Selasa, 24 Februari 2009
Politik Bermoral Tinggi
Amar Ma’ruf wanahyi ‘anil munkar merujuk pada segala bentuk perbuatan yang mengajak manusia berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran. Hal ini merupakan kewajiban syariat Islam yang ditegaskan oleh Allah di dalam Al Quran (Lihat Surat Ali Imron 104 dan 110) dan Sunnah nabi. Golongan inilah yang dengan janji Allah termasuk manusia yang potensial dan produktif serta golongan tebaik yang akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan.
Perjuangan politik dalam menegakkan amar ma’ruf wannahyi ‘anil munkar tidak segampang membalikkan kedua telapak tangan. Disamping harus bersikap lembut dan menghindari cara-cara kekerasan tetapi juga harus memegang etika politik luhur. Salah satu karakteristik Islam adalah syumul (universal) yang meliputi keabadian, keuniversalan dari penguasaan semua jaman, tempat dan manusia (Dr Yusuf Qordhowi;Karakteristik Islam). Sehingga politik merupakan salah satu saja dari segmen dakwah.
Sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW patut kita teladani. Sejarah mencatat secara gamblang bahwa Muhammad adalah sosok yang tidak hanya pemimpin agama yang sanggup mengubah jaman jahiliyah menjadi jaman pencerahan Islam, akan tetapi beliaupun dikenal sebagai peminpin negara yang mampu tampil digaris depan dalam menyeru kepada kebajikan dan mencegah kejahatan. Sejarah memberikan deskripsi secara jelas bagaimana stretgi Muhammad dalam melakukan perjanjian Hudaibiyah yang penuh kontradiktif, melakukan perubahan terhadap Kota Yastrib Menjadi Madinah adalah beberapa political action yang dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini menunjukkan bahwa perjuangan politk bukanlah target untuk mencapai jangka pendek, akan tetapi memerlukan jangka panjang dan tujuan jangka panjang pula. Selain itu juga dakwah politik harus menempatkan pemikiran kita denganh berorientasi pada masa yang akan datang. Sehingga jauh dari kepentingan semua yang hanya mementingkan pribadi atau golongan. Visi dan misi senantiasa merupakan pelaksanaan teknis dari firman Allah yang tertera di dalam ayat-ayat suci Al Quran.
Banyak sekali para tokoh yang berkiprah dalam bidang politik yang menerapkan etika politik luhur serta dakwah. Kita mengenal Muhammad Natsir ( tokoh Mansyumi di Era Orde Lama), Muhammad Hatta, Amin Rais dan lain-lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada dikotomi secara ekstrem antara politik dengan islam. Bahkan politik dapat dijadikan payung untuk kejayaan islam dalam menyebarkan dan menegakkan risalah tauhid.
Seringkali kita mendengar konsep sekulerisasi yang merujuk pada pembatasan yang ketat antara negara dengan agama. Agama adalah urusan para pemuka agama, kyai, ulama, pendeta dan pastur sedangkan negara menjadi tanggungjawab para politisi, pejabat atau birokrat. Ajaran Islam sangat tidak tolreran terhadap paham sekuler seperti ini.
Ada sebuah konsepsi bahwa politik itu kotor. Konsep ini mengacu pada politik sebagai cara atau strategi untuk memperoleh kekuasaaan. Sehingga membentuk pemikiran yang berorientasi pada nafsu keserakahan dengan menghalalkan segala cara serta menggunting dalam lipatan. Banyak para politisi yang notabene berasal dari golongan elit dan islam tinggi, akan tetapi dirty political cultutre menjadi kebiasaannya. Nafsu yang diperturutkan untuk memenuhi ambang kepuasan yang tanpa batas. Tindakan keji dan amoral menyebabkan mereka hanyut dalam suasana glamour dan berlebih-lebihan. Budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan-akan tidak mampu dieliminasi lantaran telah menjadi prinsip di dalam berpolitik.
Lantas sikap apa yang harus diambil di medan politk dalam menerapkan amar ma’;ruf wannahyi ‘anil munkar. Karena Amar ma’ruf wannahyi ‘anil munkar adalah dua hal yang komplementer, ibarat dua baling-baling pesawat yang bekerja secara serentak. Yang pasti perjuangan politik melalui jalur dakwah dengan mengedepankan etika politik luhur dan menjunjung moralitas. Apapun yang kita lakukan senantiasa mengharap keridhoan dari Allah SWT.
Perjuangan politik dalam menegakkan amar ma’ruf wannahyi ‘anil munkar tidak segampang membalikkan kedua telapak tangan. Disamping harus bersikap lembut dan menghindari cara-cara kekerasan tetapi juga harus memegang etika politik luhur. Salah satu karakteristik Islam adalah syumul (universal) yang meliputi keabadian, keuniversalan dari penguasaan semua jaman, tempat dan manusia (Dr Yusuf Qordhowi;Karakteristik Islam). Sehingga politik merupakan salah satu saja dari segmen dakwah.
Sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW patut kita teladani. Sejarah mencatat secara gamblang bahwa Muhammad adalah sosok yang tidak hanya pemimpin agama yang sanggup mengubah jaman jahiliyah menjadi jaman pencerahan Islam, akan tetapi beliaupun dikenal sebagai peminpin negara yang mampu tampil digaris depan dalam menyeru kepada kebajikan dan mencegah kejahatan. Sejarah memberikan deskripsi secara jelas bagaimana stretgi Muhammad dalam melakukan perjanjian Hudaibiyah yang penuh kontradiktif, melakukan perubahan terhadap Kota Yastrib Menjadi Madinah adalah beberapa political action yang dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini menunjukkan bahwa perjuangan politk bukanlah target untuk mencapai jangka pendek, akan tetapi memerlukan jangka panjang dan tujuan jangka panjang pula. Selain itu juga dakwah politik harus menempatkan pemikiran kita denganh berorientasi pada masa yang akan datang. Sehingga jauh dari kepentingan semua yang hanya mementingkan pribadi atau golongan. Visi dan misi senantiasa merupakan pelaksanaan teknis dari firman Allah yang tertera di dalam ayat-ayat suci Al Quran.
Banyak sekali para tokoh yang berkiprah dalam bidang politik yang menerapkan etika politik luhur serta dakwah. Kita mengenal Muhammad Natsir ( tokoh Mansyumi di Era Orde Lama), Muhammad Hatta, Amin Rais dan lain-lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada dikotomi secara ekstrem antara politik dengan islam. Bahkan politik dapat dijadikan payung untuk kejayaan islam dalam menyebarkan dan menegakkan risalah tauhid.
Seringkali kita mendengar konsep sekulerisasi yang merujuk pada pembatasan yang ketat antara negara dengan agama. Agama adalah urusan para pemuka agama, kyai, ulama, pendeta dan pastur sedangkan negara menjadi tanggungjawab para politisi, pejabat atau birokrat. Ajaran Islam sangat tidak tolreran terhadap paham sekuler seperti ini.
Ada sebuah konsepsi bahwa politik itu kotor. Konsep ini mengacu pada politik sebagai cara atau strategi untuk memperoleh kekuasaaan. Sehingga membentuk pemikiran yang berorientasi pada nafsu keserakahan dengan menghalalkan segala cara serta menggunting dalam lipatan. Banyak para politisi yang notabene berasal dari golongan elit dan islam tinggi, akan tetapi dirty political cultutre menjadi kebiasaannya. Nafsu yang diperturutkan untuk memenuhi ambang kepuasan yang tanpa batas. Tindakan keji dan amoral menyebabkan mereka hanyut dalam suasana glamour dan berlebih-lebihan. Budaya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan-akan tidak mampu dieliminasi lantaran telah menjadi prinsip di dalam berpolitik.
Lantas sikap apa yang harus diambil di medan politk dalam menerapkan amar ma’;ruf wannahyi ‘anil munkar. Karena Amar ma’ruf wannahyi ‘anil munkar adalah dua hal yang komplementer, ibarat dua baling-baling pesawat yang bekerja secara serentak. Yang pasti perjuangan politik melalui jalur dakwah dengan mengedepankan etika politik luhur dan menjunjung moralitas. Apapun yang kita lakukan senantiasa mengharap keridhoan dari Allah SWT.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar