Selasa, 24 Februari 2009

PEDOMAN PENERAPAN METODOLOGI KARTU LAPORAN UNTUK ADVOKASI ANGGARAN

Dirangkum dari :
Stephanie Upp, Shita Shekkar, Gopakumar
Pusat Hubungan Masyarakat, Bangalore

Diadaptasi untuk Kebutuhan Advokasi Anggaran Oleh :
Rinto Andriono

“Demokrasi tidak hanya berarti Pemilu, akan tetapi juga apa yang terjadi di antara Pemilu-pemilu tersebut”


Pendahuluan

Seperti halnya demokrasi, anggaran (APBD/APBN) tidak hanya berarti pembuatannya, akan tetapi juga apa yang terjadi dalam pelaksanaannya. Banyak hal yang telah dalam pelaksanaan anggaran seperti pelaksanaan proyek pembangunan, pelayanan publik dan bahkan revisi anggaran itu sendiri. Bisa jadi prioritas-prioritas dalam anggaran telah disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat, namun dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan karena buruknya perangkat pelaksana dan lemahnya pengawasan. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan upaya untuk memonitor pelaksanaan anggaran.

Namun, siapakah yang harus memonitor bila para politikus di DPR/DPRD acuh tak acuk dalam menanggapi kepentingan masyarakat. Para politikus biasanya hanya peduli pada malam pemilihan umum. Sementara itu, lembaga pengawas seperti BPKP dan BPK sudah sejak Orde Baru dikebiri kekuatannya. Dan di era otonomi daerah ini, pemerintah nasional, propinsi, dan kabupaten terus mengeksploitasi benteng monopoli mereka atas fasilitas umum, dengan perhatian yang sangat kurang terhadap kemanfaatannya bagi masyarakat. Padahal, tidak ada pajak yang tidak meningkat di wilayah manapun di Indonesia.

Dengan melihat kondisi di atas, tentu saja harapannya tinggal masyarakat yang harus memonitor pelaksanaan anggaran. Sampai akhir-akhir ini, sudah terdapat beberapa tekanan terhadap pemerintah, namun sebagian besar masih dilaksanakan oleh LSM/Ornop. Hanya sedikit terdengar cerita bahwa masyarakat terlibat aktif dalam proses tersebut. Sebagian besar masyarakat masih merasa segan untuk bergerak karena terikat pada sejarah panjang tradisi feodal, terkungkung pada skeptisisme “mengapa saya harus peduli sementara sistem secara keseluruhan korup”, terjebak pada perasaan takut akan biaya yang harus dibayar, baik secara finansial maupun sosial.

Meskipun telah muncul sedikit tekanan yang dilakukan oleh LSM/Ornop bersama masyarakat, namun lebih sedikit lagi yang argumentatif, dilengkapi bukti konkret, terfokus dan terukur. APBN/APBD adalah dokumen kebijakan pemerintah yang penuh dengan perhitungan-perhitungan yang rumit. Oleh karena itu, untuk menjembatani kebutuhan akan alat yang terfokus dan terukur dalam melakukan advokasi anggaran oleh masyarakat, ditawarkan sebuah metode kartu laporan.
Bentuk Kartu Pelaporan
Metodologi Kartu Pelaporan disusun berdasarkan keinginan kuar dari masyarakat umum untuk melihat pemerintah menjadi lebih tanggap terhadap perhatian dan keinginan warganya. Model ini diinisiasi pertama kali oleh Pusat Hubungan Masyarakat (Public Affairs Center = PAC).

Bentuknya adalah survei tentang kepuasan warga terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah (seperti jalan umum, listrik, air minum, KTP, SIM, rumah sakit, penyuluhanpertanian, KUD, dan lain-lain). Survei awal dilakukan di Bangalore, akan tetapi metodologinya kemudian diterapkan di dua belas negara di dunia. Kartu pelaporan berfuungsi sebagai instrumen pengukur yang kuat secara statistik, yang dapat dipergunakan sebagai pengungkit (leverage) untuk mempengaruhi pemerintah.

Selain survei terhadap pelayanan publik, dalam pengembangannya kartu pelaporan dapat digunakan untuk menjajagi tingkat kepuasan masyarakat atas :
• Sektor-sektor tertentu dalam APBN/APBD seperti sektor kesehatan, sektor pendidikan dan lain-lain
• Program atau proyek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah seperti program pemberantasan buta huruf, program pembangunan jalan raya, dan lain-lain
• Program atau proyek jaring pengaman sosial dan subsidi seperti program makanan tambahan untuk anak sekolah, program kompensasi subsidi BBM dan lain-lain
• Institusi atau organisasi khusus yang didanai oleh APBD/APBN seperti komisi ombudsman, Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat, dan lain-lain.

Metodologi Kartu Laporan memiliki lima tujuan utama
• Menghasilkan umpan balik masyarakat atas tingkat kepuasan warga terhadap pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN
• Menyediakan alat untuk mengungkapkan dan menilai dimensi-dimensi penting dalam pelaksanaan pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN
• Mempercepat kelompok warga ke dalam aksi kolektif untuk menuntut pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi, lebih tanggap,dan lebih dapat diandalkan
• Sebagai alat diagnostik bagi penyedia jasa pelayanan dan konsultan luar untuk mengidentifikasi titik-titik permasalahan atau bidang-bidang yang kurang sempurna dalam lembaga yang membutuhkan perhatian
• Mendorong lembaga-lembaga masyarakat untuk merintis praktek dan kebijakan yang berorientasi pada pengguna, ukuran kinerja internal, dan transparansi yang semakin meningkat dalam operasinya.

Informasi yang dapat diperoleh dari kartu pelaporan dalam mendukung advokasi anggaran adalah :
• Tingkat aksesabilitas dan kemanfaatan yang diperoleh masyarakat atas pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN
• Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat atas pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/ APBN
• Responsibilitas pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah yang dikeluhkan masyarakat atas pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN
• Kasus-kasus korupsi dan penyimpangan yang terjadi dalam pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/ APBN
• Input bagi usulan perbaikan dari masyarakat dalam penyusunan anggaran tahun berikutnya.


Perencanaan dan Strategi
Sebagai langkah awal dalam memulai pengumpulan data, organisasi anda harus menentukan permasalahan yang menjadi pusat perhatian dan kerangka kerja penelitian. Beberapa pertanyaan harus terfokus untuk memberikan kejelasan dalam desain penelitian tersebut, seperti :

• Apa yang ingin anda ketahui?
 Apa pokok persoalan atau permasalahan yang anda anggap paling mengganggu dalam komunitas anda (contohnya: kekurangan tenaga listrik yang terus menerus, kurangnya akses ke pinjaman di bank-bank umum, korupsi di lembaga pemerintah lokal, dan lain-lain)?
 Apa pendapat komunitas mengenai pokok-pokok persoalan atau masalah tersebut?
 Dapatkah penelitian ini memberikan nilai tambah bagi gerakan advokasi anggaran?

• Mengenai apa?
 Apakah anda ingin memfokuskan perhatian pada satu pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN?
 Apakah anda ingin mengumpulkan informasi komparatif dari berbagai pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN?
 Apakah anda ingin mengumpulkan informasi tentang tingkat korupsi dalam satu pelayanan publik, program, proyek atau organisasi yang disediakan pemerintah atas dana APBD/APBN?
• Bagaimana anda akan menggunakan informasi tersebut?
 Apa topik penelitian ini dapat mengundang reaksi masyarakat luas untuk mendesakkan perubahan pada kebijakan anggaran?
 Apakah penelitian ini hanya sebuah upaya pendidikan masyarakat yang mengawali advokasi anggaran yang berjangka panjang?
 Apakah penelitian ini bernilai strategis lainnya dalam mendukung advokasi anggaran?
 Siapa yang dapat terlibat dalam penelitian ini dan dalam langkah advokasi lanjutannya (lembaga-lembaga pemerintah, media, kelompok sipil, lembaga-lembaga riset, dan lain-lain)?

• Bagaimana data diperoleh
 Metode apa (wawancara dengan sumber informasi kunci, focus groups, partisipatory rural appraisal, survei, observasi) yang paling efektif dalam mengumpulkan jenis tanggapan yang anda inginkan?
 Bagaimana anda mengidentifikasikan populasi khusus yang akan diukur (dengan melihat tempat tinggal, pendapatan, gender, umur, dan lain-lain)?

• Bagaimana rencana anda mengumpulkan data
 Tes spesifik dan pengukuran dan/atau butir kuesioner apa yang akan diperlukan untuk sampai pada informasi yang diinginkan?
 Apakah anda akan menggunakan metode sampling acak dan/atau focus group?
 Tingkat keterampilan apa yang diperlukan staf dan pekerja lapangan anda?

• Siapa yang akan mendanai pendidikan
 apakah organisasi memiliki sumber daya yang cukup untuk membiayai proyek yang akan memakan waktu sedikitnya 12 minggu dengan jumlah staf minimum (baik eksternal maupun internal) sekitar 12 orang?
 Apakah anda sudah menganggarkan hal-hal tak terduga (seperti: kebutuhan memperbesar ukuran sampel untuk meningkatkan reliabilitas hasil?
 Apakah memungkinkan adanya swadaya masyarakat untuk survei ini?

Pertanyaan-pertanyaan berikut sebaiknya didiskusikan dalam organisasi anda dan disebarkan ke jaringan luas dari kelompok masyarakat lain yang tertarik, donor, media massa dan warga masyarakat terpilih. Akan sangat menjamin akurasi bila diskusi ini dilakukan dalam masyarakat yang menjadi kelompok dampak kebijakan anggaran. Metode diskusinya akan sangat baik menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA).

Brainstorming kolektif ini dan penetapan strategi memberiikan serangkaian umpan balik bagi organisasi anda, membantu membuat proyek yang lebih baik dan, pada gilirannya, melayani komunitas dengan lebih baik. Pada titik ini, organisasi anda akan memiliki pendekatan konseptual dan dalam banyak cara akan mampu melewati titik-titik yang paling sulit.

STRATEGI KARTU LAPORAN
A. Perumusan Masalah :
1. Penggalian masalah di masyarakat melalui Focus Group Discussion (FGD) atau Participatoru Rural Appraisal (PRA)
2. Pengkajian tentang kemungkinan keterlibatan masyarakat secara luas
3. Pengkajian tentang kemungkinan efek tekanannya bagi perubaha kebijakan anggaran dan dampaknya bagi masyarakat.
B. Penentuan Tujuan Umum dan Tujuan Spesifik
1. Penetapan tujuan umum dalam FGD atau PRA, misalnya berupa: wilayah, pelayanan publik, program, proyek atau organisasi terpilih untuk disurvei
2. Penetapan tujuan spesifik dalam FGD dan PRA, misalnya berupa: tingkat kepuasan masyarakat, perilaku pegawai pemerintah, tingkat korupsi, responsibilitas, tingkat kemanfaatan, dan lain-lain
C. Implikasi dan Penggunaan Temuan
1. Untuk mendukung advokasi anggaran dengan menciptakan masukan dari masyarakat bagi perubahan kebijakan anggaran
2. Untuk membuka kesempatan bagi masyarakat dalam menuntut aksesabilitas, resposibilitas, dan akuntabilitas pemerintah
3. Membuka kesempatan untuk mobolisasi gerakan masyarakat yang mendukung advokasi anggaran di masa mendatang
D. Metodologi
1. Ukuran sampel
a. Siapa responden sasaran
b. Di mana mereka tinggal
2. Kuesioner
a. Focus group untuk mengidentifikasi permasalahan
b. Informasi keras (pertanyaan terstruktur)
c. Informasi lunak (pertanyaan terbuka)
3. Pekerja lapangan
4. Pengawasan kendali mutu
5. Pengolahan data
E. Jadwal
1. Kapan kuesioner akan dibuat
2. Kapan pekerjaan lapangan dimulai
3. Kapan data mentah diolah
4. Kapan analisis selesai dilakukan
F. Biaya
1. Uji coba kuesioner
2. Gaji staf
3. biaya konsultan luar, jika ada


Penting untuk diingat bahwa walaupun metodologi Kartu Laporan merupakan alat yang bermanfaat dalam mengumpulkan umpan balik masyarakat, metodologi ini memiliki keterbatasan. Karena secara virtualsebenarnya tidak masuk akan untuk mewawancarai semua rumah tangga di suatu kota, sejumlah keluarga dalam jumlah tertentu harus “berbicara” bagi seluruh komunitas. Secara alamiah, suara dan opini tertentu tidak digunakan. Itulah sebabnya anda harus menggunakan metode pemilihan sampel yang ketat untuk menetapkan tingkat kepercayaan tertentu daritemuan anda. Kalaupun mungkin untuk berbicara dengan seluruh rumah tangga, hasil utama penelitian anda masih tetap tergantung pada interpretasi dan analisis yang tepat atas informasi mentah. Akhirnya, angka-angka dan hasil statistik hanya menceritakan sebagian dari keseluruhan cerita. Angka-angka dan statistik tersebut memberikan titik awal bagi suatu tindakan, akan tetapi statistik itu sendiri tidak dapat memastikan air minum yang bersih atau pelayanan yang tepat waktu. Rencana strategis anda mungkin bervariasi, tetapi rencana tersebut harus mencakup poin-poin yang terdapat dalam daftar Strategi Kartu Laporan dalam kotak di atas.


Memilih Pendekatan
Pendekatan yang anda pilih bagi penelitian harus mencerminkan jenis informasi yang ingin anda kumpulkan. Data tersebut pada gilirannya harus didasarkan pada tujuan yang telah anda identifikasi dalam rencana strategis. Jika anda mencari persentase dan nilai rata-rata, anda harus menggunakan teknik penelitian kuantitatif. Jika anda cenderung memberikan perhatian pada studi kasus individual diperlukan teknik kualitatif.

Metodologi Kartu Laporan berakar pada teknik penelitian kuantitatif, akan tetapi ditingkatkan dengan temuan-temuan kualitatif yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif sering dianggap seperti mencampur minyak dengan air. Beberapa orang percaya bahwa kedua metode tersebut tidak akan pernah menyatu. Di lain pihak, orang lain melihat manfaat dari melengkapi sikap dengan statistik dan memperkuat pendapat dengan angka. Pada kenyataannya, banyak kelebihan pendekatan survei kuantitatif Kartu Laporan yang diturunkan dari penggunaan metode kualitatif. Pembahasan awal dengan focus group di Bangalore dan beberapa kota lain memberikan masukan yang berharga dalam rancangan akhir survei ini.

Bagaimana metode penelitian kualitatif dan kuantitatif berbeda dan bagaimana perbandingannya?






PENELITIAN KUALITATIF adalah suatu metode pengumpulan informasi yang menyampaikan perasaan atau wawasan. Metode ini didasarkan pada sampel yang kecil, biasanya tidak lebih dari 30 orang, dan oleh karenanya metode ini terlalu kecil untuk dapat mengambil kesimpulan yang valid tentang pendapat seluruh populasi sasaran. Metode ini terutama menggunakan observasi dan wawancara tidak terstruktur untuk mengungkapkan arti dan wawasan atas suatu masalah atau pokok persoalan.
PENELITIAN KUANTITATIF didasarkan pada prinsip-prinsip statistik. Penelitian ini menggunakan metode sampling, kuesioner, dan pengolahan data dengan menggunakan komputer untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai berapa banyak, siapa, di mana dan kapan. Penelitian ini cenderung lebih mahal dan memakan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penelitian kualitatif, akan tetapi mampu memberikan tingkat reliabilitas tertentu.
Penelitian ini digunakan untuk :
 Membuat hipotesis
 Menjelaskan pokok persoalan sebelum melakukan penelitian kuantitatif
 Menilai persepsi warga atas fasilitas umum atau penyedia jasa pelayanan
 Memeriksa tanggapan emosional warga atas interaksinya dengan lembaga dan/atau petugas lembaga pelayanan masyarakat. Penelitian ini digunakan untuk :
 Menentukan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan warga terhadap penyedia pelayanan masyarakat
 Mengurutkan lembaga berdasarkan penilaian tingkat kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat
 Mengajukan pilihan dan melakukan pembaruan dengan bobot dukungan kuantitatif

Metodologi Kartu Laporan menggabungkan kedua metode penelitian di atas dengan dua teknik riset utama (walupun tidak secara eksklusif): focus group discussion dan kuesioner. Menggabungkan kedua teknik ini dapat mempertinggi validitas keseluruhan dari penelitian anda dengan cara 1) membantu mengurangi bias, 2) mengungkapkan kesalahan dalam pengukuran, 3) memeriksa dan mengecek silang data, dan 4) meningkatkan tingkat respon dengan membuat kuesioner yang lebih baik.

Riset survei dasar (kuesioner) biasanya disertai beberapa bentuk probability sampling jika seluruh populasi tidak dapat diukur. Dengan sumber daya marginal yang tersedia baik dalam bentuk waktu maupun uang, mengembangkan data base yang kecil tetapi repersentatif dapat memenuhi minat kota atau komunitas anda dengan baik. Prosedur pemilihan sampel statistik yang sistematis ini menguatkan keketatan dalam pendekatan pengumpulan data. Keketatan seperti ini kritikal karena dalam dunia kebijakan, angka-angka sering mendapat nilai penting lebih daripada opini. Metode survei juga dapat menggarisbawahi perkiraan kuantitatif antarasuatu persoalan dan faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya melalui distribusi frekuensi dan analisis regresi. Jika ukuran dan dimensi suatu persoalan sudah teridentifikasi (melalui temuan dari survei), peneliti dapat mulai melihat faktor-faktor mana yang paling berkaitan dengan permasalah tersebut.


Bagaimanapun juga beberapa permasalahanlebih baik dibahas melalui penyelidikan eksploitasi yang terbuka di mana faktor-faktor yang tidak mudah disusun dalam format respon survei ditetapkan sebelumnya. Sebagai misal, penelitian Bangalore mengenai penghuni daerah kumuh (Paul 95:b), seimbang dengan survei yang berskala besar dengan focus group dan studi kasus individual. Sifat khusus yang khas dari pemukiman kumuh membutuhkan pendekatan yang lebih lunak pada studi Kartu Laporan. Menetapkan tingkat kesadaran kualitatif, sikap dan pendapat tentang kualitas pelayanan masyarakat yang disediakan bagi kota yang terlantar sama pentingnyabagi hasil survei dengan menetapkan tingkat kepuasan danketidakpuasan secara kuantitatif.

Walaupun metodologi Kartu Laporan dapat disesuaikan, akan tetapi harus mematuhi konvensi statistik. Mengajukan pertanyaan secara bersamaan dengan cepat dan menanyakan penduduk di sekitar atau orang lalu lalang pada “pertemuan pertama, berdasarkan yang pertama ditanyai” bukanlah merupakan penelitian survei, walaupun cukup fungsional dalam membangun awal program yang bagus dan kasus bagi tindakan dalam suatu komunitas. Metode ini kurang ketat dibandingkan pendekatan penelitian survei yang menggunakan sampel. Taruhannya adalah energi versus keketatan.

Dalam menyusun pendekatan Kartu Laporan itu sendiri, organisasi anda perlu menetapkan parameter umum yang berhubungan dengan unit-unit sampling (misalnya rumah tangga, pengguna bus, pengguna rumah sakit), ukuran sampel, dan metode wawancara (dengan surat, telepon, atau bertemu muka). Karena sifat tidak menentu dari jasa yang akan anda ukur, wawancara mungkin merupakan satu-satunya metode pengumpulan data yang dapat dilakukan di sebagian besar negara berkembang. Penting untuk diiingat bahwa setiap keputusan mempunyai implikasi biaya. Lokasi sampel perlu mengikuti tujuan survei yang dilakukan, tetapi jumlah sampel dan metode yang dipakai seringkali diturunkan terutama dari ketersediaan sumber daya finansial dan seberapa dekat keinginan organisasi anda dengan komunitas sasaran dalam melakukan proyek tersebut.


Rancangan Survei dan Pengumpulan Data
Inilah saat dalam penelitian di mana isu konseptual mengalah pada masalah-masalah teknis. Bagian ini semata-mata merupakan pengantar tentang ukuran-ukuran statistik dasar yang perlu diketahui dalam Kartu Laporan. Jika masalah penelitian sudah diidentifikasikan dan rencana tindakan sudah dipilih, tiga tahapan utama pengumpulan data dimulai :

• Merencanakan ukuran sampel dan teknik pengambilan sampel
• Mendesainkuesioner
• Menetapkan prosedur dan kebijakan pekerjaan lapangan



Sampling
Survei ini dapat sebesar yang diinginkan. Secara teknis, anda dapat menanyai semua orang yang mempunyai pendapat atau dipengaruhi oleh topik survei anda. Hal ini dikenal sebagai semesta (universe) atau populasi survei. Akan tetapi pada prakteknya, hampirsemua organisasi tidak dilengkapi dengan upaya yang ekstensif. Populasi spesifik yang menjadi perhatian anda mungkin sudah didefinisikan dengan baik. Misalnya, penelitian Rumah Tangga di Jogjakarta hanya memfokuskan pada orang-orang yang tinggal di daerah kumuh dan berpenghasilan di bawah Rp 400.000,00 per bulan.

Bahkan populasi yang didefinisikan secara sempit mungkin masih terlalu luas untuk disurvei. Sampling memungkinkan anda memperoleh data valid dari suatu bagian kecil populasi. Berdasarkan hal ini, anda dapat menarik kesimpulan yang valid mengenai populasi secara keseluruhan. Keakuratan hasil Kartu Laporan anda tergantung pada definisi ketat atas populasi yang anda pilih. Definisi ini dikenal sebagai kerangka sampel. Dalam kerangka sampel, anda dapat menentukan unit-unit sampel, yaitu anggota kerangka yang ingin anda wawancarai berdasarkan umur, gender, pendapatan, dan sebagainya. Probability atau randomsampling berarti bahwa setiap anggota kerangka sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih. Keunggulan random sampling terletak pada fakta bahwa anda dapat menetapkan validitas statistik dan keakuratan data.


Kuesioner
Pengembangan kuesioner bisa jadi merupakan tugas yang paling memakan waktu dalam pendekatan riset survei. Seluruh proyek dapat menjadi sia-sia jika kuesioner tdsesuai dgstandar. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati dalam merancang kuesioner sebelum anda memulaipekerjaan lapangan. Kuesioner yang baik haruslah :

• Mudah dimengerti dan tidak begitu ambigu
• Terfokus dan relevan dengan masalah
• Sederhana bagi pihak yang diwawancarai dan mudah digunakan oleh pengolah data

Prasyarat untuk mendesain kuesioner yang efektif adalah menentukan apa yang benar-benar akan diukur. Langkah ini mungkin tampaknya jelas, akan tetapi jika pekerjaan lapangan telah dimulai, sudah terlambat untuk merevisi atau menambah pertanyaan. Anda dapat memulai dengan membuat daftar pertanyaan khusus atau pemikiran mengenai topik. Anda harus secara terus menerus menanyai diri anda sendiri apakah setiap butir yang terdaftar relevan dengan tujuan anda, dan bagaimana hal tersebut memberikan kontribusi bagi analisis akhir atas hasil yang diperoleh.


Kerja Lapangan
Sebaik apapun kuesioner anda, pengumpulan data di lapanganlah yang akan menentukan validitas penelitian. Pedoman yang jelas dalam pengumpulan data harus ditegaskan dan diartikulasikan dengan jelas pada tiap staf lapangan. Pelatihan kelompok dan/atau buku panduan merupakan cara yang baik untuk meningkatkan keseragaman di antara pekerja lapangan. Seorang supervisor harus mengawasi tahapan studi Kartu Laporan. Ia harus menetapkan keketatan dalam proses pengumpulan data melalui pengawasan melekat. Ia harus melakukan pemeriksaan kualitas secara berkala untuk memastikan reliabilitas data yang dikumpulkan oleh tiap petugas lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih secara acak survei yang telah lengkap dan melakukan intervie lanjutan dengan responden, baik melalui telephone maupun bertemu muka secara langsung, untuk mengkonfirmasikan jawaban asli mereka.


Interpretasi Angka
Dalam banyak hal, proses analisis merupakan tahap survei yang paling mudah. Akan tetapi dalam kemudahannya yang relatif itu, analisis yang teliti membutuhkan tingkat keahlian tertentu. Sangat baik jika orang yang ditugaskan melakukan pekerjaan ini bekerja secara independen untuk menjaga kontinuitas.

Data dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa teknik. Teknik-teknik ini mencakup teknik sederhana untuk mencari angka rata-rata, jangkauan data, frekuensi, dan nilai tengah. Demikian pula halnya dengan alat-alat analitis yang lebih teknis. Pastikan bahwa untuk menggunakan teknik yang sesuai dengan tujuan anda.

Sebalikya, proses interpretasi dapat dilakukan oleh sejumlah orang yang memiliki pemahaman yang baik atas masalah yang ada. Pada kenyataannya, pencantuman berbagai perspektif pada tahap ini dapat sangat memperkaya pengaruh keseluruhan dari Kartu Laporan anda. Ada beberapa poin dasar yang harus diingat saat menginterpretasikan temuan :

• Jangan terpaku pada teknik tertentu, pilihlah teknik yang sesuai dengan tugas yang ada
• Perjelaslah norma-norma interpretasi
 Hubungan mereka dengan tujuan semula
• Amati :
 Pola-pola khas
 Pola-pola yang tidak umum
 Perbedaan yang signifikan
 Hubungan yang signifikan • Gunakan gabungan alat-alat analitis
• Ingatlah bahwa hasilnya sebaik data dari mana hasil tersebut berasal
• Hasil-hasil tersebut harus dapat dipahami masyarakat bahkan bila riset menggunakan teknik yang canggih sekalipun
• Analisis memberikan dasar untuk melakukan interpretasi, pengambilan keputusan dan tindakan – keterampilan teknis tidak dapat menggantikan pengalaman dan kemampuan menilai

Tahap interpretasi juga penting karena inilah tahap di mana Kartu Laporan menjadi nyata. Pada titik ini, harus ditulis laporan atau ringkasan ekstensif tentang temuan. Tentukan terlebih dahulu siapa yang akan menjadi target wawancara anda dan siapkan Kartu Laporan anda sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Analisis statistik yang mendalam atas temuan tersebut sebaiknya disesuaikan bagi akademisi atau lembaga pemerintah dan juga untuk kelompok warga lokal. Laporan anda harus terorganisir dengan baik, dapat dibaca dan didukung oleh data.


Mengambil Tindakan Advokasi
Metodologi Kartu Laporan lebih dari sekedar potret sekilas (snapshot) atas tingkat kepuasan warga secara kuantitatif. Dengan rencana aksi yang vital, Kartu Laporan dapat mempunyai bentuk dan substansi yang menentukan.

Ada beberapa hal penting yang perlu diingat ketika anda menyusun rencana aksi Kartu Pelaporan anda :
• Setelah survei dilakukan kembalilah ke komunitas atau masyarakat yang mana di situ dilakukan FGD atau PRA di tahap perencanaan survei
• Susunlah strategi advokasi bersama masyarakat dengan menggunakan hasil survei sebagai amunisi
• Ada banyak pilihan aksi yang tersedia :
 Menyebarkan informasi
 Mobilisasi media
 Mendidik warga tentang hak-hak sipil dan kewajiban mereka
 Mempercepat respon dari pemerintah
 Mengembangkan rencana yang proaktif • Jangan membuat asumsi bahwa akan terjadi pengaruh seketika; bersiaplah atas tanggapan positif maupun negatif :
 Di Bangalore, Kantor Pembangunan Jalan Umum di kabupaten memerlukan satu setengah tahun untuk dapat secara aktif menanggapi temuan Kartu Laporan. Saat ini mereka telah meminta konsultasi dari PAC untuk mengendalikan korupsi dan meningkatkan akuntabilitas masyarakat
 Di New York City, The Straphangers Campaign mengerjakan Kartu Laporan dua tahun sekali untuk mengukur reliabilitas kereta bawah tanah.

Tidak ada komentar: