Rabu, 25 Februari 2009
AKHLAQ KEPEMIMPINAN
M. Yusron Asrofie
بسم الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ
PENDAHULUAN
Istilah akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata akhlaq tidak ditemukan di dalam al-Quran. Yang ada adalah kata khuluq, disebut dua kali. Dalam al-Syu’ara (26): 137 إِنْ هَـٰذَا إِلاَّ خُلُقُ ٱلأَوَّلِينَ , kata khuluq dipakai untuk arti adat, kebiasaan, perilaku yang dibikin-bikin. Konteks ayat ini adalah ketika Nabi Hud mengajak kaum ‘Ad untuk mengikutinya dan bertakwa, mereka menolak dengan mengatakan bahwa ajaran Nabi Hud adalah “Sesungguhnya ini tiada lain hanyalah adat orang-orang zaman dahulu saja.” Sedangkan di dalam al-Qalam (68): 4 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ diartikan dengan “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlaq yang agung.”
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, dia menjawab, “Akhlaqnya adalah al-Quran.” Kemudian ‘Aisyah membaca Surat al-Mu’minun (23): 1-9 yang memuat akhlaq kepada Allah, sikap diri, berbuat demi kesucian (لِلزَّكَـاةِ فَاعِلُونَ ), dan akhlaq kepada sesama manusia.
Mungkin karena kata khuluq dipakai untuk perilaku dan kebiasaan Nabi (Hud dan Muhammad), maka kata khuluq (akhlaq) kemudian menjadi berarti sebuah adat kebiasaan atau perilaku yang baik dan agung.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً
Sesungguhnya kamu mempunyai dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagi orang yang mendambakan (bertemu) dengan Allah dan Hari Akhir, dan yang ingat kepada Allah sebanyak-nanyaknya. (Al-Ahzab (33): 21).
أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُون َ
Apakah kamu menyuruh orang supaya berbuat baik, sedangkan kamu melalaikan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca Kitab. Apakah kamu tidak memakai akalmu? (Al-Baqarah (2): 44)
يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتاً عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan (organisasi), seakan mereka itu bangunan yang kokoh (Al-Shaff (61): 2-4)
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kepemimpinan terbentuk karena ada seseorang atau beberapa orang dalam warga masyarakat yang melakukan peranan yang lebih aktif dari warga yang lain, sehingga orang (beberapa orang) tadi tampak lebih menonjol dari yang lain dan bisa mempengaruhinya.
PRINSIP-PRINSIP DALAM MEMIMPIN
KHARISMATIK, orang muncul sebagai pemimpin karena mempunyai kharisma (daya pikat karena pandai, menjadi contoh tauladan yang baik, baik hati, punya status tinggi, dan konsekwen kepada kebenaran). Kemampuan management saja tidak mensyaratkan adanya contoh tauladan dan baik hati dalam kehidupan sehari-hari.
DEMOKRATIS, dalam arti suka bermusyawarah dalam menentukan dan memutuskan suatu masalah.
PELOPOR, dalam memimpin, orang mempunyai visi dan misi yang kemudian dilaksanakan. Visi dan misi itu hendaknya memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan.
TEKUN MEMBINA DAN MEMIMPIN. Berbeda dengan orang yang sekedar menjadi manager, seorang pemimpin harus tekun membina dan mengarahkan. Pemimpin terkadang perlu ikut terjun dan memberi contoh tauladan.
DALAM PRAKTEK
Ikhlasun Niyyah: Niat ikhlas ber-Muhammadiyah untuk ibadah
Itqanul ‘Amal: Beramal secara professional untuk mencapai kesempurnaan hasil
KUALITAS PEMIMPIN
1. Kebaikan pribadinya menonjol, sifat-sifatnya terpuji. Baik Hati (Nice, Smiling Face, Helpful), selalu menjadi contoh tauladan.
2. Berani memulai sesuatu yang baru (Risk-Taking). Ada keberanian mengambil resiko. Tentunya setelah melalu perhitungan dan pemikiran yang cermat.
3. Berani merubah sesuatu yang salah menjadi benar dan berjuang untuk mempertahankannya.
4. Sedikit bicara, banyak bekerja. Tidak banyak wacana, yang penting bekerja dan beramal.
5. Mengedepankan kebersamaan (kolegial), namun tetap dengan tanggung jawab masing-masing pribadi. Semua diatur dalam tertib organisasi dengan disiplin yang tinggi. Seperti dalam shalat jamaah, maka harus saf diatur secara tertib.
KUALITAS PEMIMPIN MUHAMMADIYAH
BERMANFAAT BAGI MUHAMMADIYAH
BUKAN YANG TIDAK BERMANFAAT ATAU MALAHAN MEMBEBANI MUHAMMADIYAH
1. Wajib memiliki perilaku mulia sehingga menjadi teladan bagi sesama (Uswatun hasanah). Berusaha mempunyai sifat-sifat Nabi saw: Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah. Dan juga sifat-sifat Nabi Musa as: Al-Qawiyy dan Al-Amin (ini juga sifat Nabi Muhammad).
2. Perbanyak perbuatan baik (amal salih). Dalam beramal hendaklah dengan niyat ikhlas, bukan riya’ (karena ingin dilihat orang). Hindari sifat-sifat sombong, boros, suka merusak, keji dan tidak patut.
3. Usahakan berperilaku mulia sehingga disukai dan diteladani, hindari perilaku tercela sehingga dibenci dan dijauhio sesama.
4. Jauhi tindak korupsi dan kolusi, dan praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan orang banyak dan membawa kehancuran umat manusia.
SIDDIQ
Jujur, berkata benar, mengatakan kebenaran.
Membenarkan kebenaran (Tasdiq), mengimani dan melaksanakan imannya.
Dermawan (suka sadaqah)
Sifat ini mensyaratkan adanya pengetahuan tentang yang benar dan juga kekuatan ekonomi supaya bisa menjadi dermawan.
AMANAH
Bisa dipercaya (tidak sekedar menyampaikan amanat). Kalau diserahi tugas bisa dikerjakan dan diselesaikan dengan baik.
Untuk mencapai tingkat al-Amin tentunya diperlukan kepandaian dan ketrampilan yang memadai. Al-Amin menyangkut kejujuran, kepandaian dan ketrampilan
TABLIGH (effective speaker)
Menyampaikan kebenaran (Iman dan Islam), pro-aktif.
Sifat Tabligh berarti juga bisa menyampaikan sesuatu dan mengenai sasaran.
Sifat ini mensyaratkan kepandaian berbicara (kefasihan), keruntutan berbicara, dan keteraturan logika dan dikemas sesuai dengan kemampuan pendengar.
FATHANAH
Pandai, Cerdas, Bijak. (Knowledgeable (‘Alim), innovative).
Sifat ini mensyaratkan adanya kumpulan ilmu di otaknya.
AL-QAWIYY (KUAT)
Di dalam al-Quran dan Hadits serta Bahasa Arab, Kuat itu menyangkut banyak hal: fisik, ilmu (kepandaian), harta, derajat (keturunan), senjata, pengaruh (jabatan), dan usia.
LANGKAH KE DEPAN
Menghidupkan lagi ruh ber-Muhammadiyah seperti langkah-langkah para pendahulu awal dengan banyak berjuang dan berkorban.
Berusaha lagi menggembirakan hidup Islami sehingga kegiatan Islam di kalangan Muhammadiyah menjadi semarak. Ajaran Islam menjadi hidup, dinamik, bergairah dan berkembang.
Memperbanyak kegiatan yang bermanfaat, baik bagi pimpinan maupun bagi masyarakat umum. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Meminimalisir ruang gerak orang-orang yang ingin mengambil untung sebanyak-banyaknya secara materiil di Muhammadiyah dengan membuat aturan yang ketat, rasional dan tertata.
Membuktikan secara teoritis konsepsional, secara operasional dan secara konkrit, riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia materiil dan spirituil yang diridlai Allah swt.
Marilah kita banyak berusaha sambil berdoa: Rabbi adkhilni mudkhala shidqin wa akhrijni mukhraja shidqin waj’al li min ladunka sulthanan nashiira. Dan Allahumma arinil haqqa haqqa warzuqnit tibaa’ah wa arinil baathila baathila warzuqnijtinaabah. Amin ya Rabb al-‘alamaiin.
بسم الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ
PENDAHULUAN
Istilah akhlaq adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Kata akhlaq tidak ditemukan di dalam al-Quran. Yang ada adalah kata khuluq, disebut dua kali. Dalam al-Syu’ara (26): 137 إِنْ هَـٰذَا إِلاَّ خُلُقُ ٱلأَوَّلِينَ , kata khuluq dipakai untuk arti adat, kebiasaan, perilaku yang dibikin-bikin. Konteks ayat ini adalah ketika Nabi Hud mengajak kaum ‘Ad untuk mengikutinya dan bertakwa, mereka menolak dengan mengatakan bahwa ajaran Nabi Hud adalah “Sesungguhnya ini tiada lain hanyalah adat orang-orang zaman dahulu saja.” Sedangkan di dalam al-Qalam (68): 4 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ diartikan dengan “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlaq yang agung.”
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, dia menjawab, “Akhlaqnya adalah al-Quran.” Kemudian ‘Aisyah membaca Surat al-Mu’minun (23): 1-9 yang memuat akhlaq kepada Allah, sikap diri, berbuat demi kesucian (لِلزَّكَـاةِ فَاعِلُونَ ), dan akhlaq kepada sesama manusia.
Mungkin karena kata khuluq dipakai untuk perilaku dan kebiasaan Nabi (Hud dan Muhammad), maka kata khuluq (akhlaq) kemudian menjadi berarti sebuah adat kebiasaan atau perilaku yang baik dan agung.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً
Sesungguhnya kamu mempunyai dalam diri Rasulullah teladan yang baik bagi orang yang mendambakan (bertemu) dengan Allah dan Hari Akhir, dan yang ingat kepada Allah sebanyak-nanyaknya. (Al-Ahzab (33): 21).
أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُون َ
Apakah kamu menyuruh orang supaya berbuat baik, sedangkan kamu melalaikan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca Kitab. Apakah kamu tidak memakai akalmu? (Al-Baqarah (2): 44)
يٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتاً عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لاَ تَفْعَلُونَ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنْيَانٌ مَّرْصُوصٌ
Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan (organisasi), seakan mereka itu bangunan yang kokoh (Al-Shaff (61): 2-4)
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Kepemimpinan terbentuk karena ada seseorang atau beberapa orang dalam warga masyarakat yang melakukan peranan yang lebih aktif dari warga yang lain, sehingga orang (beberapa orang) tadi tampak lebih menonjol dari yang lain dan bisa mempengaruhinya.
PRINSIP-PRINSIP DALAM MEMIMPIN
KHARISMATIK, orang muncul sebagai pemimpin karena mempunyai kharisma (daya pikat karena pandai, menjadi contoh tauladan yang baik, baik hati, punya status tinggi, dan konsekwen kepada kebenaran). Kemampuan management saja tidak mensyaratkan adanya contoh tauladan dan baik hati dalam kehidupan sehari-hari.
DEMOKRATIS, dalam arti suka bermusyawarah dalam menentukan dan memutuskan suatu masalah.
PELOPOR, dalam memimpin, orang mempunyai visi dan misi yang kemudian dilaksanakan. Visi dan misi itu hendaknya memberi perubahan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan.
TEKUN MEMBINA DAN MEMIMPIN. Berbeda dengan orang yang sekedar menjadi manager, seorang pemimpin harus tekun membina dan mengarahkan. Pemimpin terkadang perlu ikut terjun dan memberi contoh tauladan.
DALAM PRAKTEK
Ikhlasun Niyyah: Niat ikhlas ber-Muhammadiyah untuk ibadah
Itqanul ‘Amal: Beramal secara professional untuk mencapai kesempurnaan hasil
KUALITAS PEMIMPIN
1. Kebaikan pribadinya menonjol, sifat-sifatnya terpuji. Baik Hati (Nice, Smiling Face, Helpful), selalu menjadi contoh tauladan.
2. Berani memulai sesuatu yang baru (Risk-Taking). Ada keberanian mengambil resiko. Tentunya setelah melalu perhitungan dan pemikiran yang cermat.
3. Berani merubah sesuatu yang salah menjadi benar dan berjuang untuk mempertahankannya.
4. Sedikit bicara, banyak bekerja. Tidak banyak wacana, yang penting bekerja dan beramal.
5. Mengedepankan kebersamaan (kolegial), namun tetap dengan tanggung jawab masing-masing pribadi. Semua diatur dalam tertib organisasi dengan disiplin yang tinggi. Seperti dalam shalat jamaah, maka harus saf diatur secara tertib.
KUALITAS PEMIMPIN MUHAMMADIYAH
BERMANFAAT BAGI MUHAMMADIYAH
BUKAN YANG TIDAK BERMANFAAT ATAU MALAHAN MEMBEBANI MUHAMMADIYAH
1. Wajib memiliki perilaku mulia sehingga menjadi teladan bagi sesama (Uswatun hasanah). Berusaha mempunyai sifat-sifat Nabi saw: Siddiq, Amanah, Tabligh, Fathanah. Dan juga sifat-sifat Nabi Musa as: Al-Qawiyy dan Al-Amin (ini juga sifat Nabi Muhammad).
2. Perbanyak perbuatan baik (amal salih). Dalam beramal hendaklah dengan niyat ikhlas, bukan riya’ (karena ingin dilihat orang). Hindari sifat-sifat sombong, boros, suka merusak, keji dan tidak patut.
3. Usahakan berperilaku mulia sehingga disukai dan diteladani, hindari perilaku tercela sehingga dibenci dan dijauhio sesama.
4. Jauhi tindak korupsi dan kolusi, dan praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan orang banyak dan membawa kehancuran umat manusia.
SIDDIQ
Jujur, berkata benar, mengatakan kebenaran.
Membenarkan kebenaran (Tasdiq), mengimani dan melaksanakan imannya.
Dermawan (suka sadaqah)
Sifat ini mensyaratkan adanya pengetahuan tentang yang benar dan juga kekuatan ekonomi supaya bisa menjadi dermawan.
AMANAH
Bisa dipercaya (tidak sekedar menyampaikan amanat). Kalau diserahi tugas bisa dikerjakan dan diselesaikan dengan baik.
Untuk mencapai tingkat al-Amin tentunya diperlukan kepandaian dan ketrampilan yang memadai. Al-Amin menyangkut kejujuran, kepandaian dan ketrampilan
TABLIGH (effective speaker)
Menyampaikan kebenaran (Iman dan Islam), pro-aktif.
Sifat Tabligh berarti juga bisa menyampaikan sesuatu dan mengenai sasaran.
Sifat ini mensyaratkan kepandaian berbicara (kefasihan), keruntutan berbicara, dan keteraturan logika dan dikemas sesuai dengan kemampuan pendengar.
FATHANAH
Pandai, Cerdas, Bijak. (Knowledgeable (‘Alim), innovative).
Sifat ini mensyaratkan adanya kumpulan ilmu di otaknya.
AL-QAWIYY (KUAT)
Di dalam al-Quran dan Hadits serta Bahasa Arab, Kuat itu menyangkut banyak hal: fisik, ilmu (kepandaian), harta, derajat (keturunan), senjata, pengaruh (jabatan), dan usia.
LANGKAH KE DEPAN
Menghidupkan lagi ruh ber-Muhammadiyah seperti langkah-langkah para pendahulu awal dengan banyak berjuang dan berkorban.
Berusaha lagi menggembirakan hidup Islami sehingga kegiatan Islam di kalangan Muhammadiyah menjadi semarak. Ajaran Islam menjadi hidup, dinamik, bergairah dan berkembang.
Memperbanyak kegiatan yang bermanfaat, baik bagi pimpinan maupun bagi masyarakat umum. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Meminimalisir ruang gerak orang-orang yang ingin mengambil untung sebanyak-banyaknya secara materiil di Muhammadiyah dengan membuat aturan yang ketat, rasional dan tertata.
Membuktikan secara teoritis konsepsional, secara operasional dan secara konkrit, riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia materiil dan spirituil yang diridlai Allah swt.
Marilah kita banyak berusaha sambil berdoa: Rabbi adkhilni mudkhala shidqin wa akhrijni mukhraja shidqin waj’al li min ladunka sulthanan nashiira. Dan Allahumma arinil haqqa haqqa warzuqnit tibaa’ah wa arinil baathila baathila warzuqnijtinaabah. Amin ya Rabb al-‘alamaiin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar