan dengan serempak mereka ikhlas hati melepaskan perhiasan mereka yang diatas kepalanya lalu diganti de ngan menutup aurat kepalanya sehelai kudung kain yang putih karena menu naikan kewajiban atas agamanya dan taqwa kepada Allah s.w.t. walaupun mereka belum kesempatan menjalankan ibadah haji. Bahkan bukan saja mereka suka penutup aurat kepalanya, tetapi berkhumur dengan kain pelangi atau kain molas (kain sutra yang disulam de ngan benang sutra) khusus buat pakaian diluar pakaian bagi kaum wanita, bilamana mereka itu keluar dari rumahnya. Demikian sedikit demi sedikit corak ragam muslimat yang mulanya terbuka pakaiannya dapat ditutup karena agama nya dengan cara yang baik dan rapih.

MENEMBUS BENTENG YANG TINGGI DAN KUAT.
Walaupun Muhammadiyah sudah tegak berdiri di tengah tengahnya kota Yogya karta, negeri timbulnya Muhammadiyah bahkan terletak dipusat kampungnya kaum Muslimin, ialah kampung Kau man, namun demikian masih banyak juga orang Kauman yang jumud pikiran dan masih gemar menghidup suburkan adat istiadat kuna dengan gugon tuhon nya yang tidak ada asalnya dari peratur an Agama Islam tetapi naluri warisan dari kakek moyangnya yang jahil mura kab itu dengan menghambur hamburkan uang dan tenaga untuk melaksanakan aneka warna selametan tinggalan dari orang tua tuanya dimasa lampau ( wajad na aba ana wa lauka na aba ahum la’yaqiluna syaitan ) karena ternyata bahwa mereka itu tidak pernah kelihatan kunjung dalam pengajian Malam Jum’ah yang diselenggarakan oleh H.B. Muham madiyah Bhg Tabligh. Terhadap mereka yang demikian itu K.H.A Dahlan sangat rajin berkunjung kepada mereka dengan cara yang halus dan berhati hati sampai dapatlah persetujuan bulat dan nyata, bahwa pengajian akan terbuka disalah satu tempat atau rumah yang dipandang perlu dari pada rumah mereka yang me ngandung kewibawaan terhadap calon calon murid baru yang telah lama men daftarkan hendak ikut serta mengaji disitu. Tentu saja murid murid baru itu tidak terdiri dari murid murid yang telah doyan pengajian di Malam Jum ah.
Dengan begitu, berarti benteng yang tinggi dan kuat sudah jebol dan runtuh remuk hancur tanpa bangkai. Maka ter leksana pengajian itu mula pertama sekali tiap tiap minggu jatuh pada hari Kemis mulai jam 7 sampai 8 pagi, diru mah A berjalan satu bulan pindah ke B yang ingin ketempatan pengajian itu dan sanggup akan mengundang tetangganya yang boleh diharapkan hasilnya. Tetapi yang berketempatan pada hari Kemis mempertahankan jangan dipindah. Perun dingan para murid dan guru diputuskan dari pengajian ditambah dan pada tiap tiap hari Senin. Jamnya sama dan murid nya juga sama.
Setelah ternyata agaknya pengajian itu semakin menjadi berkembang, maka untuk menguatkan tegaknya pengajian itu baiknya diorganisir, yakni dibentuk pengurus pengajiannya itu, untuk meme lihara dan memajukan jalannya pengaji an sehingga pengajian itu dapat mem buahkan amal jariah yang kekal tak akan putus pahalanya bagi mereka yang beramal.
Kemudian terbentuklah organisasi penga jian itu yang terdiri dari para murid yang muchlisin yang berjiwa dermawan. Pengurus yang terpilih diantaranya Haji Bilal, Haji Ibrahim, Haji Mas’ud dan lain lainnya yang dapat melayani bekerja dan berunding dengan 3 orang tersebut. Maka organisasi pengajian itu dinamai Thoharatul Qulub. Dari pada kegiatan kegiatan K.H.A Dahlan yang sudah beru sia tinggi itu masih saja berusaha mem bentuk badan badan organisasi pengajian untuk menguatkan Muhammadiyah teru tama di Yogyakarta. Umpamanya orga nisasi pengajian yang dinamakan jami atul Aba’, Jami atul Ummahat dan lain lain yang semuanya diberi tugas pem bangunan masing masing apa yang disanggupi. Suraukah, sekolah, atau bale pangjian yang termasuk dalam orga nisasi pengajian agar jangan lalu terhenti dengan begitu saja.
Demikianlah K.H.A Dahlan bekerja giat dan bersemangat mempertumbuh kan jiwa Muhammadiyah kepada peng huni penghuni kampung yang masih dihinggap penyakit gugon tuhon dan animisme atau adat istiadat kuna yang sudah bobrok, dengan tidak mau menge nal cape dan payah, sehingga bila sudah merasa sakit, barulah beliau beristirahat, tidak keluar dari rumah dalam beberapa hari. Namun tidak henti juga karena banyak soal soal yang datang mohon penjelasan juga kepada beliau. Pun tamu masih diterima juga kalau beliau tidak sedang tidur.

SOPO TRESNO.
Sopo Tresno adalah suatu nama dari perkumpulan kaum wanita dewasa yang dipimpin oleh K.H.A. Dahlan dari peng huni wanita di kampung Kauman Yogya karta yang telah digodok dari sumber agung sampai setengah matang. Kumpulan itulah yang dibebani tugas untuk berkhidmat kepada anak anak yang terlantar pendidikan dan pengajar annya karena kesukaran hidup orang tuanya, hendaknya anak anak yang demikian itu disekolahkan oleh Sopo Tresno dengan sekurang kurangnya membelanjai bayaran sekolah dan alat alatnya. Oleh karenanya nama perkum pulan itu disebut Sopo Tresno yang artinya : siapa berkasih sayang. Walaupun godogan itu agak masih perlu dilanjutkan, tetapi gejala gejala harapan baik yang sudah tampak dimuka kita. Alhamdulilllah Sopo Tresno yang dibe bani tugas yang berat itu dengan taufiq dan Hidayat Allah s.w.t. makin bertum buh dan makin subur hidupnya. Maka perlu disusulkan bahan baru yang perlu digodog juga pemudi pemudi kita yang bersekolah diluar sekolahan Muhammadiyah, ialah Netral School Boedi Oetomo di Yogyakarta yang ter diri dari pada anak anak dermawan Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta, untuk turut diperhatikan godogannya dengan Sopo tresno dewasa tetapi harus dipisahkan waktunya karena sudah ba nyak ketinggalan pelajaran dan keting galan umur. Umur dewasa dan umur siswa. Pembagian waktu itu dibagikan oleh K.H.A Dahlan untuk wanita dewasa pada jam 4-5, sedang bagi para siswa Netral School jam 5.15 – 6.15 sore, disalah satu ruangan Standard School Muhammadiyah yang pertama (dimuka rumah kediaman K.H.A Dahlan) di Kauman. Pengajian golongan tersebut dapat langsung beberapa bulan dengan lancar.
Menyimpang dari itu perlu kami terangkan demikian: Dengan pembagian waktu yang rutin itu ada peristiwa yang sedikit beriwayat. Juam 4-5 menjadi waktu pengajaran untuk siswa dewasa. Jam 5.15 menjadi waktu murdid Sekolah Netral School. Jadi apabila murid sekolah Netral School masuk ruangan pengajian itu, mereka dapat meilhat ajaran siswa dewasa yang masih tertulis dalam papan pelajaran itu. Kemudian diberitakan kepada seorang murid dewasa dengan secara perlahan lahan sambil senda gurau yang tidak terasa, tetapi senda gurau itu makin hari makin tambah menjadi sampai menyinggung perasaan siswa dewasa. Oleh karena murid murid sekolah masih bersifat anak sekolah, maka siasat murid dewasa un tuk melenyapkan yang demkian itu, ma ka sehabis tiap tiap belajar, tulisan pela jaran di papan lalu disapu bersih sampai tidak berbekas.
Kemudian setelah murid murid sekolah masuk ruangan pengajian tidak lihat lagi tulisan bekas pelajaran murid dewasa maka kecewalah diantara mereka yang sombong dengan berkata la inilah akal nya mbak mbak kaum gagak, yakni burung gagak yang hitam bulunya. Karena murid dewasa pakainya masih serba warna yang gelap, belum sampai hati akan memakai warna yang cerah. Sedang murid sekolah diluar sekolah Muhammadiyaj dan memang dasarnya masih kanak kanak, mereka berpakaian dengan warna yang terang dan berko tang. Lama lama murid dewasa lupa dewasanya mengatakan pada murid yang sekolah kaum kuntul, yaini burung kuntul yang putih bulunya. Dengan tim bulnya kata kata gagak dan kuntul, maka nama itu menjadi faktor olok olokan diantara kedua fihak diluar pengajian, sehingga lama lama menjadi hebat juga diantara dua golongan tersebut dan men jadi pertengkaran rame. Seorang suami dari pada murid dewasa yang sering mendengarkan olok olokan dua golong an itu mencampuri dengan menyerukan kepada murid dewasa dengan kata yang seram, tabrak saja biar rame, kalau ada yang membela aku yang akan mengha dapi. Dengan seruan tersebut kuntul kuntulnya sama takut lalu terbang mela yang ke angkasa, lalu mengadu kepada bapak guru dengan menunjukkan keta kutannya. Bapak guru setelah menerima wadulan itu agak sempurna, lalu terse nyum sambil menjawab yah nanti saya urusnya. Tetapi batinnya bapak guru (K.H.A Dahlan) memperhatikan benar benar untuk menjaga perpecahan dua golongan gagak dan kuntul itu.
Dengan kebijaksanaan bapak guru dan siasatnya yang lembut dua golongan yang bertengkar itu dengan tidak terasa tertekan dapat dipergabungkan menjadi satu dalam badan Sopo Tresno dengan sama sama lega dan gembira, walaupun waktu pengajiannya masih tetap masing masing.


MEMBENTUK Bhg AISIYAH
Pengajian Sopo Tresno tetap terus lang sung sepanjang waktu, sampai Sopo tresno dibentuk menjadi Aisiyah yang ditugaskan memelihara anggota Muham madiyah golongan wanita. Dan dibentuk lah pengurus pengurusnya yang terdiri dari anggota Sopo tresno yang sama memilki kepandaian dan kecakapan untuk memegang pimpinan Aisiyah. Tentu saja pilihan itu pilihan yang terpimpin karena keadaan yang baru pertama kali.
Dengan terbentuknya Aisiyah dan disusunnya pengurus pengurusnya, maka dengan sendirinya hapuslah Sopo Tresno dari lingkungan masyarakat kaum wanita dalam Muhammadiyah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, mudah mudahan terben tuknya (lahirnya) Aisiyah senantiasa dikaruniai Allah dengan taufiq dan hida yatNya. Amin.

K.H.A DAHLAN SUDAH KELIHAT AN TUA.
Memang K.H.A Dahlan sudah kelihatan tua karena usianya sudah lebih tinggi dari pada para pemuda yang mendam pinginya tetapi jiwanya penuh bersema ngat dan masih giat serta rajin bekerja, tidak kalah tenaganya dari pada pemuda yang mendampinginya tetapi jiwanya penuh bersemangat dan masih giat serta rajin bekerja, tidak kalah tenaganya dari pada pemuda pemuda yang sama mendampingi beliau.
K.H.A. Dahlan memang seorang yang besar jiwanya dan tebal imannya sertya teguh pendiriannyapun nyata pula keya kinannya, seolah olah apa yang telah diyakini itu telah tampak dimukanya. Oleh karena itu rasa tua dan usia tinggi itu tidak dapat menghambat kehendak yang ikhlas dan murni sehingga apa yang dimaksud harus tercapai.
Pada masa itu beliau sedang memperha tikan terleksananya membina (memba ngun – yasa jw) mushalla yang agak besar besaran untuk menampung murid murid wanita yang telah sekian tahun dididik, diasuh dan diberi pelajaran Aga ma Islam pada umumnya, teristimewa dalam bidang peribadatan, akhlaq (budi pekerti) dan kewanitaan. Oleh karena Muhammadiyah sudah mempunyai baha gian pembangunan, yang diberi nama Bhg Yayasan yang diketuai oleh sdr H. Abdulgani Irfan, maka bangunan Musha la diserahkan pelaksanaanya kepada Bhg Yayasan tersebut. Letaknya Mushol la itu didalam kampung Kauman sebelah barat Masjid Agung Yogyakarta.

MEMBENTUK Bhg PENOLONG HAJI.
Berhubung pulangnya sdr (almarhum) H. Fakhrudin dari Makkah pada tahun 1921 membawa laporan baik tentang Muhammadiyah disana, maka terharulah K.H.A Dahlan dengan keadaan dinegeri suci itu, dan justru tahun itu, tahun pem bukaan pintu gerbang rakyat Indonesia dibolehkan pergi haji oleh pemerintah Belanda akibat perang dunia yang perta ma sudah selesai, jalan pergi haji sudah akan kembali sebagai sedia kala. Pembentukan Penolong Haji itu dikutai oleh K.H.A. Dahlan sendiri disekreta risi oleh R.M. Prawirowiworo, seorang anggota H.B. Muhammadiyah yang juga seorang anggota dari Boedi Oetomo yang sangat simpati kepada islam terutama terhadap pribadinya K.H.A Dahlan yang lemah lembut tabiatnya dan tenang tetapi bijaksana. Keuangannya sdr H.M. Mukhsin, pemilik Toko Mori dari Pasar Kotagede, dibantu oleh H.M. Syoedja’ dan M.Wiryopertomo dari anggota pengajian Taqwimuddin dan seorang lagi yang saya lupa. Rupanya K.H.A Dahlan mem bentuk Bhg Penolong Haji itu seolah olah melengkapi faktor faktor Islam un tuk menyempurkan cita cita (maksud) Muhammadiyah menghidup suburkan agama Islam , sehingga terleksana masya rakat Islam yang teratur dengan sebaik baiknya.
Setelah Bhg Penolong Haji dibentuk, tersiarlah berita Penolong haji ini kepada umum, dengan maksud menolong kesu karan dan kesulitan jama ah haji selama dalam perjalanan dari Indonesia sampai tanah suci Makkah dan pondokan pon dokannya sampai pulang kembali keta nah air Indonesia.
Maskapai maskapai pelayaran haji di Batavia ( Kongsi Tiga) pun ikut juga berhubungan dengan Muhammadiyah Bhg Penolong Haji. Bahkan pada tahun itu, 1922, ada maskapai pelayaran haji yang lain dari India N.V. H. Hasan Nijmase yang agennya di Batavia, dipegang oleh Tn Jansen, ingin sangat berhubungan dengan Bhg Penolong Haji.
Berhubung dengan beberapa kepenting an Muhammadiyah yang lain, K.H.A Dahlan berangkat ke Batavia dengan diikuti sdr. R.M. Prawirowiworo sebagai penulis dan sdr H.M. Syoedja’ sebagai pembantu Bhg Penolong Haji Muham madiyah untuk bertamu dan berunding dengan Maskapai pelayaran pengangkut jema ah Haji (Kongsi Tiga) Mij. dan Pelayaran yang lain. Oleh karena kapal Hasan Nymase masih belum dapat diten tukan berangkatnya karena beberapa yang harus diselesaikan lebih dahulu maka K.H.A Dahlan tidak perlu mengam bil perhatian kepada maskapai pelayaran tersebut. Dan berunding saja kepada salah satu pelayaran Kongsi Tiga Mij. Pelayaran Nederland ikut serta mendam pingi K.H.A. Dahlan R.M. Prawirowi woro dan sdr H.M. Syoedja’, yang pada waktu itu agentnya dipegang oleh Tn K. Keller, untuk merundingkan angkatan Haji tahun itu yang sudah didaftar oleh Muhammadiyah. Setelah selesai soal Haji yang telah didaftar, Tn K. Keller berbisik bisik kepada K.H.A Dahlan dengan secara rahasia, kyai apakah Mu hammadiyah dapat menampung jama ah haji sampai 1000 orang untuk maskapi Nederland ? Dijawab, kalau bisa bagaimana ? T Keller mengatakan kalau bisa maskape Nederland akan memberi harga spesial untuk harga tiket 50% buat Muhammdiyah. Kyai mengatakan karena waktu sudah sempit kami kira kemungkinan tidak dapat, kalau biasa dapat 750 jama ah ? Juga masih tidak mungkin. Tetapi kalau kurang dari 750, umpama 500 orang bagaimana ? Keller menjawab yah boleh saya kasih spesial pris 50%. Tetapi ini rahasia tidak boleh dengan Maskape Kongsi Tiga yang lain. Yah kami pikir dahulu, kalau mungkin akan kami usahakan. Pada tahun itu, 1922, harga tiket f 360 dan uang broker f. 60 tiap tiket. Selesai perundingan angkatan Haji yang sudah didaftar, lalu kita minta diri pulang ke Hotel pondokan kita. Selama kita meninggalkan kantor Maskape Pelayaran itu, dengan rasa yang tidak ridlo K.H.A Dahlan berkata kalau sedemikian besar kongsi kongsi pelayaran angkut jama’ah Indonesia menggaruk keuntungan dari kaum Muslimin yang pergi haji, maka Muhammdiyah harus dapat menegakkan Pelayaran sendiri, walaupun cara bagaimana bentuk ragamnya pelayaran itu.
Sesampai dipondokan kita sama beristi rahat, sesudah sembahyang maghrib K.H.A Dahlan disertai kita berdua R.M. Prawirowiworo dan sdr H.M. Syoedja’ pergi ke Kepuh Utan Panjang mendatangi Pertemuan Muhammadiyah yang hen dak diterangkan oleh K.H.A Dahlan terhadap para simpatisan dari penduduk kampung tersebut. Yang kira kira akan dapat menerima Muhammadiyah dihari mendatang. Ceramah berjalan mulai jam 8 sampai jam 11.30. Ceramah itu dapat memuaskan kepada hadlirin yang ± 20 orang, kebanyakan penduduk dari Jawa Tengah. Karena pada waktu itu Batavia masih merupakan kota yang sepi maka pulangnya K.H.A Dahlan yang disertai kedua temannya cukup berjalan. Masya Allah, La haula wa la kuwwata illa billah. Jalan gelap karena listrik belum ada, yang ada lampu gas dan sebagian sudah dipadamkan dan kendaraan tidak ada. Jadi kita terpaksa pelahan jalan kaki dari Kepuh Utan Panjang sampai hotel di Pasar Glodog. Kalau kitra berdua masih muda muda, tetapi K.H.A Dahlan me mang sudah berusia lanjut dan banyak bekerj. Pada hal dalam perjalanan malam itu angin meniup agak sedikit kencang. Sampai di hotel ± jam 2 malam
Sedianya kita terus mau tidur karena capai dan ngantuk, tetapi karena suara orang keluar masuk dan naik turun ke atas tidak henti hentinya walaupu tubuh direbahkan kepala diletakkan diatas bantal serta mata dipincingkan namun tidur tidak berhasil. Sehingga K.H.A Dahlan keluar dari kamar duduk dikursi makan sisa buah duku yang dimakan sore, tiba tiba duku ditelan terasa seret masuknya, sehingga merasa sesak di dadanya dan batuk batuk akhirnya mera sa sakit dan memberi tahu bahwa pagi ini akan pulang ke Yogyakarta dengan spoor yang paling pagi berangkat dari Gam bir supaya sore sudah tiba di Yogyakar ta. Kami berdua yang menyertai beliau tidak sampai hati akan melepaskan beliau pulang ke Yogyakarta dengah sendirian, karena kami berdua melihat memang betul betul sangat payah dan sakit. Sekalipun sesungguhnya pekerjaan masih ada yang perlu diurus kepada seo rang Arab yang hendak memberi bantu an uang kepada Muhammdiyah. Jam 5 senja alhamdulillah kami bertiga tiba di Yogyakarta dengan selamat, tetapi K.H.A Dahlan memang terus sakit, teta pi hanya perlu beristirahat dalam bebera pa hari saja sehingga tidak perlu diperik sa dokter.
Sesudah istirahat beberapa hari K.H.A Dahlan sudah sembuh dan sehat kem bali, lalu mengundang kawan kawan pengurus H.B. Muhammadiyah untuk turut memberikan pertimbangan berhu bung dengan sudah dekat waktunya pemberangkatan jema ah haji, siapakah yang diutus untuk mengantar dan me mimpin dalamn perjalanannya ke Mak kah dan pulangnya. Pada mulanya K.H.A Dahlan telah merencanakan yang akan diutus ialah H.M. Syoedja’ dan R.M. Prawirowiworo, tetapi karena menghadapi vergadering tahunan Mu hammadiyah, jaar vergadering tahun 1922, maka beliau sebagai sekretaris H.B. Muhammadiyah perlu dipertahankan jangan diutus ke Makkah tetapi utus an itu boleh diganti dengan orang lain. Kemudian utusan itu diganti dengan sdr Wiryopertomo anggota B.O. yang lebih muda lebih kuat dan cakap untuk menyertai sdr H.M. Syoedja’. Dengan gantinya kawan kami sebagai utusan dengan sdr M. Wiryopertomo dapat kami terima dengan segala senang hati, karena sdr itu muda gagah perkasa, cakap cukup serta mempunyai kesanggupan 100% mengurbankan tenaganya untuk ikut serta melayani dan memimpin jama ah disepanjang perjalannya. Alhamdulillah.
Selain dari itu tugas memimpin jema ah haji, sdr H. M. Syoedja’ diberi tugas untuk menyampaikan Muhammadiyah kepada para alim ulama bangsa Indonesia yang mustautin lama di Makkah untuk diketahui dengan diperlengkapi dengan alat alat Muhammadiyah, anggaran dasar dan rumah tang ga dan buku buku Bhg Pengajaran, Bhg Tabligh dan gambar gambar fotonya.
Hari berangkatnya jema ah haji dari kampungnya sudah tiba, pada malam perpisahan kami (H.M. Syoedja’) dengan keluarganya sudah terleksana, koper seharah dan alat alat perlengkapan Muhammadiyah sudah siap tersedia. K.H.A Dahlan malam malam datang menjenguk kami dirumah dengan rasa gelisah karena merasa bahwa dirinya sudah tua dan berusia tinggi, sehingga rasanya sudah tidak lama lagi akan me ninggalkan Muhammadiyah yang selama lamanya. Karena sudah sering diserang bahaya kesehatan, kesehatan sering ter ganggu. Pada hal menoleh kebelakang, kekanan kekiri belum ada seorang alim yang sebakat dengan beliau untuk men jadi kawan bekerja dalam Muhammadiyah selama hidupnya dan untuk menjadi ganti bila nanti sudah meninggalkan nya. Hanya satu yang menjadi harapannya yang besar, ialah K.H.M Baqir bin Noor yang telah puluhan tahun mustauthin di Makkah dan sudah anak beranak di negeri suci itu.
K.H.A Dahlan berkata dengan seret suara, tetapi jelas.terdengarnya. Umur K.H.A BAQIR itu lebih muda dari pada K.H.A. Dahlan kurang lebih 16 – 17 tahun. Tabeat dan istiadatnya sangat mirip dengan K.H.A Dahlan. Dan me mang keponakan dari pada Ny H.A. Dahlan. Dan besar kewibawaannya terhadap kepada anak murid dan orang orang yang mengenal dengannya.
Pertama. Dengan suara yang seret tetapi terang dan keras isinya, K.H.A Dahlan berkata Syoedja persiapanmu sudah selesai ? Sudah Kyai. Sekarang tinggal satu satu amanatku kau sampaikan kepada Baqir, berikan salamku kepadanya dan Baqir disuruh pulang ke Jawa, ada apa di Makkah sana? Kalau ia menjawab mengajar murid murid yang belajar di Makkah sini sumbernya ulama dari segala bangsa yang mengajar kepada murid murid bangsanya yang sudah sama sama Islam dan memang Makkah sumber agama Islam, sumbernya pengajar dan pelajar Islam didunia. Pendeknya kau jangan kalah alasan Baqir akan bertahan diri di Makkah itu. Kalau ia mau pulang ke Jawa tetapi memajukan syarat syarat yang dibutuhkan, sanggupilah dan pe nuhilah syarat syarat itu, asal dia mau pulang ---
Kedua. Nasehatkan kepada para jamah haji sedapat mungkin supaya hajinya makbul dan mabrur serta dengan bijak sana. Biasanya jiwanya jamaah itu, lebih besar ziarah ke makam Nabi dari pada jiwa haji di Makkah. Sehingga tidak mengitung rugi dan untungnya amalan itu, karena kepicikan ilmu aga manya.
Biasanya orang haji yang tidak ziarah ke makam Nabi karena sesuatu hal yang merintangi dalam perjalanan, mereka merasa tersisih dari pada ummat Muhammad. Pada hal tidak ada secuil dari seruan Nabi yang mengundang umatnya hendaknya berziarah pada makamnya sesudah nabi mangkat meninggalkan sahabat dan umatnya tetapi bahkan mencegah janganlah kamu jadikan rumah kamu jadi kuburan, dan janganlah kamu jadikan kubur kami jadi perayaan, baca lah selawat atasku, maka selawat kamu itu akan sampai kepadaku dari mana ber ada. RodliAllahu ‘an Abu Daud dengan isnad Hasan dan banyak sekali hadits yang semaksud dengan itu. Hanya ada satu hadits membolehkan umat Islam ber ziarah, tetap tidak pada kubur, melain kan kepada Masjid , ialah Masjid Haram di Makkah, masjid nabi di Madinah dan Masjidil Aqsa di Jerusalem Palestina.. Ziarah kepada masjid masjid tersebut tidak untuk mendoa kepada masjid dan untuk mengajukan permohonan kepada masjid, tetapi untuk menghormat dengan sholat takhiyyatal masjid. Lain tidak.
Tetapi dalam perhitungan laba ruginya jama ah pergi ke Madinah itu dengan mengingat pengurbanan selama dalam perjalanan mengarungi sahara lautan pasir yang sangat terik selama kurang lebih sebulan pergi pulang Makkah ke Madinah dengan kafilah, sangat besar kerugiannya karena yang dikejar paling besar dan paling tinggi ialah amalan yang berpahala sunnat, tetapi pengur banannya sangat besar musyakat dan sering sampai meninggalkan waktu sholat, karena kafilah sering terlambat sampainya ditempat pemberentian tertentu. Karena si Baduwi penunjuk jalan, harus mendapatkan pemberhentian yang ada sumur dan pasarnya, sehingga jama ah haji dapat berbelanja untuk kepentingannya. Sehingga waktu shalat sudah habis. Lebih besar lagi masyakat nya bagi kaum wanita.
Inilah amanatku kausampaikan kepada yang punya hak sebaik baiknya.
Insya Allah kedua amanat tersebut akan kami perhatikan tetapi yang kedua itu sungguh berat akan kami sampaikan kepada umumnya jama ah haji, tetapi akan kami sampaikan kepada jama ah kami. Tetapi bagi amanat yang pertama insyaAllah akan kami perjuangkan dengan sekuat tenaga dan kemampuan kami. insyaAllah
Besuk jam berapa berangkat dari ru mah? Kalau tidak ada halangan sudah kami permaklumkan jam 8 dengan jalan kaki sampai distasiun Tugu
Dengan gantinya kawan kami sebagai utusan dengan sdr M Wiryopertomo da pat kami terima dengan segala senang hati karena sdr itu muda dan gagah per kosa cakap cukup serta mempunyai ke sanggupan 100% mengurbankan tenaga nya untuk iktu serta melayani dan me mimpin jama ah disepanjang perjalanan nya. Alhamdulillah.
Jam 8.30 kita bersama dengan jama ah haji lainnya berangkat dari Station Yog yakarta menuju ke Batavia, jam 5 sore senja sampai station Batavia Kota terus menuju ke Pondokan di kampung Peko jan. Tanggal 9 Rajab jam10 kita berang kat ke Tanjung Priuk, setelah selesai segala pepeiksaan digudang Pelabuhan Mij Nederland yang perlu untuk menum pang kapal, jam 2 lepas tengah hari jama ah haji diperkenankan turun masuk kapal yang sudah bersiap dihanggar pelabuhan itu, ialah kapal Kambangan namanya. Setelah semua jama ah diatas kapal, tiba tiba sdr Wiryopertomo tidak kelihatan ada dengan kawan kawan jema ahnya diatas kapal, dicari justru ketemu ia ter tidur digudang pemeriksaan karena kepa yahan tenaganya mengurusi barang ba rangnya jama ah. Lalu dibangun, setelah dia sadar melihat bahwa digudang sudah tidak ada manusia lagi, maka ia mengira sudah ketinggalan dan merasa bingung terburu lari, tetapi ditahan, jangan lari masih ditunggu kawan dalam kapal.Lalu turun ke kapal. Kepayahan sdr Wiryoper tomo itu kecampuran masuk angin dan sedikit panas badannya. Lalu ditolong oleh kawan kawannya, alhamdulillah lantas kelihatan sehat dan baik.
Jam 5 sore kapal mendengungkan sirine nya 3 kali tanda akan meninggalkan tanah jawa menuju ke Padang dengan melalui samodra Tanjung Cina. Jam 11 malam kapal Kambangan sudah masuk lautan Tanjung Cina dengan disambut dengan sambutan yang hangat oleh gelombang yang terkenal disitu dengan didorong angin besar yang kencang, sehingga serempak corong corong jalan angin yang mendalam kekapal mende ngung bersama, sehingga yang tidur serentak bangun dengan terperanjat dan ribut sama mencari perlindungan diri nya. Ada diantaranya yang menjerit mengundang Syaich Abdulkadir Jailani untuk menolong mereka ada yang meng gembor mengundang nabiullah Khaidir supaya melindungi dia dan keluarganya ada pula yang menyrukan adzan dan ada yang lucu dengan diam diam perintah kan kepada istrinya keluarkan tali ping gangnya yang panjang (bengkung) ujungnya untuk mengikat dirinya dan ujung yang sebelah si istri dan sisa yang tengah dibalutkan ke tiang kapal yang ada disampingnya dan keduanya lalu sama duduk atau berbaring di veldbed yang telah terikat tiang tersebut kemudian karena kencangnya angin dan besar nya gelombang yang mengamuk itu Bemaning kapal sama memakai mantel nya memerintahkan orang orang diatas dek disuruh turun ke palkah. Alhamdulillah kami dengan jama ah kami diperkenankan tetap tingal diatas dek. Dengan keadaan gellombang laut yang mengamuk itu, tentu saja mengaki batkan kejadian kejadian seribu satu macam yang tidak enak. Umpamanya orang yang muntah orang yang keluar kan najis ditempatnya masing masing, tetapi kejadian itu tidak dapat disalahkan oleh para bemaning kapal yang mempu nyai tugas membersihkannya.
Alhamdulillah ribut yang besar itui sampai jam 1 lepas tengah malam sudah reda kembali dan kapal sudah berjalan dengan tenang. Kambangan sudah berja lan 2 malam 1 hari, jam 8 pagi hari yang ke 2 sudah masuk di pelabuah Padang dengan selamat.
Disitulah M. Wiryopertomo hidup kembali dengan sehat wal afiat, ia lalu akan menunjukkan derma baktinya dengan tenaga dan kecakapannya, ia mengambil (membeli) 2 ekor ayam babon yang ge muk gemuk lantas dipotong dan masak menurut kehendaknya setelah selesai dihidangkan kepada kawan kawan seba gai tambahan lauk pauk makan siang. Memang benar ia mempunyai kecakapan memasak yang sedap yang tidak kalah dengan masakan kaum wanita yang bia sa dipandang pandai memasak.
Satu malam kapal Kambangan menginap dipelabuhan Pdang pagi harinya melan jutkan perjalanannya menuju Kamran tempat karantina. Sejak kapal bergerak meninggalkan Padang bergerak mening galkan , Wiryopertomo kembali lagi mendekam diatas pelbednyanya, malah kelihatan makin surut kekuatannya, sehingga diwaktu turun dari kapal ditu runkan dengan brankart. Satu malam tinggal di Kamran siangnya kembali eke kapal terus menuju Jeddah. Tiba di Jeddah kurang lebih jam 11 hampir tengah hari. Selanjutnya setelah para jema ah sama diterima oleh syaikhnya masing masing dan kami berdua dengan sdr Wiryopertomo selesai mengurus barang dari Jumruk, lalu kami diangkut juga oleh Syaikh Ahmad Kudus ke pon dokannya. Kemudian kami berdua dijemput oleh sdr Haji Mas Heerjan untuk tinggal dirumahnya. Justru kebe tulan sdr Wiryopertomo lantas dapat rawatan yang baik dirumahnya selama 2 hari 3 malam. Dengan gembiranya sdr Wiryopertomo dirawat itu ia menyatakan kepada kami dimuka sdr Dokter Heerjan, bahwa umpama beristirahat di Jeddah barang satu minggu, insyaAllah saya dapat sehat kembali 100%. Pernyataan itu kami terima dan kami setujui, dengan kata kami baiklah kalau sekiranya demi kian tinggallah dirumah sdr Dokter, teta pi kami harus melanjutkan perjalanan menyampaikan jama ah ke Makkah. Sedang sdr Wiryopertomo menyusul bersama dengan jama ah Syaikh yang akan datang dibelakang hari. Dari setya nya sdr Wiryopertomo sebagai utusan H.B. Muhammadiyah menjawab tidak bisa , kalau bapak terus berangjkat sekarang sayapun mesti ikut serta walau pun saya mati ditengah jalan. Kami menjawab, yah kalau mati ditengah jalan, kalau hanya sakit saja, tentu kami akan menemui segala kesukaran dan pekerjaan tidak selesai.
Sdr Dr. Heerjan memberikan jalan tengah demikian, baiknya sdr mas Wiryo pertomo turut serta berangkat sekarang, tetapi harus membawak obat untuk pe nyakitnya dan harus tidak melanggar pantangan penyakitnya, kami menye diakan obat obatnya dan apa yang perlu buat sdr M. Wir selama perjalanan dari Jeddah sampai di Makkah. Dan nanti ada dokter lagi disana kalau masih perlu ber obat. Nasehat sdr Dokter Heerjan terse but kami berdua menerima dengan baik dan senanag hati. Akhirnya kesanggupan sdr Dr Heerjan dilaksanakan kepada mas Wir sendiri karena H.M. Syoedja mengurusi soal lain dalam pemberang katan besuk pagi itu.
Sehabis sembahyang subuh jema ah dari beberapa Syaikh sudah sama ribut me ngatur sekedup dan bekalnya masing masing tempatnya serta sudah sama memakai kain ihramnya dan sudah niat umrah. Kamipun demikian juga setelah persiapan lengkap sdr Wiryopertomo kami perintahkan berpakaian ihram dan berniat umrah lalu naik sekedup terus berangkat menuju Makkah dan masing masing membaca talbiyah, dengan suara nyaring atau tidak nyaring. Perjalanan Jeddah Makkah sesungguhnya tidak jauh, jaraknya hanya 75 kilometer, tetapi karena dengan sekedup, perlu menginap ditengah tengah perjalanan 1 malam ber maksud hendaknya sampai di Makkah tengah hari atau paling lambat senja.
Kami dan jama ah kami yang tinggal di pondokan di Makkah tiba di Makkah jam 2 siang lepas tengah hari dengan selamat tidak kurang satu apa. Kecuali sdr Wiryopertomo yang tiba di Makkah dengan sakit tetap sakit juga , malah keadaan sakitnya bertambah. Karena me lihat gejala gejalanya memang sudah tak dir Allah, serta ingin mukim abadi di ne geri suci Makkah Musyarrofah, gejala nya seperti
a. Dari Jeddah telah disediakan 2 macam obat oleh sdr Dr. Heer jan, untuk dimakan 3 kali sehari , dua duanya ketinggalan di Jeddah
b. Melanggar (makan ) pantangan penyakitnya yang telah dilarang oleh dokter ( makan semangka)
c. Waktu tiba di Makkah sedang beristirahat ditempat teduh diserang angin samum yang kencang dan kuat sampai jatuih terpelan ting dan lantas lemah tak berda ya.
d. Dua kali minum obat 500 cc yang mestinya diminum tiap 2 jam 1 sendok makan, tetapi dimi num dengan sekaligus.
Pada hari yang kelima ada di Makkah Sdr Wiryopertomo telah mengakhiri riwayat hidupnya pada waktu subuh. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Tamat.
Catatan:
Kata kata K.H.A Dahlan yang demkian itulah yang diterima oleh sdr H.M. Syoedja’ sebagai kata wahyu dalam hati sanubari yang tidak lenyap lenyap dalam beberapa tahun yang lampau sehingga terleksana membentuk suatu N.V. pelayaran dan Dagang Indonesia yang absah dengan besluit Departement van Justiti tanggal 18 Januari 1941 No. A 42/2/9.

MUHAMMADIYAH DISANGKA GOLONGAN WAHABI.
Selang satu hari daripada meninggalnya sdr Wiryopertomo, datanglah tiga orang khatib dari Kantor Qadlil Qudlat (Hoofd Penghulu) yang dipimpin oleh seorang Mudir Syarthoh (Kepala Polisi), diiringi oleh Syaikh Noor dan Ahmad Qudus yang kami pondoki dirumah pondokan kami. Bermaksud untuk mengurusi tir kahnya sdr Wiryopertomo almarhum. Setelah kami persilahkan duduk, Mudir Syarthoh bertanya kepada kami Tuan nama siapa. Kami jawab, saya nama haji Muhammad Syoedja’. Rumah dimana ? Rumah saya di Yogyakarta tanah Djawa. Residentsinya dimana ? Residentsinya di Yogyakarta. Yang meninggal ini nama nya siapa ? Namanya Wiryopertomo. Rumah dimana ? Rumah nya di Yogya karta juga. Tuan kebener apa apa de ngan dia ? Saya kebener ‘amminya, anak dari saudara saya. Jadi tuan dengan dia satu negeri dan satu residentsi? Betul. Pasnya mana? Ini pasnya, (saya berikan kepada Khatib nya). Surat tiket dimana ? Surat tiketnya ada ditangan Konsul di Jeddah! Ah tidak bisa tiket ada ditangan Tuan Konsul, selamanya tiket mesti ada ditangan orang haji masing masing. Oo jadi kalau demikian tuan tidak percaya pada kami ? ya sudah tentu, sebab tuan tidak omong sebenar nya. Oo kalau demikian tuan kira saya bohong? Cobalah tuan periksalah dalam kulit surat pas itu ada stempel tanda pengakuan surat tiket ada pada nya.! Khatib lantas sama menyatakan kebenar an pernyataan keterangan kami, maka Mudir Syarthoh ada sedikit kacau wajah nya, lalu menanyakan barang tirkah yang lain. Mana barang barang yang lain? Kopernya Wiryo kami buka dan kami keluarkan isinya, satu serban Kisymir lama, dua baju jas juga lama, baju dalam dua dan celana dalam tiga, sabuk tali pinggang satu dan trompah kulit satu. Kemudian Mudir Syarthoh menanyakan Mana uangnya ? Kami ambil dari saku tali pinggangnya terda pat tiga sen. Saya tunjukkan bahwa uangnya tiga sen. Uang apa itu? Uang sen. Uang yang lain mana ? uang yang lain tidak punya. MasyaAllah, tidak ada orang pergi haji tidak punya uang. Apa lagi orang yang mati itu baru berapa hari datang di Makkah ini. Kenapa tuan berkata tidak ada orang pergi haji tidak punya uang padahal ada, yalah Wiryopertomo yang telah mata itu!. Apa sebab dia tidak punya uang bisa sampai di Makkah sini? Dia pergi haji itu atas ajakan saya dan saya pula yang menanggung segala ongkosnya sampai pulang ke tanah air kalau dia masih hidup. Apa diartikan khadam ? Boleh tuan disebut khadam. MasyaAllah selama hidup kami belum pernah lihat orang Jawa pergi bawa khadam dari tanah Jawa. Maka seka rang tuan melihat dan tahu orang Jawa pergi haji bawa khadam, ialah saya H.M. Syoedja’ dari Yogya karta. Yaa saya tidak percaya!. Kalau tidak percaya boleh tuan bertanya kepada jama ah yang ada ini !. Saya tidak perlu tanya orang lain. Kalau tuan tidak perlu tanya kepada orang lain, sekarang saya bertanya kepada tuan, Apakah tuan datang menanya kepada kami ini atas kehendak tuan sendiri atau adakah yang memerintah kepada tuan? Oo tuan saya kasih tahu, Raja Belanda yang ada di Nederland itu sudah ada perjanjian kepada Raja Makkah disini, kalau rakyat Belanda pergi haji lantas mati disini pemerintah Makkah mesti bikin peme riksaan tirkahnya orang yang mati, rupa dan warna apa saja lantas dilapor kan kepada wakilnya Raja Belanda yang ada di Jeddah dengan laporan yang betul betul benar. Kalau saya laporkan orang haji yang mati itu tidak punya duit dan lain lainnya, tentu laporan itu tidak dipercaya!. Kalau demikian lebih baik tuan bikin laporan yang singkat , bahwa Wiryopertomo yang telah mati, menurut keterangan Haji Syoedja’, dia tidak punya uang kecuali tiga sen saja. Kalau saya bikin laporan yang demikian itu kepada wakil raja tuan, Raja Belanda, yang ada di Jeddah itu, tentu tidak diper caya.! Kalau wakil Raja Belanda yang ada di Jeddah tidak percaya, tentu saya akan dipanggil menghadapnya untuk diperiksa sendiri. Tuan berani mengha dap dan bicara dengan Wakil Raja Belanda ? Ya saya berani!. Mudir Syarthoh rupanya sudah kehabisan jalan pikirannya lalu menegur kepada Syaikh Noor, Syaikh ini orang apa? Saya belum pernah ketemu orang sepertinya. Syaikh menjawab, orang Jawa juga, tetapi sudah masuk menjadi anggota Muhammadiyah. Muhammadiyah itu apa? Muhammadiyah itu jama ah umat Islam di tanah Jawa. Lalu bicara kepada Syaikh Muh Noor Kudus, supaya dapat mengeluarkan Wiryopertomo dari tangan kami, kalau tidak Syaikh Noor Kudus akan ditangkap sebab ketempatan saya. Dengan menangis Syaikh Noor berkata kepada saya, mas haji Syoedja’ jangan membuat susah kepada saya dengan tidak suka memberikan uang dari mayat. Yang membuat susah Syaikh Noor itu kan bukan saya, tetapi tuan Mudir Syarthoh . Sekarang begini saja, supaya urusan ini lantas selesai. M.Wiryopertomo yang telah meninggal itu sampeyan pinjami uang untuk memba yar kepada tuan Mudir Syarthoh nanti sore uang itu dapat diminta kembali dikantor Qadli qudlat. Saya tidak bisa kasih pinjam uang kepada orang yang sudah meninggal, kalau tidak dapat kembali lantas siapa yang mau bayar. Tetapi yang lebih tepat Syaikh Noor saja yang meminjam uang kepada saya untuk membayar maksud itu kepada Mudir Syarthoh. Jadi kalau uang itu nanti tidak kembali Syaikh yang mesti membayar kepada kami. Syaikh Noor setuju lalu pinjam f 100, terus diserahkan kepada Mudir Syarthoh, tetapi Mudir Syarthoh tidak mau terima karena Cuma f 100, seratus rupiyah. Oleh karena saya teri makan tidak diterima karena terlalu sedi kit , maka uang itu saya tarik saya masuk kan saku baju saya, sambil berkata kalau tuan tidak mau menerima, ya sudah, sekarang saya menyerah diri, tuan hendak berbuat apa saja sami’na wa atho’na. Mudir Syarthoh berkata, tuan akan saya bawa mengha dap Raja Husen. Baik saya tidak kebe ratan. Tuan berani menghadap Raja Husein? Insya Allah. Mudir Syarthoh diam sebentar sambil berfikir, akhirnya uang f 100 diterima dengan baik, sambil bangkit dan berkata Biamanillah dan kami sambut Ahlan wa sahlan.
Pada hari siangnya kami dibawa oleh badal syaikh ke kantor Qadli qudlat. Setiba kami dikantor tersebut. Katib (juru tulis) sudah siap menerima keda tangan kami, lantas bertanya tuan nama siapa? Nama kami H.M. Syoedja’.Oo ya tuan mau ambil barang tirkah tuan Wiryopertomo ? Tuan kebenar apa dengan tuan Wiryopertomo yang menin ggal itu? Kami kebenar pamannya. Sebab itu anak dari saudara sekandung. Kalau tuan mengaku paman daripada yang meninggal itu tuan Qadlil qudlat tidak mau memberikan tirkah itu, tetapi tuan harus mengaku saudara sekandung dengannya, dan tuan berani sumpah. Wah kalau demikian kami berat menjalaninya, karena kami harus bicara bo hong dan berani sumpah. Tidak tuan, tuan cuma bilang berani sumpah, tidak disuruh sumpah betul , kalau tuan sudah bilang berani sudah cukup, tuan qadli qudlat lantas kasih tanda tangan, tuan lantas terima barang itu dan uang nya.
MasyaAllah inilah tata cara orang Arab dizaman pemerintah Raja Husein.Tamat.

MUHAMMADIYAH DISANGKA WAHABI DI NEGERI MAKKAH
AL MUSYARAFAH
Berselang lima hari setelah selesainya pemeriksaan mal warisnya sdr Wiryoper tomo almarhum, datang seorang alim bangsa Indonesia Jawa Timur. Prosesnya demikian. Kami pulang dari Masjidil Haram ba’dal ‘ashar, belum masuk rumah, tiba tiba turunlah seorang kyai dari pondokan kami, menuju kepada kami dengan bertanya dimana pondok nya K.H.M. Syoedja’. Apa tuan tahu dimana dia ?. yang bicara sama tuan itulah dia, H.M. Syoedja’. O tuan sendiri K.H. Syoedja’?. Tuan utusan Muhamma diyah dari Jawa bukan ? Ja betul kami utusan Muhammadiyah. Saya ingin berte mu dengan tuan untuk mendapat kete rangan tentang soal Muhammadiyah. Baiklah mari kami persilahkan naik ke pondokan kami.
Setelah kami persilahkan duduk dengan baik, kelihatan oleh kami, orang itu agak sombong, terlihat pada kata katanya sebelum mengajukan pertanyaan.
Tahun lalu sdr H. Fakhrudin katanya juga utusan Muhammadiyah. Tempo hari akan memberi keterangan kepada kami, tetapi saya datangi dia lantas lari pulang ke Jawa. Sekarang tuan untung ketemu dengan kakaknya, ialah kami Soal apakah yang akan tuan tanyakan ? Tetapi lebih dahulu kami ingin bertanya siapakah tuan ? sambil mengambil notes untuk mencatat. Saya nama H. Abdul Muhid. Tinggalnya dimana ? Tinggal dikampung Syamiyah. Asal Jawa dimana ? Asal dari Sidoharjo Jawa Timur. Sudah berapa tahun di Makkah ? Sudah sepuluh tahun.Pekerjaan apa ? Pekerjaan saya mengajar kanak kanak di Syamiah. Tuan berusia berapa ? Kenapa tuan sampai menanya umur saya ? Tidak ada apa apa untuk pering atan saja. Oo ya, 40 tahun umur saya. Terima kasih. Kemudian apakah yang tuan maksud bertanya ? Muhammadiyah itu apa ? Muhammdiuyah itu satu jami ahnya kaum muslimin di tanah Jawa. Maksud tujuannya apa dan jalannya apa? Supaya tuan tidak salah terima dan sak wasangka, baiklah tuan periksa sendiri inilah Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangganya (ART), kami persilahkan menthola’ah. Setelah beliau menthola’ah kurang lebih sampai ART ke 3, lalu berkata La ini kok baik tujuannya. Memang baik tidak bertuju an buruk. La bagaimana kok banyak ulama ulama Jawa yang berikhtilaf ? Itu kami tidak tahu dan tidak mengerti apa yang di ikhtilafi, lebih baik tuan mene gur kepada mereka yang ber ikhtilaf itu. Itu bukan tanggung jawab kami tetapi tanggung jawabnya yang ber ikhtilaf.
Benarkah Muhammdiyah keluar dari madzhab empat dan akan mujtahid sendiri, dan kalau benar sudah berapa kah ulama Muhammadiyah yang hafal al Qur an dan tafsir tafsirnya dan apakah yang telah dihafidz serta sudah ada berapa ulama Muhammadiyah yang sudah ahli dalam ilmu hadits dengan sanad sanadnya dan ilmu yang lain yang menjadi syarat Mujtahid ? Tuan K. Abdul Muhid mendengar berita yang demikian itu dari mana dan siapakah orangnya ? Tanyalah kepadanya supaya tuan dapat keterangan yang jelas dan tegas serta puas. Muhammadiyah belum pernah membicarakan tentang hal keluar atau masuk dari pada madzab empat. Baik dalam sidang anggauta maupun dalam sidang umum yang terbuka dan atau disidang pengurusnya. Sebab itu memang bukan maksud dan tujuan Mu hammadiyah. Tetapi maksud dan tujuan Muhammadiyah seperti yang tertera dalam kitab AD yang telah tuan baca.
Bagaimana Muhammadiyah dengan ziarah kubur ? Muhammadiyah tidak menganjurkan kepada kaum muslimin pada umumnya dan pada anggauta anggautanya pada khususnya, supaya sama ziarah kepada kubur walaupun kuburan keluarganya sendiri, malahan merintangi ziarah kuburnya orang shalih. Karena akibatnya ziarah ziarah itu lan tas sama mengajukan permohonan kepa da yang ada didalam kubur, doa restu hidup bahagia, senang, ajam, tentram dan tenang. Bahkan bagi kaum muslimin golongan santeri tidak hanya demikian saja, melainkan ditambah pula dengan bacaan tahlil yang dzikirnya sampai beribu ribu kali dimuka kubur, sehingga merasa puas dan terkabullah yang dimaksud dan dituju. Apakah pendirian yang demikian itu juga terhadap kepada maqam, kubur, Nabi ? Yah pendirian yang demikian itu juga terhadap kepada maqam kubur Nabi. Apa yang demikian itu Muhammadiyah tidak meremehkan dan menurunkan kebesaran dan keting gian derajat Nabi. Sedang Nabi itu ada lah wasilatun al ‘uzmilallah bagi kita umat Islam seluruhnya. Tetapi Muham madiyah pandang Jitssah rasulullah sama dengan jitssah ummatnya saja. Rasulullah sebagai wasilatunal ‘uzhma ilallah itu pada waktu hayatnya, tetapi setelah mangkat dan sudah menjadi jitssah tidak menjadi wasilah lagi bagi umatnya yang dibelakangnya. Bahkan rasulillah melarang kepada umatnya dengan kata janganlah rumah kamu sebagai kuburan dan janganlah kamu jadikan kuburku hari raya. Bersholawat kamu sekalian atasku. Maka sungguh shalawatmu itu akan sampai padaku darimana kamu ada. ( r. Abu Daud dengan sanad hasan)
Sesungguhnya masih ada banyak mas’a lah mas’alah Muhammdiyah yang akan saya pertanyakan, tetapi karena waktu sudah hampir maghrib, besuk sore ba’dal ‘ashar akan saya teruskan lagi sekira tuan ada furshah. Baiklah kami terima dengan segala senang hati kami bersedia dirumah. Sekarang saya minta diri ssalamu’alaikum wr.wb.
Sesungguhnya saya merasa sangat keci wa dalam pertemuan itu tidak seorang kawan baik dari fihak tamu maupun dari fihak kami sebagai tuan rumah. Kemudian kami teringat 2 orang kawan kami yang sefaham ialah R.H. Isma’il dan K.H. Sya’rani keduanya dari Banyu mas Gambarsari dan Purbolinggo. Kami ingin mengajak hendaknya ikut serta me nemui K.H. Abdul Muhid besuk sore ba’dal ashar. Alhamdulillah kedua kawan tersebut dapat menerima ajakan kami dengan gembira. Tetapi menyesal sekali bahwa kedua orang tersebut pada pagi harinya sama menghadap kepada YM K.H. Muhtarom sebagai guru dan orang tuanya dari Banyumas juga, tiba tiba datang seorang baladi, orang orang resmi memberitakan kepada K.H. Muhtarom dengan katanya K.H. Muhta rom di Makkah sini sekarang ada orang Wahabi yang menyelundup. Orang Waha bi dari mana tuan mereka menyelundup masuk ke Makkah? Bukan orang Waha bi dari Sa’udi, tetapi Wahabi dari tanah Jawa ialah orang dari Jami’ah Muham madiyah. Kalau saya dengar Muham madiyah bukan Wahabi. Entah benar atau tidak sekarang sedang diselidiki oleh K.H. Abdul Muhid. Kedua kawan kami yang ada disitu sama terkejut, bahwa K.H. Abdul Muhid terang bukan maunya sendiri tetapi jasus dari Peme rintah Makkah.
Kedua sudara kawan kami itu lalu pulang, mampir dirumah sambil menca but kesanggupannya itu. Tetapi karena desakan kami yang keras, terpaksa kedua saudara kawan kami itu menerangkan sewajarnya.
Kemudian pada waktu yang telah dijanji kan K.H. Abdul Muhid tidak datang lagi untuk meneruskan pertanyaan pertanya annya.

AMANAT K.H.A. DAHLAN KEPADA K.H. MUHAMMAD BAQIR.
Semua sebelum kami menghadap ke rumah beliau K.H.M Baqir di Aj Jiad, beliau sudah lebih dahulu meninjau ke pondokan kami dengan berpakaian yang resmi ragam Arab yang asli Makkawi. Kami sambut dengan bersalaman dan berpeluk pelukan secara adat istiadat bangsa Arab yang sangat rindu diantara keduanya, K.H. M. Baqir memang serorang yang sangat ramah tamah dan kami sampaikan salam bahagia dari K.H.A. Dahlan kepada beliau dan dijawab juga dengan wa’alaissalam. Dan menanyakan bagaimana keadaan mak cilik dan mbok cilik Tib Amin ? Alhamdulillah keduanya ada didalam sehat dan afiat, hanya K.H.A Dahlan sekarang sudah kelihatan tua dan sudah sering jatuh angin anginan dua tiga hari kepayahan karena kebanyakan tamu. Hal ini kami hentikan sekian dahulu, nanti akan kami sampaikan amanat K.H.A Dahlan yang sangat penting kepada K.H.M. Baqir nanti di mdalem saja. Kapan kang Syoedja akan kesana ? InsyaAllah dengan segera. Kemudian omong omong sementara waktu sambil minum thee, lalu K.H. Baqir minta diri pulang ke rumah.
Tidak selang beberapa hari segera kami bermaksud menuju ke rumah K.H.M. Baqir dengan melalui sembahyang ‘Isya lebih dahulu di Masjidil Haram bersama dengan seorang kawan jama’ah kami yang mempunyai kepentingan kepada beliau K.H.M Baqir. Sesudal selesai sembahyang ‘Isya kami berdua dari Masjidil Haram menuju kerumah beliau dengan membawa yang perlu dibawa untuk beliau. Maka kedatangan kami diterima dengan sangat gembira. Lebih dahulu kami mengenalkan kawan kami kepada beliau namanya Moh Afandi Atmodiwagdo dari Pasargede hendak mengaturkan amanat haji kepada Kyai. Kawan kami lalu menghaturkan amanat itu besarnya f 500. sebagai ongkos haji bapaknya nama Mas Atmowidagdo kampung Celenan Kotagede Yogyakarta. Dengan permohonan hendaknya pribadinya Kyai sendiri yang menjalankannya. Uang diterima dan permohonannya dikabulkan dengan ucapan terima kasih dan insyaAllah.
Kemudian kami keluarkan oleh oleh kami ialah gambar potret gerakan Muhammadiyah. Gambar anggota Pengurus H.B. Muhammadiyah, Pengurus Bahg Pengajaran, pengurus bahg Tabligh dan gambarnya para muballigh gambar para anak anak sekolah Muhammadiyah dan lain lainnya. Selama beliau mentela’ah gambar gambar Muhammadiyah itu kadang kadang bertanya kesemuanya itu mengandung pujian dan ta’ajub atas keaktipan K.H.A Dahlan sebagai orang tua masih dapat berusaha keras sampai terleksana satu gerakan Muhammadiyah yang berkembang dan bertumbuh dengan meriah. Akhirnya beliau bertanya kepada kami apakah amanat pak cilik Tibamin yang akan disampaiikan kepada saya bila kang Syoedja’ sudah sampai dirumah saya ini?
Baiklah Kyai, amanat itu akan kami sampaikan, tetapi perkenankanlah kami lebih dahulu akan menghaturkan muqodimmahnya amanat itu. Amanat itu memang sungguh penting Fionnaqli wal’aqli sehingga amanat itu tidak dapat diberikan dan diterima dengan cara begitu saja, melainkan harus diberikan dan diterima dengan penggalih yang hening yang murni dan ikhlas karena Allah s.w.t. serta dengan menggunakan jalan fikiran yang luas dan shabar dan tenang. Demikianlah amanatnya.:
a. Baqir suruh pulang ke jawa, ada apa dia ada di Makkah. Makkah sudah banyak ‘ulama yang sama mengajar, bahkan di Makkah merupakan sumber ‘ulama dari segala bangsa yang mengajar, baik di Msjidiharam, dirumah rumah dan di rubat rubat dan sumber murid murid dari segala bangsa juga yang sama belajar.
b. Makkah satu negeri yang mulia yang diliputi tanah haram tanah suci, yang tidak masuk seorang diluar Islam didalamnya, sehingga penduduk Makkah seluruhnya kaum muslimin dan muslimat yang tidak akan membutuhkan pelajaran agama Islam dari pada Baqir.
c. Baqir mesti pulang, Baqir mesti pulang, Baqir mesti pulang ke tanah Jawa. Kaum muslimin tanah Jawa baik muslimin maupun muslimatnya dari segala lapisan karena dengan lancarnya para Muballigh dan para Mubalighat, maka sama sedarlah mereka itu dan berduyun duyun sama mengunjungi pengajian yang didatangi Mubaligh mubalighat ditiap tiap waktu dan tempat yang telah ditentukan. Tetapi sayang sekali bagi mereka golongan terpelajar dan cerdik pandai yang tidak dapat berkunjung ditempat tempat tersebut, karena tidak bersesuaian saat furshahnya, mereka ingin berkunjung kepada Kyai kyainya tetapi hari liburnya itu juga tidak tentu kalau kyai ada dirumah, karena sering kejadian pada hari itu sudah berjanji kepada suatu kelompok cerdik pandai terpelajar disuatu tempat. Oleh karena itu besar harapanku Baqir harus pulang ke Jawa. Walaupun dengan cara yang bagaimana juga.
Demikianlah kersanya amanat K.H.A Dahlan kepada K.H. Baqir. Maka tersilah sekarang kami serahkan. K.H.M. Baqir termenung sebentar menerima amanat pamannya yang sangat dicintai itu merasa sangat terharu hatinya, sampai beliau mengeluarkan setetes dua air matanya, karena merasa sangat terharu tetapi sukar dan sulit memikirkannnya.
Andai saya sudah tiba di Jawa, kira kira akan dibebani pekerjaan apa oleh Pak cilik Tibamin, apakah saya disuruh mengajar disekolahan atau di madrasah atau dimanakah kang Syoedja’? Entah ya, itu tentu K.H.A Dahlan sendiri yang akan mengatur diri Kyai, karena beliau tentu lebih mengetahui dan lebih sempurna , Cuma dugaan kami kalau Kyai hendak dibebani mengajar murid dalam sekolahan atau madrasah itu kami kira tidak. Tetapi membantu pekerjaan K.H.A Dahlan dalam memegang pimpinan Muhammdiyah dalam segala jurusan. Bagaimana saya dapat memegang pimpinan Persyarikatan Muhammadiyah, sedang belum pernah dan belum tahu cara caranya memimpin kumpulan ? Hal itu K.H.A. Dahlan dahulu juga tidak pernah dan belum tahu memegang pimpinan perkumpulan, tetapi karena mau semua itu terjadi. K.H.A. Dahlan sesungguhnya hal itu tidak perlu menjadi soal, tentu kyai akan dapat menyertai beliau. Tetapi yang perlu sebagai tugas kami, kyai disuruh pulang ke tanah Jawa itulah yang paling penting. Bagaimana sanggupkah atau bagaimana ? Kang Syoedja’ janganlah tergesa gesa, saya menanyakan yang demikian itu untuk menjadi syarat saya untuk menentukan sikap saya pulang atau tidak. Malah masih ada pula yang akan saya tanyakan, bilamana nanti saya sudah ada di tanah Jawa. Yaitu cara bagaimana hidup saya sekeluarga ditanah Jawa nanti. Sebab kang Syudja’ tentu telah maklum, bahwa keadaan sana di Kauman tidak punya rumah tinggal, sedang saya dan istri saya tidak dapat bekerja seperti saudara saudara kita disana bahkan memburuh saja belum pernah. Betul kyai kami telah mengerti bakal keadaan kyai ditanah Jawa itu, tetapi kami kira K.H,.A Dahlan lebih menerti keadaan kyai di Makkah sini. Di Kauman pada khusunya dan di Yogyakarta banyak rumah dan lebih mudah dan lebih murah kalau dibandingkan dengan ma’isyah di negeri Makkah sini. Pendeknya tidak perlu dikawatirkan lagi, kyai sekeluarga tentu tidak akan menjadi orang asing, tetapi akan bermasyarakat dengan keluarga sendiri sebagaimana yang telah lampau, malahan bertambah erat karena mereka sudah sekian tahun sama rindu dan terharu.
K.H.M. Baqir belum dapat memberi jawaban yang positif untuk melaksana kan panggilan pulang ke tanah Jawa, untuk membantu pamannya K.H.A Dahlan yang berkecimpung memegang kendali persyarikatan Muhammadiyah. Itu karena sangat berat rasa hatinya me ninggalkan negeri Makkah yang mulia. Memang barang siapa yang sudah menik mati rasa mulia dan untung hidupnya, sukar dan sulitlah mereka akan mening galkan negeri itu, walaupun diluar akan bertemu dengan kemuliaan dan keuntung an yang lebih besar dari pada yang dida pat di negeri Makkah. Sebagaimana K.H.M. Baqir telah pernah menyatakan pertanyakannya bagaimana cara hidup nya nanti di tanah Jawa, andaikata dija min oleh seseorang atau sesuatu persyari katan dengan terikat atau tidak terikat suatu janji pekerjaan, maka ternyatalah bahwa hidup saya sekeluarga merupakan hidup yang bersifat menadahkan tangan dibawah (yadusufla) pada hal keadaan saya disini walaupun saya tidak bekerja yang terikat suatu perjanjian tetapi alhamdulillah Allah selalu memberikan karunianya dengan cukup dan tidak bersifat yadusufla, tetapi bersifat yadul ulya. Yaitu datang dari pada amanat amanat atau hadiah hadiah yang tidak dengan seruan saja dan ikatan janji dengan pekerjaan tetapi datang dengan ikhlas dan murni serta hormat.
Hingga hampir tiba waktu haji beliau belum memberikan jawaban yang positif tentang pulang ke Jawa atau tidak, tetapi malahan memberikan keterangan, bahwa berhubung putranya Abdullah Nuri masih perlu menyempurnakan (mengkha tamkan) menghafidzkan Qur an dan masih tinggal sedikit, maka penyempur naan itu akan dilaksanakan di Madinah yang kurang lebih akan memakan waktu dua bulan. Apabila itu berhasil barulah beliau akan memberikan jawabannya yang positif ya atau tidak.
Walaupun demikian kami masih merasa perlu sekali lagi mendesak dengan desakan desakan menekankan, Baiklah K.H.M. Baqir, walaupun kyai hendak beristirahat lebih dahulu di Madinah dua bulan, sekira kyai dapat menentukan pulang atau meninjau saja ke Jawa, isnyaAllah kami tunggu sampai datang dari Madinah. Jawabnya, saya tidak dapat menjawab lagi, melainkan apa yang sudah saya katakan itu, lain tidak.
Maka dengan demikian berakhirlah pembicaraan kami dengan beliau soal pulang ke Jawa dengan tidak berhasil.
Pada tanggal 20 bulan Dzulhijah, me mang sudah biasa para masyayih haji di Makkah lalu memerintahkan kepada jama ah supaya bersiap siap berangkat ke Jeddah dan masyayikh yang memper siapkan kafilahnya. Pada hari itu kami dengan jama ah berangkat ke Jeddah.
Pada tanggal 10 Muharram kami sudah tiba di Tanjung Periuk Batavia dengan selamat dan tanggal 13 Muharram tiba di Yogyakarta dengan sehat dan afiat tidak kurang satu apa.
Selang dua hari setiba kami di Yogyakar ta, lalu diadakan rapat Pengurus Peno long Haji dan saudara saudara Pengurus Muhammadiyah yang diundang, ber tempat di rumah yang ditempati K.H.A Dahlan yang pada waktu itu beliau se dang beristirahat di rumah K.H. Ibrahim di Suronatan jalan Grejen karena tergang gu kesehatannya, untuk melapurkan perjalanan kami ke Makkah dari A sampai Z yang paling menjadi perhatian dan pertanyaan ialah soal K.H.M. Baqir yang tidak suka pulang Ke Jawa.
Sudah tentu K.H.A. Dahlan sangat keci wa, tetapi walaupun bagaimana juga keciwanya, sudah tidak dapat disesalkan karena memang demikian tabi’at dan sifatnya manusia yang sudah menikmati sesuatu hal yang dirasa menguntungkan tentu sukar dan sulit akan meninggalkan nya.
Alhamdulillah walaupun K.H.A Dahlan sudah sering merasa terganggu kese hatannya, namun semangatnya tak pernah kunjung padam, usahanya tetap giat sekalipun hanya menggunakan seke dar kekuatan yang ada padanya. Tetapi apabila kesehatan berkunjung padanya, beliau tidak segan meninggalkan bale rumah tangganya berkunjung kepada tempat yang dipandang perlu walaupun keluar daerahnya.

MEMBANGUN WAL ‘ASRI.
Setelah sekian tahun para wanita digem bleng dan digodog (cara istilah Bung Karno) tentang ibadat kepada Allah s.w.t. dan akhlaq budi pekerti, menurut Ajaran Islam, supaya bertambah tinggi mutunya dan bertambah besar harga nilainya disisih Allah s.w.t. akan dibuka pintu kursus WAL’ASRI yang menjadi murid hanya anggauta Aisyiah yang memang mempunyai kesanggupan sungguh sungguh akan mengikuti pela jaran Wal’asri dengan syarat harus berpa kaian secara wanitaIslam yang sebenar benarnya apabila keluar dari rumahnya walaupun akan mendatangi kursus Wal’asri. Yaitu berkudung baik dengan Madawwarah maupun Mahramah yang serapat mungkin, sehingga tidak terlihat sebatang rambut kepalanya, berbaju juga sampai serapat mungkin, sehingga tidak terlihat tubuh badannya melainkan tapuk tangannya, berkain samapai tumitnya atau memakai kaus kaki dan sandal atau sepatu. Dan berkhumur. Wanita Aisyiah yang sadar dan mempunyai kesanggupan demikian itu boleh masuk mengikuti menjadi murid Kursus Wal’asri.
Sejak dilaksanakan pengajian Wal ‘asri banyaklah anggota Aisyiah yang mengi kuti kursus tersebut, maka terjadilah kursus itu dengan sendirinya lalu bersifat perkumpulan yang dibentuk pengurus nya sebagai Bahagian, tetapi bernama urusan dari pada Aisyiah ( Aisyiah urusan Wal’asri). Kursus Wal’Asri itu masih tetap dipegang oleh K.H.A. Dahlan sendiri, hanya setapak demi setapak kalau K.H.A. Dahlan keluar kota atau ke lain daerah kursus itu diserahkan kepada K.H. Ibrahim adik ipar dari beli au selama beliau tidak ada.

PENGURBANAN BESAR BESARAN
Pada tahun 1922 karena jalannya sekolahan Muhammadiyah yang tidak boleh dihambat pada tiap tiap tahun mesti terpaksa menambah kelasnya, telah berjalan lebih setahun sekolah Muhammadiyah menyempurnakan pelajarannya dengan tenaga mantri guru yang bevug maka sudah barang tentu dengan adanya mantri guru itu Muhammadiyah harus belanja sekolahnya bertambah. Walaupun belanja mantri guru tidak sebegitu besar, yakni f 75. tetapi karena permintaan subsidi matri guru itu belum berhasil, belanja itu dikeluarkan hanya dari uang sekolah yang telah dibagi kepada guru guru yang lain dan dari kantong Muhammadiyah. Berhubung kekurangan uang itu, Muhammadiyah terpaksa menderita pinjaman kepada guru guru yang tidak sedikit dalam perhitungan masa itu, berkisar diantara f.300 sampai f 400 rupiyah. Sudah selama setahun melihat nasib guru guru yang telah berkurban itu K.H.A. Dahlan tidak sampai hati akan mempertangguhkan pembayaran utang itu sampai berapa bulan lagi, maka lalu mengundang kawan Pengurus Muhammadiyah untuk mendaftar barang alat rumah tangganya K.H.A Dahlan dari barang yang kecil kecil barang rumah tangga meja kursi bangku kaca tembok jam tembok kapstok dan lain lain. Dari barang barang pakaian mulai dari trumpah Karsanah, kain sarung palekat baju baju dalam dan jas jas pakaian haris Qamish, jubah dan surban surban kecuali satu surban, satu jas, dua baju dalam dan dua sarung lama. Seolah olah K.H.A Dahlan bertelanjang diri dan bertelanjang rumah sampai bulat, hanya K.H.A Dahlan berjanji seberapa dapat f 60 rupiyah buat beliau, untuk membayar utang yang lain. Walaupun demikian, tetapi K.H.A Dahlan tetap dalam suka ria dan gembira karena penjualan barang barangnya dapat perhatian orang banyak, sehingga harganya menjadi lebih dari pada yang diharapkan. Menurut tafsiran sebelumnya harga itu hanya berkisar f 400 sampai f 500 rupiyah saja. Tetapi setelah selesai penjualan ternyata dapat berjumlah sampai f 4000 rupiyah lebih sedikit. Sebab banyak diantaranya barang barang yang dijual sampai beberapa kali, karena menjualnya barang barang tersebut secara lelang, openbaar verkoping sekeluarga tidak dengan melalui vandumeester. Penjualan ditutup dengan alhamdulillah dan banyak terima kasih oleh K.H.A. Dahlan. Namun K.H.A Dahlan tetap hanya mengambil f 60 rupiyah saja, sedang yang lain tetap menjadi milik Muhammadiyah untuk menutup utangnya kepada para guru yang sama menderita.
Demikianlah pengurbanan yang suci murni dan ikhlas yang ditujukan kepada usaha keagamaan, agama Islam, tepat dengan janji Allah Intansurullaha yansurkum, apabila kamu menolong Allkah, Allah akan menolong kepadamu.
Demikian juga K.H.A. Dahlan yang sduah berani bertelanjang bulat tidak selang berapa jam atau menit, pakaian pakaian beliau yang dipandang perlu untuk melayani masyarakat dan agama yang sudah dibeli oleh orang, maka dengan lekas dikirim kembali kepada K.H.A Dahlan oleh Allah dengan perantaraan si pemebeli, untuk hendaknya dipakai kembali dengan lega dan ridla. Sehingga keadaan K.H.A Dahlan tidak ada perubahan sedikitpun dari keadaan yang telah lalu.
Sejak adanya pembelaan K.H.A. Dahlan kepada Muhammadiyah yang dahsyat itu sungguh sangat mempengaruhi jiwa semangat kedermawanan kepada keluarga Muhammdiyah khususnya dan kaum muslimin simpatisan pada umumnya.
Pada tahun tahun paruh akhir 1922 banyaklah para dermawan yang mendermakan tanah dan hasilnya kepada Muhammadiyah untuk menjadi miliknya. Tanah dan gedungnya untuk menjadi kantor H.B. Muhammadiyah. Tanah yang cukup untuk pembangunan mushala ‘Aisyiah, diwakafkan. Tanah diwakafkan untuk bangunan Rumah Miskin. Tanah diwakafkan untuk, Gedung Pengajian. Tanah diwakafkan untuk bangunan surau Muhammadiyah. Dan seterusnya dan ada pula yang mendermakan autonya untuk kepentingan H.B. Muhamadiyah dan para Bahagiannya terutama para Mubalighin dan mubalighat dan beberapa orang yang menyediakan sepedanya untuk bertabligh.
Sejak sadarnya para hartawan keluarga Muhammadiyah dan para simpatisan akan kewajibannya membantu sepada Muhammadiyah sama menyerahkan miliknya berupa tanah tanah dengan secara wakaf atau mendermakan untuk kepentingan Agama Islam, tertampaklah gerak Muhammadiyah yang bersemangat dan giat usahanya, banyak objek objek pembangunan baru, umpanya Mushala Aisyiah, Gedung Nasyiatul Aisyiah, Rumah Miskin di Tambakbayan dan lain lain tempat pengajian di kampung kampung sekitar kampung Kauman sehingga gerak Muhammadiyah kelihatan bertambah rame dan meriah. Tidak kurang pada tiap tiap malam 10 orang sama mengunjungi tempat pengajiannya masing masing didesa dan dikampung kampung yang sudah tertentu pada tiap tiap minggu sekali atau dua kali. Dengan menggunakan persediaan sepeda yang telah sama disediakan oleh yang memilikinya para mubaligh sama gembira dan giat memenuhi kesanggupannya masing masing pada hari dan tempat yang telah ditentukan. Dengan lancarnya perkembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah yang rame dan meriah itu dengan sendirinya Kota Yogyakarta merupakan ibukota tempat Muhammadiyah setanah Jawa pada khususnya dan se Indonesia pada umumnya.
Dengan semangat ke Islaman dan semangat Agama Islam, dengan sendirinya pula jiwa persaudaraan keluarga Muhammadiyah makin bertambah suburnya, sehingga pada tiap tiap datang tamu tamu dari luar daerah yang menuju kepada kepentingan Muhammadiyah, tidak diperkenankan tinggal dirumah penginapan (hotel) karena tiap tiap pintu rumahnya pengurus Muhammdiyah selalu terbuka lebar untuk menerima mereka dengan gembira dan segala senang hati, walaupun tamu itu tidak dikenal atau belum, asal ada bukti kepentingan yang dimaksud. Mereka dipersilahkan tinggal dirumahnya, hendaknya dipandang sebagai tinggal dirumah sendiri, demikian juga pada sebalaikanya, apabila ada pengurus Muhammdiyah dari Yogyakarta yang datang ditempat untuk meninjau atau memang untuk mengurus sesuatu hal yang penting, maka kedatangannya itu disambut dengan semeriah meriahnya dan dipandang sebagai kedatangan orang tua yang dihormati dengan penghormatan yang sebaik baiknya. Jadi pada khulasohnya, jiwa ukhuwah Islam dalam Muhammadiyah tidak perlu dianjurkan, karena ukhuwah adalah satu satunya inti sari agama Islam ialah persaudaraan Innamal mu’minuna Ichwatun Fashlihu baina akhwaikum. Maka dengan Islam itulah memperbaiki persaudaraan.

K.H.A DAHLAN MELAWAT KE JAWA TIMUR.
Sejak K.H. Ibrahim telah ikut serta mem bantu K.H.A. Dahlan dan memimpin pengajian Wanita yang dahulu dipegang oleh K.H.A Dahlan, kiranya K.H.A. Dahlan lantas banyak waktu untuk beristirahat, tetapi tidak demikian, bahkan sering meninggalkan kota Yogyakarta keluar daerah yang dipandang perlu untuk dikunjungi, atau memang sudah janji berkunjung. Pada satu waktu K.H.A. Dahlan berkunjung ke Jawa Timur sam pai beberapa hari, diantaranya salah satu yang dikunjungi kawedanan Sumber Pocong (Kepanjen). Karena disitu me mang ada Grup Muhammadiyah yang berhubungan langsung dengan H.B. Muhammadiyah di Yogyakarta sedang mengadakan rapat yang dikunjungi orang banyak, disitu K.H.A. Dahlan berjumpa dengan seorang wanita pem bicara yang cantas suaranya, cakap cukup bersemangat dan dapat perhatian orang banyak. Sehingga beliau ingin memepersilahkan datang ke Yogyakarta untuk disambut dengan rapat rapat kaum wanita baik rapat umum, rapat anggauta Aisyiah, diskusi ceramah yang tentu akan memberi faedah yang banyak kepada Aisyiah pada khususnya dan ke pada golongan wanita pada umumnya.
Jago wanita itu rupanya sangat setuju dan permintaan segera diterima, dengan berjanji harus dikawani seorang wanita pula. K.H.A Dahlan tidak keberatan, ma lah kalau ada yang lain lebih baik. Lalu sama minta idzin kepada suaminya dan diidiznkan.
Pagi harinya K.H.A Dahlan berangkat dari Sumberpocong dengan spoor yang paling pagi untuk senja sampai di Yogya karta, bersama dengan dua wanita yang budiman itu. Betul kira kira jam 5 sore kereta api sudah tiba di statiun Tugu Yogyakarta. Dua tamu dengan tuan rumah terus menuju Kauman di Rumah K.H.A Dahlan dan disambut oleh keluar ga K.H.A. Dahlan dengan gembira ra mah tamah. Tamu lalu dipersilahkan mandi dan istirahat.
Walaupun tamu dipersilahkan istirahat, tetapi karena disitu memang tempat ber kumpulnya pemudi pemudi Aisyiah, ma ka tidak dengan diundang mereka mesti sama datang, lebih pada waktu sore menghadapi berjamaah Maghrib, tentu tamu tidak dapat beristirahat yang sewa jarnya. Tetapi tamu malah merasa gembi ra karena seketika dapat berkenalan de ngan mereka yang banyak itu.
Sehabis sembahyang maghrib, lalu mere ka pemudi sama beramah tamah dengan kedua tamu tersebut sampai waktu isya, sehabis sembahyang ‘isya lalu bubaran, tamu dijamu makan bersama dengan ke luarga nyonah rumah Ibu Nyai H.A. Dahlan dengan sederhana.
Jam 8.30 para pengurus ‘Aisyiah sudah sama datang kembali untuk berunding dengan tamu tamu tersebut, untuk membicarakan acara rapat terbuka bagi khusus wanita pada besuk malam, disekolahan Muhammadiyah pertama di Kauman. Acaranya:
1. Pembukaan dengan bacaan al Fatikhah
2. Pidato dari woro Sastroatmojo tamu dari Kepanjen Jawa Timur
3. Pidato dari tamu yang kedua dari Kepanjen Jawa Timur.
Rapat dimulai jam 8.30 dipimpin oleh Ketua ‘Aisyiah.
Pada waktunya rapat terbuka itu dapat kunjungan para wanita yang luar biasa banyaknya, sehingga belum pernah terjadi rapat wanita dapat kunjungan yang sekian besarnya.
Jam 8.30 tepat rapat dibuka dengan mengucapkan terima kasih banyak kepada hadlirat , dan marilah kita buka dengan membaca al Fatikhah. Lalu dipersilahkan pembicara ibu Woro Sastroatmojo tampil kemimbar. Benar wanita pembicara itu memang mempunyai sifat wanita pengimpin dalam lagak lagunya setelah tampil ke mimbar yang dihadapi orang banyak itu. Setelah mereka memberikan salam dan bahagia kepada hadlirat dengan assalamu’alaikum w.w. dan disambut oleh hadlirat dengan suara serempak, lalu mereka mulai berbicara menerangkan disekitar pergerakan yang diikuti ialah pergerakan Syarikat Islam yang sudah berbau merah dengan lancar dan tegas serta bersemangat yang menyala nyala sehingga dapat membang kitkan dan menyedarkan jiwa yang sedang tidur dan semangat yang lemah. Mereka berbicara satu jam terus dengan lancar dan bantasnya serta tidak dengan istirahat. Memang pada masa itu di Yogyakarta belum pernah terdengar seorang wanita pembicara yang lancar cakap cukup tegas dan tabah hati, sekalipun sebenarnya sebenarnya salah letaknya. Tetapi yang demikian itu bukan tidak diketahui pada sebelumnya oleh K.H.A Dahlan, tetapi yang dimaksud memang bukan intisari pidatonya sipembicara, melainkan tegak tegap sikap cakap cukupnya wanita pembicara dan pembicara dan semangatnya.
Memang demikianlah adat istiadat dan sikap serta tabe’atnya K.H.A Dahlan, dalam mu’asyaroh dengan kawan sejawat dan handai taulan, beliau tidak muram meminta akan sesuatu hal yang penting dan yang dibutuhkan, kepada barang siapa saja yang memilikinya, tetapi juga tidak segan memberikan kekayaannya kepada barang siapapun yang belum atau tidak memilikinya. Apakah kekurangan beliau ? dan apa pula kepunyaan dan kekayaan beliau. Kekurangannya tentu banyak sekali, aneka warnanya, tetapi kalau disingkatkan segala sesuatu yang baik yang dapat untuk memperbaiki masyarakat pada umumnya dan memperbaiki agama khususnya.
Setelah selesai pembiacara yang pertama Woro Sastroatmojo, lalu istirahat 15 menit dan dilanjutkan pembicara kedua tampil ke mimbar. Setelah memberikan salam bahagia, maka isi pidatonya hampir sama dengan pendahulunya, karena memang kedua duanya memang tokoh Sarekat Islam, bedanya yang kedua ini ada agak lunak suaranya, tetapi aksi semangat seimbang dan ada juga jenakanya. Mereka berbicara juga lebih kurang sejam. Hadlirat riang gembira merasa puas.
Lalu pimpinan mempersilahkan siapa diantaranya yang hendak menyambut. Tawaran ini tidak seorangpun yang akan menyambut, karena sebenarnya hadlirat itu adalah sama buuta politik. Oleh karena tidak seorang yang akan menyambut , maka rapat lalu ditutup pada jam 11.30 dengan mengucapkan al Fatikhah dan terima kasih dan selamat pulang. Tamu dan pengurus ‘Aisyiah tetap sama istirahat dirumah K.H.A Dahlan lantas beramah tamah dan senda gurau sampai jam 1 lepas tengah malam, lalu sama pulang kerumah masing masing. Malam yang ketiga diadakan rapat anggauta ‘Aisyiah dalam kampung Kauman.
Rapat dipimpin oleh ketua ‘Aisyiah dibuka pada jam 9 dengan al Fatikhah lantas Siti Hayinah dipersilahkan menerangkan ke Muhammadiyahan dan ke ‘Aisyiahan sampai bidang pekerjaan ‘Aisyiah yang sudah dijalankan pada waktu itu. Walaupun siti Hayinah, Siti Munjiah, Siti Badilah dan Siti Bariyah masih calon tokoh tokoh ‘Aisyiah, sudah barang tentu masih jauh perbedaannya, sehingga rapat anggota ‘Aisyiah itu lama lama jadi merupakan pengajian yang tidak tersengaja. Jam 11 rapat ditutup dengan selamat dan membaca al Fatikhah. Jam 7 pagi harinya tamu pulang dengan berkudung serta diantar para Pengurus ‘Aisyiah ke Statiun Tugu menuju ke Kepanjen Jawa Timur dengan gembira.

K.H.A. DAHLAN HILANG KEMANA Satu peristiwa.
Jam 8 pagi K.H.A Dahlan meninggalkan rumah tidak dengan memberi tahu kepa da keluarga akan kemana arah yang ditu ju. Biasanya keluar dari rumah yang ha nya dengan cara yang begitu saja, baik dengan memberi atau tidak bila sampai jam 1 lepas tengah hari sudah tiba kem bali kerumah. Tetapi kali ini rupanya ada lain. Beberapa hari sebelumnya K.H.A Dahlan ada yang direnungkan dalam hatinya yang berat, tetapi tidak dilahir kan kepada siapapun kendati kepada keluarganya sendiri. Sehingga tertam pak pada keadaan pribadinya yang biasa nya memang rajin berhias diri sebagai orang tua, rajin bercukur rambutnya yang sudah tiga perempat beruban meng gunting kumis dan jenggotnya yang tidak pernah sepanjang lebih dari satu setengah senrtimeter, tetapi pada saat itu tidak ada kesempatan untuk itu. Oleh karena itu perginya yang tidak memberi tahu itu, menimbulkan rasa bimbang ibu Nyai H.A. Dahlan karena sampai sore belum tiba kembali. Sehingga barang siapa yang kelihatan oleh ibu nyai dite gur dimana Kyai. Tetapi yang ditegur tidak seorang yang dapat memberi tahu dimana kyai ada.
Jam 7.30 sesudah bubar orang sembah yang ‘isya K.H.A Dahlan tiba kembali dirumah dengan membawa tentara yang luar biasa banyaknya lebih dari 100 orang dan luar biasa orangnya yang belum pernah dikenal oleh orang Kau man. Orang orang itu sama dipersilahkan duduk diserambi suraunya dan dibangku bangku sekolah yang ada diklas. Dan ada pula yang tidak dapat tempat duduk terpaksa mereka menongkrong saja dise barang tempat.
Orang orang yang dibawa itu K..H.A Dahlan tidak menerangkan, tetapi meli hat keadaan rupanya dari golongan kaum buruh salah satu perusahaan fabrik atau golongan buruh Kereta Api, karena tam pak adanya pakaianmya ada diantaranya berpantalon jas putih pakai trumpah, ada berpakaian cara berkain dan berbaju lu rik ikat kepala dan bercelana dalam pa kai sarung baju cina pakai peci atau topi.
K.H.A Dahlan tampak kerepotannya dan kacau balaunya dalam hati karena mera sa tidak dapat mengatasi melaksanakan pengajarannya dengan total terhadap sebanyak mereka itu, sebab tempatnya bercerai berai akhirnya mengundang budaknya suruh memanggil santri santri nya yang biasa sembahyang berjama ah disurau dengan segera. Datanglah Muh Suhud, M Hasan Junaidi, Muh,. Juraimi, H.Muh. Syafei, H.M. Syoedja’ dan Muh Ahmad Badar. Kesemuanya itu santeri santeri yang tidak mengenal belajar da lam sekolahan, diundang untuk memban tu mengajar mereka orang banyak itu tidak dengan diatur untuk mengajar apa. Hanya empat orang dikhususkan untuk mengajar mereka soal praktik wudlu dan sholat. Yang lain, H.M. Syoedja dan Ahmad Muh Badar disuruh mengajar supaya mereka menjadi orang Islam seperti kamu. Masya Allah la haula wa la quwwata illa billah. Sudah barang tentu pengajaran yang demikian tidak teratur, dapat digambarkan sebagai si buta menuntun kepada orang yang tidak bermata.
Inilah barangkali suatu aqibat renungan K.H.A Dahlan yang berat beberapa hari pada sebelumnya yang tidak dilahirkan kepada siapapun sehingga terjadi yang demikian itu.

MUHAMMDIYAH MENERIMA PROPAGANDA INDONESIA SOSIAL DEMOKRAT VERENIGING.
Tidak berselang lama setelah K.H.A. Dahlan mendatangkan Propagandis Sarekat Islam golongan wanita yang disambut dengan rapat terbuka dan rapat anggota ‘Aisyiah, maka tiba waktunya I.S.DV. dari Semarang yang dipimpin oleh Sneevlit dan Baars, ingin hendak menerangkan maksud dan tujuannya di kalangan Muhammadiyah dan diterima oleh H.B. Muhammadiyah dengan diada kan rapat terbuka dikampung Kauman. Rapat dikunjungi oleh Otoriteit bangsa asing, Ass. Residen Hoofd Commisaris van Politi, Oeverstig Controleur Komis aris Komisaris polisi dan para Bupati Pamong Praja Yogyakarta dan lain lain para priyayi yang terkemuka kesemu anya mereka itu sama berpakaian dinas putih. Dari I.S.D.V yang datang saudara Semaun dan sdr Darsono yang membuka bicara sedang Baars hanya duduk seba gai tamu.
Rapat dipimpinoleh K.H.A Dahlan sen diri, dibuka mulai jam, 8.15 tidak dengan al Fatikhah, tetapi dengan hamer saja. Dok. Lalu sdr Darsono dipersilah kan tampil ke mimbar untuk membica rakan yang dimaksud. Tentu saja bicara nya sdr Darsono itu banyak ladanya sehingga barang siapa yang mendengar lantas menjadi hangat, tidak doyan malah menjadi panas dan sakit. Lebih lebih terhadap kepada pemerintah Hindia Belanda yang berdasar kapitalis dan Imprealis yang menindas dan mengisap darah rakyat sekuat kuatnya dan meng angkut keuntungan yang sebesar besar nya. Demikianlah seterusnya mereka berbicara sampai sejam. Lalu disambung oleh sdr Semaun dipersilahkan tampil ke mimbar. Sdr Semaun pidatonya mene rangkan disekitar sama rata sama ras yang diatas turunkan dibawah dijunjung. Yang kaya dirampas dan yang miskin ditambah kehidupannya dan seterusnya sampai makan waktu sejam empat puluh menit. Lalu istirahat sementara menit lalu dipersilahkan siapa yang hendak menyambut dan bertanya. Karena ditunggu sementara menit tidak ada yang menyambut. Maka rapat ditutup dengan lebih dahulu pimpinan mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua sau dara pembicara dan mengucapkan ba nyak terima kasih kepada hadlirin dan tuan tuan tamu yang diundang dan ra pat ditutup dengan suara hamer. Dok. Dengan mengucapkan selamat jalan.
Betapa hebatnya akibat dari pada rapat terbuka I.S.D.V. dalam Muhammdiyah, tidak berapa hari dari pada sesudah ada nya rapat tersebut, datanglah beberapa surat dari pada para priyayi pamong praja yang sama menyatakan permintaan berhenti dari anggota Muhammadiyah, karena Muhammadiyah dipandang setu ju dengan gerakan ISDV tersebut. Tidak apalah itu biasa. Tetapi sebaliknya beta pa hebatnya pula semangat jiwa para Mubaligh setelah mendengar propagan da ISDV mereka bertambah giat dan bertambah tebal keyakinannya bahwa Islam akan dapat kemenangan dalam perjuangannya, karena menyadari dan menginsyafi idiologi ISDV remeh, yang kotor saja dapat laku dijual kepada umat manusia asal ditawarkan. Apalagi Agama Islam yang datang dari Allah dengan wahyu yang amat suci diturun kan kepada Nabi untuk disampaikan kepada kepada ummatnya dari segala bangsa dengan memberi jaminan kebaha giaan duniawi dan ukhrawi dengan jaminan yang konkrit bagi siapa saja
yang patuh dan menta ati. Semua itu syarat yang pokok, para mubaligh dan mubalighat jangan segan segan menyam paikan wahyu Ilahi yang suci dan murni itu.
Saudara saudara para mubalighin dan para mubalighat yang mulia, dengan kemuliaan saudara saudara itulah sauda ra saudara dititik beratkan menjadi pelo pornya agama Islam untuk menyampai kan wahyu Ilahi yang suci dan murni itu kepada ummat manusia segala bangsa dengan tidak adanya saudara saudara sebagai mubalighin dan mubalughat yang aktif dan bersemangat itu, akan musnalah agama Islam dari muka bumi saudara, jakni dari tanah air saudara.

K.H.A DAHLAN SUDAH SERING TERGANGGU KESEHATNNYA.
Sejak pertengahan tahun 1923 K.H.A. Dahlan memang sudah sering terganggu kesehatannya, sehingga pada hari beliau memimpin rapat tahunan 1922 terpaksa meninggalkan meja pimpinan dari rapat tersebut, karena diserang penyakit yang agak berat, sehingga lalu diangkut kon dur (pulang ) kerumah dan tidak dapat kembali melanjutkan rapat rapat tahun an tersebut, karena beliau harus istirahat lebih dahulu sampai baik dan sehat be tul. Demikian kata dokter yang memeli haranya.
Tetapi oleh karena memang jiwanya itu sangat besar dan semangatnya tak per nah kunjung padam, jangankan beliau itu sudah merasa sehat betul, sedang merasa ringan sedikit saja, lalu bergiat kembali dengan sekadar kekuatan yang ada.
Pada masa itu memang sedang banyak bertumbuh dalam bahagian bahagian dari H.B. Muhammadiyah yang sama membangun gedung gedungnya masing masing, umpamanya dalam bidang Bhg. P.K.U. membangun rumah miskin, bi dang Bhg Yayasan sedang membangun Mushalla ‘Aisyiah, bidang Bhg sekolah sedang membangun H.I.S dan KWEEK SCHOOL, Mu’alimmatnya yang kesemuanya itu diawasi oleh beliau, meskipun beliau tidak mengontrol ditempat objek objek itu, tetapi selalu menegur kepada masing masing yang mempunyai tugas, sehingga kalau perlu mereka diundang untuk ditegur sampai kemana sampai seberapa tugas yang telah dikerjakan. Lain dari pada itu beliau tidak henti hentinya menerima tamu dirumah, baik dari luar maupun dari dalam Muhammadiyah.
Pada tanggal 13 bulan Januari 1923 Ru mah Miskin dibuka dengan resmi oleh H.B. Muhammadiyah Bag P.K.O. dengan dikunjungi utusan dari Rijkbestuur K.P.A. Adipati Danurejo R.T. Wiryoku sumo, R.W. Dwijosewoyo, Dr. Ofreng ga, Dr. R. Abdulkadir dan wakil wakil perkumpulan di Yogyakarta yang diun dang dan orang orang yang terkemu ka di Yoyakarta yang diundang. Tetapi KH.A Dahlan tidak dapat menghadiri karena halangan sakit.
Anehnya pada hari pembukaan Rumah Miskin itu ada seorang tamu dari luar daerah Yogakarta yang tidak diundang. Rupanya tamu itu boleh kami pandang seolah olah pesuruh dari pada yang Ma ha Murah dan Belas Kasih untuk meno long kepada Muhammadiyah dalam suatu hal yang sangat sukar dan sulit untuk melaksanakan cita citanya yang telah lama diangankan. Tamu itu ialah sdr Dr Somowidagdo dari Malang Jawa Timur. Karena melihat usaha Muhamma diyah dalam bidang Penolong Kesengsar aan Oemoem, cenderunglah hati beliau dengan sangat terharu ingin hendak men ceburkan diri menyerahkan tenaganya kepada Muhammadiyah dalam Bidang Bhg P.K.U. dengan tidak pakai syarat.
Angan angan yang demkian itu disam paikan kepada K.H.A Dahlan yang beliau sedang sakit dirumahnya, diantar dengan seorang temannya, sdr Dokter hendak bicara sendiri kepada K.H.A Dahlan. Setelah sampai dirumahnya, diterimalah oleh beliau dengan segala senang hati dan gembira.
Setelah sama bersalaman dan menge nalkan diri satu sama lain, sdr Dokter dipersilahkan duduk yang baik, lalu sdr Dokter Somowidagdo menyatakan mak sudnya yang terkandung dalam kal bu dengan secara wajar. Pernyataan sdr Dokter itu diterima dengan besar hati dan gembira, karena itulah yang telah lama diharap harapkan taufiq dan hida yat dari pada Allah s.w.t. yang maha murah dan belas kasih.
Kemudian ketua H.B. Muhammadiyah Bhg P.K.O diundang untuk menerima sdr Dokter dan menyelesaikan perun dingan selanjutnya sampai berhasil.
Betapa besar dan gembiranya K.H.A Dahlan menerima kedatangan sdr Dokter Somowidagdo yang menyerahkan tenaga dirinya sebagai dokter kepad H.B. Muhammadiyah yang seolah olah tidak dengan syarat itu, walaupun belum menyampaikan suatu resep untuk Kyai, tetapi pribadinya sdr Dr Somowidagdo laksana menjadi obat yang mujarab bagi sakitnya K.H.A Dahlan. Mudah mudah an pandangan rasa yang demikian itu benar. Amin.
Alhamdulillah, memang setelah K.H.A Dahlan mendengar keputusan perunding annya H.B. Muhammadiyah Bhg P.K.U. denganDr Somowidagdo sudah selesai dan bahkan sudah direncanakan bila hari tanggal berapa balai Pengobatan itu akan mulai dibuka walau pun secara sederhana dengan rencana yang konkrit, tampaklah riang gembiranya, seolah olah sudah sehat 100% sakitnya, tetapi masih belum keluar dari rumah.
Untuk menyempurnakan kesehatan K.H.A Dahlan karena hampir mendekati bulan rapat tahunan 1923, maka musya warah H.B. Muhammadiyah yang khu sus membicarakan hal itu, diputuskan K.H.A Dahlan dipersilahkan supaya mengambil kesempatan istirahat atau tetirah keluar daerah supaya dapat ber sungguh sungguh istirahat dengan tenang tidak terganggu dan terdesak urusan hari hari baik urusan kumpulan maupun urusan yang lain. Tempat dan waktu istirahatnya diserahkan kepada K.H.A Dahlan sendiri. H. B. Muhamma diyah menyetujui saja. Kemudian K.H.A Dahlan memberikan pernyataan tempat nya di Gunung Tretes bawah Karesi denan Malang Jawa Timur. Adapun berangkatnya dipertangguhkan untuk mempersiapkan perlengkapan yang diperlukan.
Setelah selesai persiapan perlengkapan nya K.H.A. Dahlan menentukan hari dan jam berangkatnya dari Yogyakarta. Dan berangkatnya harus diantar oleh sedikit nya 2 orang dari anggota H.B.Muhamma diyah yang ditentukan. Ialah sdr H. Fakhrudin dan sdr M. Abdullah. Sesudah mendapat tempat yang baik di Tretes K.H.A Dahlan pun sudah puas, sesudah 2 malam para pengantar itu sama minta diri pulang ke Yogyakarta. Menurut laporan dari pada 2 orang pengantar dari Tretes, bahwa K.H.A. Dahlan sudah tentrem tenang hati mustarih, karena sudah dapat pelayan yang jinak dan cakap untuk melayaninya dengan memuaskan. Kita semua yang menerima danm yang mendengar laporan itu serempak membaca Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin.
Tetapi K.H.A. Dahlan ada beda dari pada yang lain. Setelah mendengar laporan bahwa K.H.A Dahlan sudah tenteram, tenang dan mustarih lantas serempak membaca alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Padahal sepulangnya 2 orang pengantar mumpung masih ada kesempatan, lantas menyingsingkan lengan bajunya berta bligh kepada penghuni di Tretes sambil membina surau sampai berdiri tegak untuk berjama ah 5 waktu. Walaupun sesungguhnya sakitnya tidak mengurang malah bertambah. Namun di Tretes berdirilah dengan tegak berjama ah 5 waktu disurau yang baru itu.
Oleh karena sudah hampir 2 bulan K.H.A. Dahlan dalam tetirahnya dan sedang hari rapat tahunan 1923 hampir tiba waktunya, tetapi K.H.A Dahlan masih ayem tenteram belum dijemput oleh 2 orang anggota H.B. Muhamma diyah ke Tretes. Setibanya 2 orang penjemput dari Yogyakarta di Tretes terlihat pribadinya K.H,.A Dahlan tampak tidak tambah sehat, malah tambah berat. Badan tambah kurus tetapi kakinya bertambah bengkak. Hanya caha ya roman wajahnya kelihatan gembira dan berseri seri dan senyum karena hatinya merasa puas, bahwa usahanya selama tetirah yaitu bertabligh dan menegakkan surau untuk menegakkan sembahyang berjama ah 5 waktu. K.H.A Dahlan degan terganggu kesehatan jasmaninya itu tidak harus dipandang sebagai rintangan yang menghalangi tugas, rasa tanggung jawab akan sesuatu kewajibanan yang harus ditunaikan olehnya.
Setelah 2 orang penjemput istirahat sementara dan memberitahukan perka baran di Yogyakarta, sambil bersiap siap turun dari Tretes dengan taksinya menu ju ke Malang. Menginap satu malam dan pagi harinya berangkat dengan spoor pagi yang menuju Yogyakarta. Jam 5 sore tiba di Statiun Tugu terus pulang menuju rumah dengan selamat tidak kurang satu apa. Alhamdulillah.
Setibanya dirumah, keluarga dirumah merasa terkejut melihat K.H.A Dahlan tampak badannya lebih kurus dan kakinya bengkak, tetapi roman wajahnya kelihatan kelihatan gembira dan cahaya wajahnya beseri seri agak mengurangkan kesedihan hati mereka para keluarga.
Oleh karena pulangnya K.H.A Dahlan dari petirahan Tretes karena adanya rapat tahunan Muhammadiyah 1923, sekalipun bagaimana juga keadaan dirinya yang dalam kurang sehat itu, karena merasa tanggung jawab sebagai Ketua Umum H.B. Muhammadiyah, ingin juga akan memberikan wasiat dan amanat kepada rapat tahunan tersebut sebagai pembukaan rapat itu.
Hadirnya beliau K.H.A. Dahlan dalam rapat tahunan didampingi oleh anggota H.B. Muhammadiyah yang sengaja menyertainya. Dan disambut oleh bebe rapa orang dengan salaman, lalu duduk kursi dimeja pimpinan bersama sama kawan anggota H.B. Muhammadiyah.
Sebelum rapat tahunan dibuka, ketua K.H.A Dahlan lebih dahulu mengucap kan selamat datang dan banyak terima kepada hadlirin, mudah mudahan rapat ini membawa hasil yang memuaskan dengan taufiq dan hidayat Tuhan Allah s.w.t. Amin. Rapat dibuka dengan
membaca al Fatikhah, dan diketok. Pimpinan diserahkan kepada yang lain, K.H.A Dahlan tampil ke Mimbar memberikan wasiat, amanatnya sepatah dua patah kepada hadlirin. Perkataan beliau dengan bahasa Jawa tengah yang halus, karena tak pandai bahasa Indonesia yang cukup. Dengan membawakan dua hadits yang dahulu biasa untuk iftitahnya membaca kitab dimasa mengaji dengan kitab, ialah Qala llahu ta’ala, wa huwa ashdaqul qailin Inna ashdaqol hadits kitabullah, wa khairul haji haju Muhammadin s.a.w. wa syarrul umuri muhdatsatuha. Wa kulu muhdatsin bi ‘ah wa kulu bid’atin dlola lah, wa kulu dlola lati finnar yang maksudnya Bersabda rasulullah s.a.w. berfirman Allah s.w.t. yaitu sebenar benarnya dari pada orang orang yang berkata, Jelasnya firman Allah itu lebih benar dari pada kata kata manusia yang berkata. Apakah firman Allah ? Sungguh sebenar benar cerita ialah kitab Allah dan sebaik baiknya petunjuk ialah petunjuk Muhammad s.a.w. dan seburuk buruk segala perkara itu ialah perkara yang dibuat buat, semua perkara yang dibuat itu bid’ah dan segala macam bid’ah itu sesat, dan segala yang sesat itu masuk neraka.
Lagi sabda Nabi taroktu fikum amraini maidz tamassaktum bihima lanta dlillu abada, kitabullah wa sunnati rasulihi. Yang maksudnya Telah ku tinggalkan didalammu 2 perkara, selama dua perkara itu kamu pegang teguh te guh tidak akan sesat kamu selama lama nya, yaitu kitabullah dan sunnat rasul nya.
Dua buah hadits diatas itu dengan penje lasannya yang ditekankan dalam rapat tahunan Muhammadiyah kepada anggota anggotanya, sehingga tercetaklah jiwa anggota Muhammadiyah menjadi jiwa Muhammad. Karena pada keyakinannya untuk merobah keadaan Islam di Indone sia yang sudah menjadi Islam Jahiliah itu, tidak mungkin kalau akan berhasil, bila tidak dengan gerak ummat yang giat dan kuat serta betul betul ummat itu berji wa Muhammad.
Jadi khulasohnya Muhammadiyah harus berani bergerak dengan segala kekuatan nya, sehingga dapat merobah adat istia dat Islam yang saudah menjadi jahiliah itu, menjadi adat istiadat Islam yang me ngikuti sunnah Rasulnya. Demikianlah diterangkan kurang lebih 30 menit K.H.A Dahlan lalu turun dan tidak duduk kembali, tetapi terus pulang ke rumah. Rapat diteruskan oleh pimpinan yang lain.
Pagi harinya diundang dokter van De Burne, beliau dokter yang menjadi lang ganan untuk memelihara K.H.A Dahlan. K.D.A Dahlan lalu diperiksa seperlunya lantas diberi obatnya dengan resep. Dan supaya istirahat. Selang satu hari dokter Ofringa sahabat karibnya K.H.A Dahlan setelah mendengar, beliau sudah pulang dari Tretes, lalu ia meninjau sahabat karibnya. Setelah ia melihat keadaan K.H.A Dahlan dalam sakitnya. Maka ia sangat menyesal sekali karena penda patnya sakitnya K.H.A Dahlan itu tidak perlu tetirah ditempat yang jauh, apalagi ditempat yang dingin tetapi cukuplah tetirah dirumah saja, sebab yang perlu bukan tetirah jasmaninya, tetapi yang perlu tetirah ialah fikirannya, jangan memikirkan soal soal yang berat berat dan soal yang berat itu dilepaskan dahu lu, sehingga hati tentram dan tenang. Makan yang banyak apa saja yang diinginkan boleh makan. Asal hati tenang tentram. Nanti bila sudah baik boleh bekerja lagi fikirannya. Pendapat dan nasehat dokter Ofringa yang demi kian itu diterima saja oleh Kyai dengan Ya. Tanpa dibantah. Tetapi ..?
Sejak kondurnya K.H.A. Dahlan dari tetirah K.H. Ibrahim, adik iparnya yang menunggu melayani kepentingannya sehari hari dalam geringnya tentu saja K.H.A. Dahlan sangat puas dilayani olehnya, karena dapat mencurah segala isi hatinya kepada beliau, untuk kepen tingan Muhammadiyah sepeninggalnya. Tetapi yang demikian itu menurut ijti hatnya dokter dokter sangat membahayakan pada geringnya. Oleh karena itu maka diusulkan hendaknya sdr Dr. Sumo widagdo diundang untuk memberikan pendapat dan pertimbangannya.
Setelah Dr. Somowidagdo memeriksa keadaan geringnya, pendapat dan pertimbangannya malah lebih keras, sehingga perlu dilarang orang orang yang akan meninjau kepada K.H.A. Dahlan dengan larangan keras. Pintu dimuka harus ditutup dan papan tulis dimuka pintu ditulis larangan meninjau K.H.A Dahlan.
Sejak larangan meninjau itu ditulis, maka beberapa hari tidak ada orang yang berani datang meninjaunya. Dengan tidak datangnya orang yang meninjau geringnya K.H.A Dahlan merasa cemas kesepian karena tidak mendengar berita gerak geriknya Muhammadiyah dari pada orang orang yang sama bertugas akan satu satunya projek yang diusahakannya. Maka dipang gil mereka itu dengan saling bergantian untuk ditanya sampai seberapa atau sampai kemana usahamu yang kamu kerjakan. Yang ditanyapun memberikan keterangan seperlunya dan secukupnya. Walaupun sudah dikurangi peninjau peninjau yang sama menjenguk, hanya peninjau yang diundang saja, tetapi hari hari ada saja yang datang karena undang an entah satu atau dua. Sekalipun demi kian tetap juga bertentangan dengan pantangan dari dokter yang memeliha ranya.

IBU NYAI H.A. DAHLAN.
Oleh karena ibu Nyai H.A. Dahlan melihat geringnya K.H.A Dahlan sejak pulang dari tetirah di Tretes, tidak makin kurang, tetapi malah kelihatan makin bertambah, maka cemaslah dan bimbang hatinya khawatir kalau kalau K.H.A Dahlan mendahului meninggalkan Muhammadiyah yang selama lamanya. Karena mengingat nasehat dokter dokter yang merawat tidak dapat terleksana. Telah beberapa hari ibu Nyai hendak memajukan isi hatinya yang didasarkan kasihan dan kesayangan, tetapi tetap dalam keragu-raguan kalau kalau Kyai salah terima. Namun ibu Nyai terpaksa juga menyampaikan isi hati itu karena tidak dapat dipertahankan lagi. Dengan hati hati ibu Nyai menyatakan rasa hatinya berbareng dengan tetesan air matanya. Kyai, apa kah tidak baik kalau nasehat dokter dokter yang sudah sependapat bahwa untuk mengurangkan penderitaan kege ringan Kyai hanya satu jalan, ialah lepaskan fikiran fikiran yang berat, terutama Muhammadiyah. Muhammadiyah itu masih panjang dan masih jauh perjalanannya. Oleh karena itu, cobalah nasehat dokter dokter itu dilaksanakan. Bila nanti Kyai sudah sehat diusahakan lagi selanjutnya.
Kyai yang berbaring karena payahnya itu, terpaksa minta tolong dibangunkan oleh K.H. Ibrahim hendak duduk, dan lantas dibangunkan dan duduk. Tampaklah roman mukanya yang kecut tanda marah yang besar dengan meng angkat tangannya menunjuk kepada ibu Nyai, dengan sayup sayup berkata nah sekarang iblis sudah menjelma berwujud Nyai, akan memecatku dari pada Islam Muhammadiyah, yang kemarin sudah menjelma kepada dokter dokter akan memecat kami dari Muhammadiyah tidak sedikit kuperhatikan, rupanya iblis tidak puas lantas menjelma berupa Nyai. Oh Nyai Iblis.Lupakah kau akan pelajaranku wa la tamutunna illa wa antum muslimun ? Pergilah jangan mendekat aku. Ibu Nyai seketika itu lantas bercucuran air matanya dan terse du sedu menangis sambil minta ampun dan maaf yang sebesar besarnya, maaf atas perbuatannya yang dipandang salah itu.

K.H.A DAHLAN WAFAT.
Selang satu malam, hari Jum ah malam Saptu tanggal 7 Rajab tahun 134 Hijriah jam hampir tengah malam, K.H.A. Dahlan melepaskan nafas yang terakhir, meninggalkan Muhammadiyah selama lamanya, dihadapan keluarga yang banyak dengan tenang dan suasana tentram. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Mudah mudahan Allah menerima Ruh beliau dengan sebesar rahmat dan Ni’mat Nya disisiNya. Allah Humma amin.
Jisim K.H.A Dahlan dimandikan pada malam itu juga oleh para keluarganya sendiri, setelah selesai dikafani dengan kain putih dan dimasukkan kedalam janazah lalu ditaruh dilanggar suraunya yang disayangi itu. Janazah akan berang kat dari Kauman jam 10, yang hadlir menghormat dari pada orang orang besar tuan Raden Sastrowijoyo, wakil Residen Yogyajkarta K.R.T. Wiryokusumo, wakil Rijkbestuurder Yogyakarta Hoofd Panghulu R. Haji Muhammad Kamalu diningrat dan para Bupati yang menjadi anggota Muhammadiyah dan lain orang yang terkemuka.
Sebelum jenazah diberangkatkan lebih dahulu disholati oleh K.H. Lurah Nur kakak ipar K.H.A Dahlan dan beberapa para ‘alin ‘ulama di kota Yogyakarta. Selesai disholati janazah diberangkatkan menuju makam Karangkajen melalui jalan Grejen,Ngabean, yang sekarang bernama Jl. K.H.A Dahlan, Gondo manan sampai Karangkajen. Jalannya janazah dengan memakai upacara sekadarnya, yaitu dimuka janazah barisan Hizbul Wathon kurang lebih 200 H.W.
Setelah K.H.A Dahlan dikebumikan, sama hadlirlah saudara saudara dari wakil cabang Muhammadiyah dari Jawa Barat dan Jawa Timur dan diantaranya yang sama berta’ziah kepada keluarga almarhum dan kepada H.B. Muham madiyah.
Dengan secara kebetulan dengan sendiri nya terjadilah perundingan perundingan diantara anggota H.B. Muhammadiyah dengan para pengurus cabang yang sama datang bertakziah, berhubung dengan tidak adanya susunan pengurus H.B. Muhammadiyah, maka perlu diadakan walapun dengan secara ad interim sebagai wakil ketua H.B. Muhammadiyah untuk menjalankan pimpinan H.B. Muhammadiyah sampai pada perkum pulan tahunan yang akan datang. Untuk sementara diputuskan sebagai wakil , ad interim K.H. Ibrahim sampai Rapat Tahunan jang akan datang. Atau pilihan anggota pengurus H.B. Muhammadiyah baru. Maka K.H. Ibrahim menerima juga jabatan itu dengan karena Allah.

WASIAT ALMARHUM K.H.A DAHLAN KEPADA K.H. IBRAHIM.
Him, kata K.H.A Dahlan sewaktu masih dapat bicara dengan tenang dan tente ram, Agama Islam itu kami misalkan laksana gayung yang sudah rusak pegangannya dan rusak pula kalengnya sudah sama bocor dimakan karat, sehingga tidak dapat digunakan pula sebagai gayung. Oleh karena kita umat Islam perlu akan menggunakan gayung tersebut, tetapi tidak dapat karena gayung itu sudah sangat rusaknya. Sedang kami tidak mempunyai alat untuk memperbaikinya, tetapi tetangga dan kawan disekitarku itu hanya yang memegang dan mempunyai alat itu, tetapi mereka juga tidak mengetahui dan tidak digunakan untuk memperbaiki gayung yang kami butuhkan itu. Maka perlulah kami mesti berani meminjam untuk memperbaikinya. Siapakah tetangga dan kawan kawan yang ada disekitar kami itu ? Ialah mereka kaum cerdik pandai dan mereka orang orang terpelajar yang mereka itu tidak memahami Agama Islam. Pada hal mereka itu pada dasarnya merasa dan mengakui bahwa pribadinya itu muslim juga. Karena banyak mereka itu me mang daripada keturunan kaum musl imin, malah ada yang keturunan Peng ulu dan Kyai yang terkemuka. Tetapi karena mereka melihat keadaan umat Islam pada umumnya dalam keadaan krisis dalam segala galanya, mereka tidak ingin menjadi umat yang bobrok.
Oleh karena itu dekatilah mereka itu dengan cara yang sebaik baiknya se ingga mereka mengenal kita dan kita mengenal mereka. Sehingga perkenalan kita bertimbal balik, sama sama meberi dan sama sama menerima.

Tidak ada komentar: